Login

Open Access

  • Home
  • Browse
  • FAQ

Advanced Search | All documents | Latest documents subscribe to RSS feed

Refine

Author

  • Kurnia, Dikdik (3)
  • Satari, Mieke Hemiawati (3)
  • Sumantadiredja, Yetty Herdiyati (2)
  • Yuda, Indah Permata (2)
  • A, Eria (1)
  • A, Fatimah Fika (1)
  • A., Arisa Masthuroh (1)
  • Afini, Amita Putri (1)
  • Agusta, Arya Arta (1)
  • Alviany, Veni (1)
+ more

Year of publication

  • 2016 (29)
  • 2019 (28)
  • 2017 (19)
  • 2015 (17)
  • 2014 (15)
  • 2018 (15)
  • 2020 (13)
  • 2013 (3)
  • 2012 (1)

Document Type

  • Skripsi (91)
  • Thesis of Specialist (45)
  • Thesis (3)
  • Research Data (3)
  • Article (2)

Language

  • Indonesian (141)
  • English (3)

Has Fulltext

  • Yes (144)

Is part of the Bibliography

  • No (144)

Keywords

  • Antibakteri (30)
  • Streptococcus Mutans (17)
  • Enterococcus Faecalis (15)
  • Streptococcus Sanguinis (11)
  • Efektivitas Antibakteri (9)
  • Daya Antibakteri (8)
  • Aktivitas Antibakteri (6)
  • Bacillus Cereus (6)
  • Bakteri Endofit (6)
  • Biofilm (6)
+ more

144 search hits

  • 1 to 50
  • 10
  • 20
  • 50
  • 100

Sort by

  • Relevancy
  • Year
  • Year
  • Title
  • Title
  • Author
  • Author
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum) TERHADAP Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2019)
Putri, Raliska Ayudina
Pendahuluan: Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri yang ditemukan pada kasus kegagalan perawatan saluran akar. Enterococcus faecalis memiliki kemampuan toleransi terhadap perubahan lingkungan yang signifikan dan memiliki kemampuan untuk menginvasi tubulus dentin, sehingga dalam keadaan tertentu, bahan irigasi tidak dapat menghilangkannya secara sempurna pada proses kemomekanis. Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan bahan alam yang memiliki banyak manfaat dan diketahui mempunyai aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan mengujikan Enterococcus faecalis ATCC 29212 dengan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) yang dibuat dari konsentrasi 256.000 ppm – 1.000 ppm, menggunakan metode disc diffusion, dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Pengukuran zona bening dilakukan menggunakan jangka sorong. Hasil: Tidak terdapat zona bening yang ditimbulkan oleh ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 pada berbagai konsentrasi uji. Simpulan: Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) tidak memiliki potensi antibakteri terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Kata kunci: Enterococcus faecalis ATCC 29212 , Ocimum basilicum, aktivitas antibakteri, ekstrak etanol daun kemangi
Uji Potensi Antibakteri Ekstrak n-Heksan Daun Kemangi (Ocimum basilicum) tehadap Enterococcus Faecalis ATCC 29212 (2019)
Lestari, Dinda
Pendahuluan: Bakteri dan faktor virulensinya merupakan penyebab utama periodontitis apikalis setelah perawatan endodontik. Bakteri yang sering ditemukan dan dianggap sebagai patogen pada saluran akar pasca perawatan endodontik adalah Enterococcus faecalis. Tujuan utama perawatan endodontik adalah eliminasi mikroorganisme dan mencegah adanya re-infeksi setelah perawatan saluran akar yang dapat dicapai melalui debridemen mekanik-kimia menggunakan larutan irigasi. Daun kemangi (Ocimum basilicum) yang merupakan tanaman herbal diduga memiliki senyawa antibakteri yang dapat menghambat Enterococcus faecalis. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak n-heksan daun kemangi terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Metode: Penelitian eksperimental laboratoris ini dilakukan uji efektivitas ekstrak n-heksan daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 menggunakan metode disk diffusion dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun kemangi tidak memiliki zona hambat terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Pembahasan: Besarnya konsentrasi ekstrak n-heksan daun kemangi tidak berbanding lurus dengan besarnya diameter zona hambat yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji. Simpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun kemangi tidak memiliki potensi antibakteri terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212.
Perbedaan Daya Antibakteri Fraksi n-Heksana dan Etil Asetat Ekstrak Methanol Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) Terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 (Penelitian dilakukan secara in vitro). (2017)
Pratiwi, Sekar
Buah merah (Pandanus conoideus Lam) adalah salah satu sumber daya alam endemik Indonesia. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa buah merah memiliki efek antibakteri sehingga dapat dikembangkan di bidang kedokteran gigi. Tujuan penelitian adalah untuk menguji daya antibakteri dan perbedaan daya antibakteri fraksi n-heksana dan etil asetat ekstrak methanol buah merah terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212. Metode penelitian yag digunakan adalah deskriptif eksploratif terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Penelitian dilakukan secara eksperimen di laboratorium. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan sampel, maserasi, partisi dengan menggunakan etil asetat dan n-heksana, serta pengujian aktivitas antibakteri Enterococcus faecalis. Hasil penelitian zona hambat diuji secara statistik menggunakan uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan daya antibakteri antara fraksi n-heksana dan etil asetat ekstrak methanol buah merah terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 dengan nilai p-value 0.00004 (&#945; < 0.05). Nilai KHM fraksi n-heksana dan etil asetat ekstrak methanol memberi hasil 5% dan1,25%, sementara nilai KBM pada konsentrasi 10% dan 2,5%. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan daya antibakteri antara fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat ekstrak methanol buah merah terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212, yaitu fraksi etil asetat lebih besar daya antibakterinya dibandingkan fraksi n-heksana. Simpulan penelitian ini adalah terdapat daya antibakteri dan perbedaan daya antibakteri memperlihatkan fraksi etil asetat lebih besar daya antibakterinya dibandingkan fraksi n-heksana terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212.
POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2014)
A., Arisa Masthuroh
Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme yang paling sering ditemukan di dalam saluran akar gigi dan berperan dalam menyebabkan infeksi ulang pada kegagalan perawatan saluran akar. Penggunaan bahan irigasi dan obat saluran akar yang memiliki daya antibakteri mutlak dilakukan agar keberhasilan perawatan saluran akar dapat tercapai. Daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki daya antibakteri terhadap E. faecalis. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji daya antibakeri ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Enterococcus faecalis dengan menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Penelitian eksperimental laboratoris ini dilakukan terhadap tiga sampel E. faecalis ATCC 29212 yang diuji sensitivitasnya terhadap ekstrak etanol daun jarak pagar dengan metode difusi agar. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum dilakukan dengan metode pengenceran seri dan dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jarak pagar dapat menghambat pertumbuhan E. faecalis ATCC 29212 pada konsentrasi 7,5% b/v. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun jarak pagar maka semakin besar daya hambat yang dihasilkan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah ekstrak etanol daun jarak pagar memiliki daya antibakteri terhadap E. faecalis ATCC 29212 dan dapat dikembangkan menjadi larutan irigasi saluran akar setelah dilakukan penelitian lebih lanjut.
PERBEDAAN UJI DAYA ANTIBAKTERI BAHAN PENGISI SALURAN AKAR GIGI SULUNG Ca(OH)2 DENGAN ZOE TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS ATCC 29212 SECARA IN VITRO (2016)
Wijayanti, Dian
Kegagalan perawatan saluran akar gigi sulung dengan infeksi periapikal dapat disebabkan adanya aktivitas bakteri Enterococcus faecalis dan toksinnya. Untuk meminimalisasi kegagalan perawatan diperlukan bahan pengisi saluran akar yang bersifat antibakteri. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) merupakan bahan pengisi saluran akar yang bersifat antibakteri dan memiliki kemampuan reparatif yang baik terhadap jaringan periapikal. Zinc oxide eugenol (ZOE) adalah bahan pengisi saluran akar yang umum digunakan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan daya antibakteri bahan pengisi saluran akar gigi sulung kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan zinc oxide eugenol (ZOE) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Metode penelitian adalah deskriptif eksploratif terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212, dengan perlakuan berupa aplikasi kalsium hidroksida dan zinc oxide eugenol sebagai kontrol untuk dianalisis daya antibakteri. Hasil penelitin ini diuji secara statistik dengan menggunakan uji t. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai KHM dan KBM antara kalsium hidroksida dan zinc oxide eugenol dengan nilai p-value 0,5 (&#945; > 0,05). Simpulan penelitian adalah secara statistik tidak terdapat perbedaan daya antibakteri bahan pengisi gigi sulung kalsium hidroksida dengan zinc oxide eugenol terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro, tetapi secara konsentrasi kalsium hidroksida lebih baik daripada zinc oxide eugenol.
PERBEDAAN DAYA ANTIBAKTERI ANTARA SEALER BERBASIS BIOKERAMIK DAN SEMEN KARBONAT APATIT YANG BERPOTENSI MENJADI SEALER TERHADAP Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2020)
Hapsari, Anindya Grita
Enterococcus faecalis merupakan bakteri penyebab utama kegagalan perawatan endodontik dengan prevalensi mencapai 77% kasus. Sealer berperan penting dalam pengisian dan mempunyai fungsi sebagai agen antibakteri. Sealer biokeramik merupakan salah satu sealer saluran akar yang biokompatibel dan memiliki daya antibakteri yang baik namun masih sulit didapat di dalam negeri. Semen karbonat apatit merupakan biokeramik buatan dalam negeri yang bahan penyusunnya banyak tersedia di Indonesia dan mengandung thymoquinone 32 &#956;g/ml yang berfungsi sebagai agen antibakteri. Semen ini memiliki aktivitas antibakteri yang menyerupai sealer biokeramik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan daya antibakteri antara sealer biokeramik dan semen karbonat apatit yang berpotensi menjadi sealer terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Pengujian dilakukan dengan metode difusi pada 24 jam, metode total plate count dan pengukuran pH pada 20 menit, 24 jam, 72 jam dan 168 jam. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada daya antibakteri antara sealer biokeramik dan semen karbonat apatit terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 menurut analisis ANAVA dan Post Hoc dengan t-test. Simpulan penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan pada daya antibakteri antara sealer biokeramik dan semen karbonat apatit yang berpotensi menjadi sealer pada 20 menit, 24 jam dan 72 jam, tetapi kedua bahan memiliki daya antibakteri yang sama pada 168 jam terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212.
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAN METANOL-HEKSANA DAUN KEMANGI (OCIMUM BASILICUM) SEBAGAI MEDIKAMEN SALURAN AKAR TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS ATCC 29212 (2019)
Yulinatarina
Medikamen saluran akar adalah suatu prosedur perawatan saluran akar yang bertujuan mengurangi jumlah atau membunuh bakteri, mencegah infeki sekunder saluran akar, mengurangi peradangan jaringan periapikal dan mengurangi rasa sakit antar kunjungan. Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri Gram positif penyebab infeksi saluran akar gigi sulung. Daun kemangi Ocimum basilicum telah terbukti mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas daya antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi metanol-heksana daun kemangi Ocimum basilicum terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan uji penentuan zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimal, Konsentrasi Bunuh Minimal dan Total Plate Count bakteri dari fraksi etil asetat serta metanol-heksana. Analisis statistik menggunakan uji t-berpasangan dengan p value <0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai zona hambat fraksi etil asetat pada konsentrasi 5% dan 4% masing-masing 10,25 mm dan 9,55 mm. Zona hambat rata-rata fraksi metanol-heksana pada konsentrasi 20% dan 10% masing-masing 7,3 mm dan 7,25 mm. Nilai Konsetrasi Hambat Minimum fraksi etil asetat pada konsentrsi 1,25% sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum pada konsentrasi 2,5%. Nilai Konsetrasi Hambat Minimum fraksi metanol-heksana pada konsentrasi 2,5% dan Konsentrasi Bunuh Minimum fraksi metanol-heksana pada konsentrasi 5%. Secara statistik terdapat perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) antara efektifitas daya antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi metanol-hesana daun kemangi Ocimum basilicum terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 in vitro. Simpulan penelitian adalah terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri fraksi etil astetat dan fraksi metanol-heksana Ocimum basilicum terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Fraksi etil asetat memiliki efektivitas daya antibakteri lebih baik dibandingkan fraksi metanol-heksana terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro.
EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI METANOL-HEKSANA DAUN KEMANGI (OCIMUM AMERICANUM) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS ATCC 29212 (2019)
Husyaerry, Machmud Al
Pemanfaatan daun kemangi (Ocimum americanum) sebagai bahan alternatif herbal telah banyak dilakukan. Ekstrak tanaman tersebut memiliki konsentrasi tinggi senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat dan efektif terhadap bakteri gram positif. Kandungan terbesar fenol daun kemangi (Ocinum americanum) terdapat dalam fraksi etil asetat. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektivitas fraksi etil asetat dan fraksi metanol-heksana daun kemangi (Ocimum Americanum) dengan mengetahui nilai Zona Hambat, Konsentrasi Hambat Minimum, Konsentrasi Bunuh Minimum dan Jumlah penurunan koloni bakteri Entercoccus faecalis ATCC 29212. Metode penelitian adalah eksperimental murni. Subjek penelitian fraksi etil asetat dan fraksi metanol-heksana ekstrak metanol daun kemangi (Ocimum americanum) yang diberikan perlakuan pada media agar Mueller Hinton dan dimasukkan biakan Enterococcus faecalis ATCC 29212. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dan Post Hoc. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata zona hambat 6,65 mm, metanol-heksana 6,6 mm dan sodium hipoklorit 8,35 mm, Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum fraksi etil asetat 0,625% dan 1,25%, serta fraksi metanol-heksana 5% dan 10%, kontrol sodium hipoklorit 1,25% dan 2,5%. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai Konsentrasi Hambat Minimum fraksi etil asetat dan kontrol sodium hipoklorit dengan pvalue 7.57E-34, serta terdapat penurunan jumlah koloni Enterococcus faecalis ATCC 29212 pada pemberian fraksi etil asetat, fraksi metanol-heksana dan kontrol positif sodium hipoklorit. Simpulan penelitian fraksi etil asetat daun kemangi (Ocimum americanum) memiliki daya antibakteri yang lebih baik dibandingkan sodium hipoklorit terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212
Efektivitas Antibakteri Fraksi Metanol dan N-heksan Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar terhadap Enterococcus Faecalis ATCC 29212 (2019)
Yunita, Selvia
Medikamen saluran akar berperan mengurangi Enterococcus faecalis yang merupakan salah satu bakteri penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Bahan alam yang memiliki daya antibakteri dan berpotensi menjadi alternatif medikamen adalah daun kemangi (Ocimum basilicum). Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas dan mengevaluasi perbedaan daya antibakteri fraksi metanol dan fraksi n-heksan daun kemangi terhadap E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Metode penelitian eksperimen laboratoris dengan rancangan penelitian eksperimental murni. Analisis statistik menggunakan uji t-test berpasangan independen. Uji efektivitas antibakteri fraksi metanol dan fraksi n-heksan terhadap E. faecalis meliputi analisis nilai zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Hasil penelitian rata-rata diameter zona hambat fraksi metanol, fraksi n-heksan daun kemangi dan Ca(OH)2 sebesar 10,35 mm; 8,75 mm dan 8,6 mm. KHM fraksi metanol dan fraksi n-heksan sebesar 1,25%. KBM fraksi metanol dan fraksi n-heksan sebesar 2,5%. Analisis statistik terhadap zona hambat adalah signifikan (p-value 1,80E-09). Analisis statistik terhadap KHM dan KBM adalah tidak signifikan (p-value 0,5). Jumlah koloni menurun pada kedua kelompok fraksi uji. Simpulan penelitian yaitu fraksi metanol dan fraksi n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) memiliki sensitivitas daya antibakteri terhadap E.faecalis ATCC 29212 dengan terbentuknya zona hambat secara in vitro; memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan dan kemampuan membunuh E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Terdapat penurunan jumlah koloni E.faecalis ATCC 29212 pada fraksi metanol dan fraksi n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) secara in vitro.Tidak terdapat perbedaan efektivitas antibakteri antara fraksi metanol dan n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) terhadap E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Fraksi metanol dan n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) memiliki efektivitas yang sama terhadap E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro.
Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2019)
Wastri, Rahmi
Pendahuluan: Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang persisten pada saluran akar, sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada saluran akar yang telah diobturasi. Bahan irigasi dan medikamen saluran akar harus diberikan untuk menunjang keberhasilan perawatan. Daun kemangi (Ocimum basilicum) merupakan tanaman obat tradisional yang diketahui memiliki daya antibakteri dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai bahan irigasi saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi antibakteri ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATTC 29212. Metode: Pengujian potensi antibakteri ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) dilakukan dengan metode difusi cakram dalam tiga kali pengulangan. Hasil: Ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) pada konsentrasi uji 512.000 ppm telah memperlihatkan zona hambat abu-abu seluas 1 mm di luar cakram uji, sementara konsentrasi uji lainnya tidak memperlihatkan adanya penghambatan. Beragam faktor dalam penelitian ini dapat mempengaruhi hasil penggujian potensi antibakteri ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATTC 29212, diantaranya adalah: (1) Kelarutan eksrak uji dalam pelarut yang digunakan, (2) Prosedur sebelum ektraksi, dan (3) Keterbatasan metoda pengujian itu sendiri. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) pada konsentrasi uji 512.000 ppm tidak berpotensi sebagai antibakteri terhadap Enterococcus faecalis ATTC 29212. Perlu dilakukan pengujian lanjutan terhadap beragam konsentrasi lainnya, dan dikonfirmasi dengan menetapkan konsentrasi hambat minimum (KHM) maupun konsentrasi bunuh minimum (KBM).
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI TRIPLE ANTIBIOTIC PASTE (TAP) DAN KALSIUM HIDROKSIDA SEBAGAI MEDIKAMEN INTRAKANAL TERHADAP Enterococcus faecalis (ATCC 29212) SECARA IN VITRO (2016)
Martariwansyah
Kegagalan perawatan saluran akar disebabkan oleh perawatan yang tidak adekuat. Infeksi bakteri persisten seperti Enterococcus faecalis merupakan salah satu penyebabnya. Bakteri ini resisten terhadap larutan irigasi dan preparasi biomekanis. Penggunaan medikamen intrakanal bertujuan untuk mengurangi mikroorganisme yang tersisa dalam saluran akar, namun belum ada yang bekerja ideal. Kalsium hidroksida sering digunakan sebagai medikamen intrakanal antar kunjungan tapi tidak berefek signifikan sebagai desinfektan saluran akar. Triple antibiotic paste (TAP) adalah kombinasi antibiotik metronidazol, siprofloksasin dan minosiklin digunakanan sebagai alternatif medikamen intrakanal dan telah menunjukan hasil klinis yang sangat baik. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan efektifitas antibakteri antara TAP dan kalsium hidroksida sebagai medikamen intrakanal terhadap E. faecalis (ATCC 29212) secara in vitro. Metode penelitian ini adalah ekperimental semu secara in vitro. Uji Efek antimikroba dari dua medikamen dilakukan mengunakan metode difusi agar Medikamen yang diuji ditempatkan dalam sumur yang dibuat pada media agar yang telah diinokulasi bakteri Enterococcus faecalis. Media agar diinkubasi secara anaerob pada suhu 37o C, diameter hambat diukur setelah 24 jam, 168 jam, dan 336 jam. Data dianalisis secara statistik menggunakan Tukey-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter hambat yang berbeda pada seluruh sampel. Efek antibakteri TAP lebih besar dibandingkan kalsium hidroksida. Simpulan adalah terdapat perbedaan efektifitas antibakteri secara signifikan antara TAP dan kalsium hidroksida terhadap Enterococcus faecalis (ATCC 29212) secara in vitro
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI KLORHEKSIDIN POINT DENGAN KLORHEKSIDIN GEL SEBAGAI MEDIKAMEN INTRAKANAL TERHADAP Enterococcus faecalis (ATCC 29212) SECARA IN VITRO (2018)
Fitri, Sri Rahmi
Klorheksidin merupakan salah satu jenis medikamen intrakanal yang digunakan dalam perawatan endodontik, mempunyai efek antimikroba spektrum luas yang efektif melawan Enterococcus faecalis. Sediaan klorheksidin yang digunakan sebagai medikamen intrakanal dipasarkan dalam bentuk klorheksidin gel 2%, namun mempunyai kekurangan yaitu sulit untuk diaplikasikan ke dalam saluran akar sampai ke apikal dan sulit dibersihkan kembali. Klorheksidin dalam bentuk point merupakan inovasi baru bentuk sediaan klorheksidin untuk mengatasi kekurangan dalam bentuk gel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas anti bakteri antara klorheksidin point dengan klorheksidin gel terhadap Enterococcus faecalis (ATCC 29212) secara in vitro. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium semu. Perbedaan efektivitas antibakteri klorheksidin point dan gel dilihat dengan menghitung jumlah koloni bakteri (TPC) dalam rentang waktu 1 hari, 3 hari, 7 hari, dan 14 hari. Data dianalisis secara statistik antara 2 kelompok dengan uji T tidak berpasangan dengan alternatif uji Mann Whitney. Nilai kemaknaan berdasarkan p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik, rata-rata jumlah koloni kelompok klorheksidin point dan gel pada 1 hari, 3 hari, 7 hari dan 14 hari. Rata-rata jumlah koloni bakteri setelah pemberian klorheksidin gel mengalami penurunan yang lebih banyak dari pada klorheksidin point. Kesimpulannya, terdapat perbedaan efektivitas antibakteri klorheksidin point dan gel terhadap Enterococcus faecalis (ATCC 29212). Dari hasil penelitian klorheksidin gel memeiliki efektivitas antibakteri yang lebih baik dari klorheksidin point terhadap Enterococcus faecalis.
efektivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat dan N-Heksan Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Biofilm Enterococcus faecalis ATCC 29212 Secara In vitro (2020)
Yulina, Vera
Enterococcus faecalis merupakan bakteri patogen utama di dalam saluran akar yang resisten terhadap berbagai agen antibakteri karena virulensi yang dimilikinya dan kemampuannya dalam membentuk biofilm. Daun kemangi (Ocimum basilicum) merupakan bahan herbal yang memiliki efek antibakteri karena berbagai senyawa aktif yang terkandung didalamnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas dan mengevaluasi perbedaan daya antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan daun kemangi terhadap biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian eksperimental murni. Analisis statistik menggunakan uji t-test berpasangan independen. Uji efektivitas antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan Ocimum basilicum terhadap biofilm E. faecalis meliputi analisis nilai Minimum Biofilm Inhibitory Concentration (MBIC) dan Minimum Biofilm Eradication Concentration (MBEC). Hasil penelitian MBIC fraksi etil asetat, fraksi n-heksan O. basilicum, dan pasta kalsium hidroksida (Calcipex) sebagai kontrol positif terhadap pertumbuhan biofilm E. faecalis adalah pada konsentrasi 2,5%, 10%, dan 3,13% dengan persentase inhibisi masing-masing sebesar 100%, 100%, dan 75,207%. MBEC fraksi etil asetat, fraksi n-heksan O. basilicum, dan Calcipex terhadap pertumbuhan biofilm E. faecalis adalah pada konsentrasi 5%, 2,5%, dan 3,13% dengan persentase eradikasi masing-masing sebesar 100%, 100%, dan 71,010%. Analisis statistik uji ANOVA terhadap MBIC dan MBEC menunjukkan perbedaan signifikan dengan p-value masing-masing 2,59E-18 < 0,05 dan 6,61E-16 < 0,05. Analisis statistik dilanjutkan dengan analisis post hoc yang menunjukkan perbedaan sangat signifikan dengan nilai p-value < 0,01. Simpulan penelitian ini adalah fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan O.basilicum memiliki kemampuan inhibisi dan eradikasi biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Terdapat perbedaan efektivitas antibakteri antara fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan O. basilicum terhadap biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Fraksi etil asetat O. basilicum memiliki daya antibakteri lebih efektif dibandingkan dengan fraksi n-heksan terhadap biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro.
Perbedaan Daya Antibakteri Bahan Pengisi Saluran Akar Gigi Sulung Ca(OH)2 Kombinasi Iodoform dengan ZOE terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 Secara In Vitro (2016)
Raz, Dina Amrina
Infeksi pulpa yang disebabkan oleh karies atau trauma benturan memerlukan perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar diperlukan pada gigi sulung untuk mempertahankan gigi sulung sampai digantikan oleh gigi permanen. Bahan pengisi saluran akar yang bersifat antibakteri dibutuhkan untuk merawat gigi yang terinfeksi. Zinc oxide eugenol merupakan bahan pengisi saluran akar yang paling umum digunakan. Namun, ZOE memiliki efek toksik terhadap jaringan. Kalsium hidroksida kombinasi iodoform adalah bahan pengisi saluran akar yang memiliki efek antimikroba dan desinfektan. Daya toksik bahan terhadap jaringan lebih minimal dibandingkan ZOE. Enterococcus faecalis adalah salah satu bakteri yang terdapat di saluran akar yang terinfeksi dan penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisa perbedaan daya anti bakteri Ca(OH)2 dan ZOE terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian eksperimental deskriptif terhadap biakan murni Entrococcus faecalis ATCC 29212, kemudian Ca(OH)2 dan ZOE diaplikasikan untuk menentukan nilai KHM dan KBM. Pengujian statistik menggunakan t-test untuk menganalisa perbedayaan daya uji bakteri kedua bahan. Hasil t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai KHM dan tidak signifikan untuk nilai KBM antara Ca(OH)2 dan ZOE dengan nilai p-value 0.004 (&#945; 0,05). Simpulan penelitian adalah terdapat perbedaan daya antibakteri antara Ca(OH)2 dan ZOE terhadap E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro.
PERBEDAAN DAYA HAMBAT SEALER BERBASIS MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE DENGAN SEALER BERBASIS KALSIUM HIDROKSIDA TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS (ATCC 29212) (2016)
Rosmaladewi, Dewi
Enterococcus faecalis merupakan salah satu jenis bakteri yang persisten, dapat bertahan hidup dalam tubuli dentin saluran akar, saluran lateral, ramifikasi, dan pada sepertiga apikal. Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme penyebab kegagalan perawatan endodontik karena bersifat resisten terhadap obat medikamen dan memiliki kemampuan bertahan hidup pada pH tinggi dan pada kondisi tanpa nutrisi. Sealer berbasis MTA dan sealer berbasis kalsium hidroksida adalah sealer yang mempunyai efek antibakteri, berdasarkan berbagai penelitian kedua sealer ini mempunyai efek terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan daya hambat sealer berbasis Mineral Ttrioxide Aggregate ( MTA) dengan sealer berbasis kalsium hidroksida terhadap E. faecalis (ATCC 29212) secara in vitro Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu secara in vitro. Efek antimikroba dari 2 jenis sealer, dilakukan menggunakan metode difusi agar. Sealer yang diuji ditempatkan dalam sumur yang dibuat pada media agar yang telah diinokulasi bakteri E. faecalis. Media agar diinkubasi secara anaerob pada suhu 37o C, diameter hambat diukur setelah 24 jam, 72 jam dan 168 jam. Data dianalisis secara statistik menggunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan diameter hambat yang berbeda pada seluruh sampel. Simpulan yang didapat yaitu terdapat perbedaan daya hambat sealer berbasis MTA dengan sealer berbasis kalsium hidroksida terhadap bakteri E.faecalis
PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERPENOID ENCAPSULATED DAN NON-ENCAPSULATED HASIL ISOLASI UMBI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) TERHADAP JUMLAH KOLONI Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2018)
Widyanto, Roy Nalendra
Kegagalan perawatan saluran akar sering kali dikaitkan dengan infeksi ulang oleh Enterococcus faecalis. Bakteri ini merupakan bakteri dominan yang resisten terhadap banyak medikamen, mampu bertahan hidup keadaan ekstrim, serta hidup di dalam tubulus dentin yang berukuran sangat kecil (0,9-2,5 um). Kalsium hidroksida yang merupakan gold standard medikamen dalam perawatan saluran akar, tidak mampu mengeliminasi Enterococcus faecalis dengan baik, oleh karena itu diperlukan medikamen yang lebih efektif dalam mengeliminasi bakteri ini. Penggunaan tumbuhan umbi sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) sebagai obat tradisional umum di indonesia, senyawa terpenoid hasil isolasi dari umbi sarang semut ini efektif dalam mengeliminasi Enterococcus faecalis, menurut penelitian efektifitasnya dapat ditingkatkan dengan prosedur mikroenkapsulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas terpenoid encapsulated dan non-encapsulated hasil isolasi umbi sarang semut terhadap jumlah koloni Enterococcus faecalis (ATCC 29212). Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu, dilakukan dengan menghitung jumlah koloni (CFU/ml) yang didapat dari hasil kultur sediaan terpenoid Encapsulated dan Non-encapsulated di dalam media Mueller Hinton setelah bekerja dalam waktu 0-72 jam. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji beda, dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni pada waktu yang diteliti dengan perbedaan efektifitas yang signifikan antara terpenoid encapsulated dan non-encapsulated yang dimulai pada jam ke-3. Puncak penurunan terjadi pada jam ke–24, encapsulated terpenoid lebih efektif dalam mengeliminasi Enterococcus faecalis (2 CFU/ml) dibandingkan dengan non-encapsulated (3 CFU/ml). Berdasarkan Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukan hubungan korelasi negatif pada 24 jam pertama r=-0,84, yang berarti semakin lama waktu kontak maka jumlah koloni Enterococcus faecalis semakin sedikit, dengan nilai koefisien determinasi 71% (kekuatan korelasi tinggi menurut kriteria Guillford). Simpulannya, terdapat perbedaan efektivitas terpenoid encapsulated dan non-encapsulated dengan korelasi negatif antara waktu kerja 0-72 jam terhadap jumlah koloni Enterococcus faecalis.
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MEDIKAMEN SALURAN AKAR KALSIUM HIDROKSIDA POINT DAN PASTA TERHADAP Enterococcus faecalis (ATCC 29212) (2017)
Ulfa, Ika Destina
Pada kasus kegagalan perawatan saluran akar, Enterococcus faecalis adalah salah satu spesies bakteri yang paling dominan terdapat di dalam saluran akar. Kemampuan mikroorganisme ini untuk membuat dirinya resisten dalam sistem saluran akar menjadikannya salah satu patogen paling tahan dari semua flora saluran akar. Kalsium hidroksida sering digunakan sebagai medikamen saluran akar antar kunjungan. Kalsium hidroksida memiliki efek antibakteri terhadap bakteri patogen di dalam sistem saluran akar. Efek antibakterinya berasal dari sifat alkalinnya yang tinggi yang dapat merusak membran sitoplasma bakteri. Efektivitas antibakteri kalsium hidroksida berasal dari penguraian ion kalsium Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas antibakteri kalsium hidroksida point dan pasta terhadap Enterococcus faecalis (ATCC 29212). Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu. Perbedaan efektivitas antibakteri kalsium hidroksida point dan pasta dilihat dengan menganalisis perubahan pH dan jumlah bakteri Enterococcus faecalis dalam rentang waktu 2 jam, 168 jam dan 336 jam. Data dianalisis secara statistik menggunakan t-test independent pada masing-masing kelompok uji berdasarkan lamanya waktu percobaan dan t-test dependent untuk mengetahui perbedaan pH dan jumlah koloni kedua kelompok uji berdasarkan waktu uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok point tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pH dan jumlah koloni berdasarkan lamanya waktu percobaan. Pada kelompok pasta pada percobaan 2 jam dan 168 jam terdapat perbedaan pH yang signifikan, tetapi tidak terdapat perbedaan jumlah koloni yang signifikan; pada 168 jam dan 226 jam tidak terdapat perbedaan pH dan jumlah koloni yang signifikan dan pada percobaan 2 jam dan 336 jam tidak terdapat perbedaan pH yang signifikan. Berdasarkan nilai pH dan penurunan jumlah koloni pada rentang waktu uji kelompok pasta lebih tinggi daripada kelompok point dan terdapat hubungan antara pH dan jumlah koloni. Kesimpulannya, terdapat perbedaan efektivitas antibakteri kalsium hidroksida point dan pasta terhadap Enterococcus faecalis (ATCC 29 212).
EFEKTIVITAS DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI METANOL DAN N-HEKSANA DAUN KEMANGI (OCIMUM AMERICANUM) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS ATCC 29212 (2019)
Wirawan, I Gede Bagus
Daun kemangi (O.americanum) merupakan bahan alam yang mempunyai efek daya antibakteri terhadap bakteri gram positif dan negatif. Ekstrak kemangi secara in vitro memiliki aktivitas antibakteri tertinggi jika diekstrak menggunakan metanol yang bersifat universal, sehingga dapat mengikat semua komponen kimia pada tumbuhan yang bersifat non-polar, semi polar, dan polar. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas daya antibakteri yang dinilai dari zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), penurunan jumlah koloni, serta menganalisis pemberian fraksi metanol dan n-heksana daun kemangi terhadap jumlah koloni E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Metode penelitian adalah eksperimental murni. Subjek penelitian fraksi metanol dan n-heksana, agar Mueller Hinton, biakan E.faecalis ATCC 29212, NaOCl 5,25%, dan dilihat penurunan jumlah koloninya. Analisis menggunakan uji t-test independent dan ANOVA. Hasil penelitian diperoleh nilai rerata zona hambat fraksi metanol dan n-heksana sebesar 6,8 mm dan 7,25 mm. Nilai KHM dan KBM fraksi metanol 1,25% dan 2,5%, serta fraksi n-heksana 0,625% dan 1,25%. Penurunan jumlah koloni fraksi metanol dibandingkan NaOCl mempunyai nilai (pvalue=0,009) dengan perbedaan rerata jumlah koloni antara kelompok NaOCl dan metanol adalah 353,00 dan perbedaannya antara 144,79 - 561,21, sedangkan fraksi n-heksana dibandingkan NaOCl mempunyai nilai (pvalue=0,042) dengan perbedaan rerata jumlah koloni antara kelompok NaOCl dan n-heksana adalah 254,67 dan perbedaannya antara 15,60 - 493,74. Simpulan penelitian ini fraksi metanol dan n-heksana mempunyai sensitivitas daya antibakteri, kemampuan menghambat dan membunuh bakteri, serta efektivitas fraksi metanol tidak lebih efektif dalam menurunkan jumlah koloni E.faecalis ATCC 29212 dibandingkan dengan fraksi n-heksana dan NaOCl secara in vitro.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MEDIKAMEN SALURAN AKAR YANG MENGANDUNG KLINDAMISIN (ODONTOPASTE) DENGAN TETRASIKLIN (LEDERMIX) TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS (ATCC 29212) SECARA IN VITRO (2016)
Kartawidjaja, Merrida
Infeksi saluran akar dan penyakit periapikal disebabkan oleh bakteri dan produknya. Mikroorganisme dapat bertahan dalam tubuli dentin saluran akar, saluran lateral, ramifikasi pada sepertiga apikal. Penyebab kegagalan perawatan endodontik adalah bakteri Enterococcus faecalis karena memiliki kemampuan bertahan hidup pada pH tinggi dan pada kondisi tanpa nutrisi.Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan daya antibakteri medikamen saluran akar yang mengandung klindamisin (Odontopaste) dan medikamen saluran akar yang mengandung tetrasiklin (Ledermix) terhadap Enterococcus faecalis. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni secara in vitro. Efek antimikroba dari 2 jenis medikamen saluran akar, dilakukan menggunakan metode difusi agar. Medikamen saluran akar yang diuji ditempatkan dalam sumur yang dibuat pada media agar yang telah diinokulasi bakteri Enterococcus faecalis. Media agar diinkubasi secara anaerob pada suhu 37o C, diameter hambat diukur setelah 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 168 jam. Data dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan diameter hambat yang berbeda pada seluruh sampel. Efek antibakteri medikamen saluran akar yang mengandung klindamisin (Odontopaste) lebih tinggi dibandingkan medikamen saluran akar yang mengandung tetrasiklin (Ledermix). Simpulan yang didapat yaitu bahwa medikamen saluran akar yang mengandung klindamisin (Odontopaste) memiliki efektivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan medikamen saluran akar yang mengandung tetrasiklin (Ledermix), dan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan.
Perbedaan Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan klorheksidin Terhadap Enterococcus faecalis (ATCC 29212) Secara In Vitro (2017)
Sudigdo, Wijoyo Sastro
Mikroorganisme yang persisten dalam saluran akar merupakan penyebab utama kegagalan perawatan endodontik. Enterococcus faecalis sering ditemukan persisten dalam saluran akar. Irigasi saluran akar memegang peranan penting untuk mengeliminasi bakteri persisten sehingga keberhasilan perawatan endodontik dapat dicapai. Bahan irigasi klorheksidin memiliki kelemahan menyebabkan diskolorasi dan menimbulkan toksisitas. Minyak atsiri diketahui sejak lama memiliki daya anti bakteri. Kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang sering dianggap sebagai limbah diketahui dapat diolah menjadi minyak atsiri yang memiliki aktivitas antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan efektivitas antibakteri minyak atsiri kulit jeruk nipis dan klorheksidin terhadap E.faecalis secara in vitro. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu preparasi minyak atsiri, pengujian aktivitas antibakteri minyak atsiri kulit jeruk nipis terhadap E.faecalis menggunakan metode difusi agar, penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) dengan metode mikrodilusi dan Elisa reader, yang terakhir adalah uji hitung koloni. Data kemudian dianalisis dengan uji t-test independen. Hasil penelitian menunjukkan baik minyak atsiri kulit jeruk nipis maupun klorheksidin memiliki efektivitas antibakteri terhadap E. faecalis. Simpulan penelitian ini adalah minyak atsiri kulit jeruk nipis dan klorheksidin tidak memiliki perbedaan efektivitas antibakteri yang signifikan terhadap E. faecalis.
GAMBARAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEALER BERBASIS RESIN EPOKSI DENGAN METAKRILAT TERHADAP Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2017)
Sapuherni, Erawita Agradaria
Penyebab utama kegagalan perawatan endodontik dikarenakan keberadaan mikroorganisme yang persisten di dalam saluran akar. Enterococcus faecalis merupakan bakteri persiten yang sering ditemukan di saluran akar. Adanya bakteri yang tersisa pada saat obturasi dapat menurunkan keberhasilan perawatan. Sealer sebagai pasta pengisi memiliki fungsi antibakteri yang dapat mencegah infeksi berulang. Sealer berbasis resin epoksi dan metakrilat menjadi pilihan karena sifat adhesinya yang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas antibakteri dari sealer resin epoksi dan resin metakrilat terhadap Enterococcus faecalis. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Langkah penelitian dilakukan dengan tiga tahap yaitu pertama melihat zona hambat, kedua mengukur konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum, dan ketiga apakah terdapat perbedaan jumlah koloni E. faecalis yang terbentuk pada waktu 0 hari dan hari ke tujuh. Hasil penelitian menunjukkan kedua sealer resin membentuk zona hambat terhadap E. faecalis, nilai KHM sealer resin epoksi (AH Plus) adalah 312,5 ppm dan KBM 625 ppm, nilai KHM sealer resin metakrilat (EndoREZ) adalah 625 ppm dan KBM 1.250 ppm, serta perubahan jumlah koloni sampel resin epoksi (AH Plus) pada 0 hari sebesar 2 cfu/ml dan 7 hari menjadi tak terhingga. Pada resin metakrilat (EndoREZ) pada 0 hari tidak terdapat pertumbuhan bakteri dan 7 hari jumlah koloninya menjadi tak terhingga. Simpulan penelitian ini terdapat efektivitas antibakteri sealer resin epoksi (AH Plus) dan resin metakrilat (EndoREZ) terhadap E. faecalis secara in vitro. Nilai KHM sealer resin epoksi (AH Plus) adalah 312,5 ppm dan KBM adalah 625 ppm. Nilai KHM sealer resin metakrilat (EndoREZ) adalah 625 ppm dan KBM adalah 1.250 ppm. Perubahan jumlah koloni sampel resin epoksi (AH Plus) pada 0 hari sebesar 2 cfu/ml dan 7 hari menjadi tak terhingga. Pada resin metakrilat (EndoREZ) pada 0 hari tidak terdapat pertumbuhan bakteri dan 7 hari jumlah koloninya menjadi tak terhingga.
HUBUNGAN WAKTU KONTAK NaOCl 6% DENGAN PENURUNAN JUMLAH KOLONI Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2017)
Yumanta, Sally
Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri yang paling resisten terhadap obat-obatan dan perawatan saluran akar sehingga sering menjadi penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Irigasi merupakan salah satu tahap yang penting dari cleaning and shaping. Tujuan irigasi adalah melarutkan jaringan nekrotik,mematikan bakteri, menghilangkan debris, smear layer, dan lubrikasi. NaOCl merupakan bahan irigasi yang sering digunakan dalam perawatan saluran akar, memiliki efek bakterisid, dan dapat menghancurkan biofilm secara total. Penelitian eksperimental semu ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas antibakteri NaOCl 6 % terhadap E. faecalis berdasarkan perbedaan waktu kontak 0.5 menit, 1 menit, 2 menit, dan 5 menit menggunakan uji ANAVA dan menganalisis korelasi waktu kontak NaOCl 6 % dengan penurunan jumlah koloni E. faecalis menggunakan uji rank Spearman. Efektifitas antibakteri NaOCl 6% berdasarkan perbedaan waktu kotak dilakukan dengan metode colony counting. Hasil penelitian memperlihatkan waktu kontak NaOCl 6% selama 0,5 menit jumlah koloni E.faecalis adalah 80 cfu/ml. Waktu kontak NaOCl 6% selama 1 menit menunjukkan penurunan koloni E.faecalis menjadi 35,5 cfu/ml. Waktu kontak NaOCl 6 % selama 1,5 menit jumlah koloni semakin berkurang menjadi 28,5 cfu/ml dan pada waktu kontak NaOCl 6% selama 2 menit jumlah koloni menjadi jauh berkurang yaitu 9,5 cfu/ml serta pada menit kelima jumlah koloni berkurang menjadi 6 cfu/ml. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan jumlah koloni E.faecalis dengan meningkatnya waktu kontak dengan NaOCl 6%. Simpulan yang didapat adalah terdapat perbedaan efektifitas antibakteri NaOCl 6% terhadap jumlah koloni E.faecalis berdasarkan perbedaan waktu kontak 0.5 menit, 1 menit, 1.5 menit, 2 menit, dan 5 menit dengan hasil uji beda 0,023 (p<0,05) serta terdapat korelasi negatif waktu kontak dengan NaOCl 6% dengan jumlah koloni E.faecalis dengan hasil uji korelasi -0,671.
Konsentrasi Hambat Minimum Serta Konsentrasi Bunuh Minimum Klorheksidin Active Point dan Klorheksidin Gel Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 Secara In Vitro (2020)
Shafira, Sarah
Pendahuluan: Gigi yang mengalami infeksi pulpa terutama infeksi sekunder seringkali terdapat bakteri Enterococcus faecalis di dalam saluran akarnya. Penggunaan medikamen intra kanal yang memiliki kemampuan bakteriostatik dan bakterisid seperti klorheksidin gel dan klorheksidin active point diperlukan dalam perawatan saluran akar. Pemberian klorheksidin gel dan klorheksidin active point harus diberikan dengan dosis yang tepat supaya tidak memberikan efek samping, sehingga perlu dilakukan uji konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui KHM dan KBM klorheksidin active point dan gel Metode: Uji konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum dengan metode microdilution menggunakan microplate 96 well dan disubkultur ke Mueller Hinton Agar (MHA) dalam cawan petri untuk konfirmasi pertumbuhan koloni. Hasil data diolah menggunakan uji statistik Kruskal Wallis dan uji lanjut. Hasil: KHM klorheksidin active point sebesar 1,25% dan klorheksidin gel sebesar 0,5% sedangkan KBM nya sebesar 2,5% dan 1%. Pembahasan: Klorheksidin gel maupun klorheksidin active point dengan konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan E. faecalis dengan berikatan bersama membran dinding sel bakteri yang bermuatan negatif sehingga molekul potassium dan fosfor keluar dari sel dan replikasinya terhenti sedangkan konsentrasi tinggi dapat membunuh bakteri dengan cara terikatnya molekul positif dari CHX dengan molekul negatif membran dinding sel bakteri sehingga permeabilitas membran sel meningkat yang akhirnya sitoplasma sel akan lisis. Klorheksidin active point memiliki konsentrasi lebih besar dalam menghambat dan membunuh bakteri tersebut karena sulitnya ion klorheksidin untuk lepas dari point yang rigid. Simpulan: Konsentrasi minimum klorheksidin active point dalam menghambat Enterococcus faecalis sebesar 1,25% dan klorheksidin gel pada konsentrasi 0,5%. Konsentrasi minimum klorheksidin active point untuk membunuh E. faecalis pada konsentrasi 2,5% dan klorheksidin gel pada konsentrasi 1%.
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS (2015)
Hermawan, Christy Maria
Penyebab utama kegagalan perawatan endodontik yaitu adanya mikroorganisme persisten dalam saluran akar. Bakteri yang dikenal persisten pada saluran akar yaitu Enterococcus faecalis. Penggunaan bahan irigasi yang tepat menjadi sangat penting agar perawatan endodontik berhasil. Sebagai bahan irigasi, NaOCl dan klorheksidin memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut membuat kecenderungan baru dalam bidang kedokteran gigi untuk mencari bahan herbal yang alami yang dapat menjadi alternatif bahan irigasi. Bawang putih dipilih karena memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai bahan irigasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi dan evaluasi efek anti bakteri ekstrak bawang putih yang memberi efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni secara in vitro. Uji antibakteri ekstrak bawang putih menggunakan metode dilusi cair. Metode dilusi cair caranya dengan melakukan pengenceran serial ekstrak bawang putih pada media cair di microplate lalu ditambahkan supensi Enterococcus faecalis dan diinkubasi pada suhu 370C. Hasil yang dilihat setelah 24 jam dengan melihat konsentrasi pada sumur yang jernih akan ditentukan sebagai konsentrasi hambat minimal. Setelah itu konsentrasi bunuh minimal ditentukan dari hasil kultur media pada agar yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian dan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih memiliki konsentrasi hambat minimal 6,25% dan konsentrasi bunuh minimal terhadap Enterococcus faecalis 50%. Simpulan yang didapat yaitu ekstrak bawang putih memiliki konsentrasi hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal terhadap Enterococcus faecalis. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang putih semakin tinggi efek antibakterinya terhadap Enterococcus faecalis.
THE EFFECTIVE CONCENTRATION OF SODIUM HYPOCHLORITE CONCENTRATION ON THE GROWTH OF Enterococcus faecalis (2015)
Siang, Elson Chan Chun
Sodium hypochlorite is proven to contain antibacterial properties. However, the antibacterial effectiveness of sodium hypochlorite differ with the different amount of concentration. Eventhough higher concentration of sodium hypochlorite has better antibacterial effectiveness it will cause iatrogenic hypochlorite incident. Therefore, the main objective of this research was to compare the antibacterial effectivity of sodium hypochlorite on several different concentration towards Enterococcus faecalis. The research method used was laboratory experiment using normal comparison between result of different concentration of sodium hypochlorite which consist of 13 different concentration which are 2.5%, 1.25%, 0.6%, 0.3%, 0.1%, 0.05%, 0.01%, 0.0010%, 0.0005%, 0.0004%, 0.0003%, 0.0002% and 0.0001% on Enterococcus faecalis. The amount of Enterococcus faecalis colony that grow in the blood agar is then calculated after being treated with sodium hypochlorite. The result showed that the 0.05% concentration of sodium hypochlorite has the best antibacterial effectiveness. The conclusion of this research was that, the most effective concentration of sodium hypochlorite towards Enterococcus faecalis is 0.05% as it is the lowest concentration in the research that prevents the growth of Enterococcus faecalis.
PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL ZINGIBER OFFICINALE ROSCOE DAN KLORHEKSIDIN TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS (2016)
Azhar, Rodiyah
Penyebab utama kegagalan perawatan endodontik dikarenakan keberadaan mikroorganisme yang persisten di dalam saluran akar. Enterococcus faecalis merupakan bakteri persisten yang paling sering ditemukan di saluran akar. Penggunaan irigan yang tepat menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan perawatan endodontik. Klorheksidin sebagai bahan irigasi golden standar untuk membunuh E. faecalis mempunyai kelemahan yaitu bersifat toksik dan dapat menyebabkan diskolorasi. Zingiber officinale Roscoe (jahe) mempunyai aktivitas antibakteri tehadap E. faecalis sehingga berpotensi untuk dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan efektivitas antibakteri ekstrak etanol Zingiber officinale Roscoe dan klorheksidin terhadap E. faecalis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni in vitro. Langkah pertama adalah uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Zingiber officinale Roscoe terhadap E. faecalis yang diuji dengan cara metode difusi agar. Tahap selanjutnya adalah penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dengan metode mikrodilusi kemudian dilanjutkan dengan penentuan konsentrasi bunuh minimal (KBM), dengan kultur sampel di agar darah. Data kemudian dianalisis dengan uji Anova dan Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol Zingiber officinale Roscoe mempunyai KBM 15,625 mg/mL sedangkan klorheksidin 1,25 mg/ml. Analisis statistik membuktikan bahwa KBM kedua sampel mempunyai perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Kesimpulan: ekstrak etanol Zingiber officinale Roscoe dan klorheksidin mempunyai perbedaan aktivitas antibakteri terhadap E. faecalis, aktivitas antibakteri ekstrak etanol Zingiber officinale Roscoe lebih kecil daripada klorheksidin
UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK SABUT COCOS NUCIFERA SEBAGAI BAHAN IRIGASI DALAM BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS SECARA IN VITRO (2016)
Sari, Maya Mukti
Irigasi saluran akar merupakan salah satu langkah yang penting dalam cleaning and shaping. Tujuan irigasi yaitu melumasi, melarutkan jaringan nekrotik, menghilangkan debris dan smear layer serta menghilangkan bakteri, terutama bakteri Enterococcus faecalis yang sering ditemukan dalam saluran akar gigi yang telah dirawat endodontik. Ekstrak sabut Cocos nucifera dipilih karena memiliki aktifitas antibakteri terhadap E. faecalis dan toksisitas rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktifitas antibakteri ekstrak sabut Cocos nucifera dan konsentrasi terendah yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri E. faecalis.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental secara in-vitro. Uji aktifitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi, metode dilusi dan metode waktu kontak. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekstrak sabut Cocos nucifera memiliki konsentrasi hambat minimal 1,953 mg/mL dan konsentrasi bunuh minimal 3,906 mg/mL dengan zona hambat kategori sedang pada konsentrasi bunuh minimal. Pada konsentrasi 250 mg/mL ekstrak sabut kelapa memiliki kemampuan membunuh E.faecalis dengan waktu kontak 30 menitSemua hasil kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis Variandan Kruskal –Wallis. Simpulan yang didapat yaitu bahwa ekstrak sabut Cocos nuciferadengan konsentrasi 250 mg/mLmemiliki efek antibakteri terhadap E. faecalis tetapi sebagai larutan irigasi belum memadai karena memerlukan waktu kontak yang lama yaitu 30 menit.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEALER BERBASIS RESIN ( AH PLUS ) DENGAN SEALER BERBASIS NON RESIN ( ENDOMETHASONE-N ) TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS (2014)
Arifin, Corry Jusuf
ABSTRAK Mikroorganisme dapat bertahan dalam tubuli dentin saluran akar, saluran lateral, ramifikasi pada sepertiga apikal. Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme penyebab kegagalan perawatan endodonti karena bersifat resisten terhadap obat medikamen dan memiliki kemampuan bertahan hidup pada pH tinggi dan pada kondisi tanpa nutrisi.Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan daya antibakteri sealer berbasis resin (AH Plus) dan sealer berbasis non-resin (Endomethasone N). Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni secara in vitro. Efek antimikroba dari 2 jenis sealer, dilakukan menggunakan metode difusi agar. Sealer yang diuji ditempatkan dalam sumur yang dibuat pada media agar yang telah diinokulasi bakteri Enterococcus faecalis. Media agar diinkubasi secara anaerob pada suhu 37o C, diameter hambat diukur setelah 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 168 jam. Data dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan diameter hambat yang berbeda pada seluruh sampel. Efek antibakteri sealer berbasis non resin lebih tinggi dibandingkan sealer berbasis resin. Simpulan yang didapat yaitu bahwa sealer berbasis non resin (Endomethasone N) memiliki efektivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan sealer berbasis resin (AH Plus), dan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan
Efektivitas Chlorophenol Camphor Menthol Sebagai Medikamen Intrakanal Terhadap Bakteri Penyebab Abses Periapikal Kronis (2020)
Harnung, Kartikaning
Pendahuluan: Bakteri merupakan etiologi utama dari abses periapikal kronis. Bakteri penyebab abses periapikal kronis terdiri dari campuran Gram positif dan Gram negatif, antara lain Enterococcus faecalis, Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis, Porphyromonas gingivalis. Bakteri tersebut dapat dieliminasi dengan Chlorophenol Camphor Menthol (ChKM) sebagai medikamen intrakanal. Kandungan paraklorofenol dapat memusnahkan berbagai mikroorganisme yang ada dalam saluran akar, Camphor dapat mengurangi efek iritasi dari paraklorphenol murni, selain itu dapat memperpanjang efek antimikrobial, dan Menthol dalam ChKM mampu mengurangi rasa sakit. ChKM memiliki aktivitas antibakteri yang dapat dilihat dengan mencari nilai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM), Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai KHM dan KBM ChKM. Metode: Eksperimental laboratorium dengan metode mikrodilusi dan pengukuran Optical Density dengan spektrofotometer. Hasil: ChKM memiliki aktivitas bakteriostatik terhadap E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis dimulai dari konsentrasi 2.000 &micro;g/mL dan aktivitas bakterisida dimulai dari konsentrasi 8.000 &micro;g/mL. Pembahasan: ChKM menghambat perkembangbiakan sel dengan cara menghambat sintesis asam nukleat yang merupakan bagian sangat vital bagi perkembangan sel, dengan mengikat enzim polimerase-RNA, sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA. Kandungan Parachlorophenol dalam membunuh bakteri adalah dengan menyebabkan kerusakan sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel. Simpulan: Medikamen Chlorophenol Camphor Menthol efektif dalam menghambat dan membunuh E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis dilihat dari nilai KHM dan KBM yang didapat.
Efektivitas Pasta Triantibiotik sebagai Medikamen Intrakanal terhadap Bakteri Penyebab Abses Periapikal Kronis (2020)
Azhara, Dea Hanin
Pendahuluan: Abses periapikal kronis disebabkan oleh bakteri yang bersifat polimikroba, diantaranya Enterococcus faecalis, Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis, dan Porphyromonas gingivalis. Proses sterilisasi saluran akar dengan pengaplikasian medikamen intrakanal merupakan salah satu tahap penting dalam perawatan saluran akar yang merupakan penatalaksanaan dari abses periapikal kronis. Pasta triantibiotik yang terdiri dari metronidazol, siprofloksasin, dan klindamisin merupakan medikamen intrakanal yang mampu mengeliminasi bakteri dari saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) pasta triantibiotik terhadap bakteri penyebab abses periapikal kronis. Metode: Penelitian ini berjenis eksperimental laboratoris yang dilakukan secara in vitro dengan metode mikrodilusi dan pengukuran optical density menggunakan spektrofotometer. Hasil: Pasta triantibiotik efektif terhadap bakteri E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis dengan aktivitas hambat bakteri dimulai dari konsentrasi 0,375 &#61549;g/mL dan aktivitas bunuh bakteri dimulai dari konsentrasi 24 &#61549;g/mL. Pembahasan: Metronidazol yang terkandung dalam pasta triantibiotik dapat mengikatkan diri pada DNA bakteri sehingga menyebabkan kerusakan pada struktur heliks DNA bakteri. Siprofloksasin menghambat kerja enzim DNA girase dan topoisomerase IV yang akan mengganggu proses replikasi dan transkripsi bakteri. Klindamisin berikatan dengan subunit 50S ribosom bakteri yang dapat menghambat terbentuknya rantai polipeptida sehingga mengganggu sintesis protein bakteri. Simpulan: Medikamen pasta triantibiotik efektif menghambat dan membunuh bakteri E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis yang dilihat dari nilai KHM dan KBM.
BIOPROSPEKSI EKSTRAK DAN BAKTERI ENDOFIT DARI BUAH DAN BATANG BISBUL (Diospyros blancoiA.DC.) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI KOLOREKTAL (2020)
Monica, Devira
Bakteri kolorektal adalah bakteri yang dapat memicu pertumbuhan tumor pada bagian kolorektal, sedangkan bisbul (Diospyros blancoi A.DC.) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan senyawa metabolitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ekstrak serta isolat bakteri endofit dari buah dan batang bisbul yang memiliki potensi paling besar untuk menghambat pertumbuhan bakteri kolorektalSalmonella enterica danEnterococcus faecalis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif, melalui tahap isolasi dan identifikasi bakteri endofit, ekstraksi buah dan batang bisbul, uji aktivitas antibakteri, serta identifikasi senyawa bioaktif ekstrak dan bakteri endofit batang dan buah bisbul. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak buah dan batang bisbul dapat menghambat pertumbuhan kedua jenis bakteri kolorektal masing-masing dengan rata-rata zona hambat terbesar 9,67 mm dan 9,33 mm terhadap S. enterica, sedangkan terhadap E. faecalis 15 mm dan 14,33 mm. Supernatan bakteri endofit buah dan batang bisbul dapat menghambat pertumbuhan kedua jenis bakteri kolorektal masing-masing dengan rata-rata zona hambat terbesar 8 mm dan 7,33 mm terhadap S. enterica, sedangkan terhadap E. faecalis 8,67 mm dan 9,67 mm. Hasil identifikasi bakteri endofit menunjukkan isolat bakteri endofit yang potensial adalah Bacillus cereus (BU-2A) dan Bacillus sp. (BTG-4).
EFEKTIVITAS MEDIKAMEN KALSIUM HIDROKSIDA TERHADAP BAKTERI PADA KASUS ABSES PERIAPIKAL KRONIS DALAM RENTANG WAKTU 7 HARI (2020)
Putri, Chany Mony Dwiayu
Pendahuluan: Bakteri merupakan etiologi utama abses periapikal kronis. Bakteri yang terdapat pada abses periapikal kronis diantaranya adalah E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis. Bakteri-bakteri tersebut dapat dieliminasi menggunakan medikamen intrakanal seperti kalsium hidroksida. Ion hidroksil pada kalsium hidroksida menyebabkan kematian pada sel bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan kalsium hidroksida sediaan pasta terhadap bakteri E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis sediaan ATCC. Metode: Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratoris menggunakan metode mikrodilusi yang dilakukan secara in vitro menggunakan alat spektrofotometer untuk melihat nilai konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM) dari bakteri terhadap kalsium hidroksida sediaan pasta. Hasil: Kalsium hidroksida sediaan pasta efektif untuk menghambat dan membunuh bakteri E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis berdasarkan dari nilai KHM dimulai dari 750 mg/ml dan KBM dimulai daro 6.000 mg/ml. Pembahasan: Kalsium hidroksida memiliki kemampuan untuk menghambat pembunuhan biofilm dengan merusak atau memodifikasi struktur asam lipoteikoik dengan melepaskan ion hidroksil sehingga menghasilkan lingkungan yang alkali atau basa, sehingga asam teikoik yang terkena kalsium hidroksida tidak dapat menstimulasi produksi faktor nekrosis tumor alfa (TNF-a) dan memberikan efek antimikroba yang baik pada bakteri E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis. Simpulan: Medikamen kalisum hidroksida sediaan pasta efektif menghambat dan membunuh bakteri E. faecalis, S. mutans, S. sanguinis, dan P. gingivalis dilihat dari nilai KHM dan KBMnya.
Potensi Ekstrak dan Bakteri Endofit Buah Namnam (Cynometra cauliflora L.) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Firdausi, Rosytha Dewi
Infeksi yang disebabkan bakteri patogen kolorektal menyebabkan penyakit pada kolorektal. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi, namun dapat menyebabkan efek samping terutama resistensi bakteri patogen. Namnam (Cynometra cauliflora L.) adalah tanaman langka yang mengandung senyawa antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak dan bakteri endofit dari buah namnam sebagai antibakteri alami terhadap bakteri patogen kolorektal yaitu Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Salmonella enterica, dan Streptococcus bovis. Penelitian ini terdiri dari ekstraksi menggunakan metode maserasi, isolasi bakteri endofit menggunakan metode spread plate, seleksi antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer, dan identifikasi bakteri endofit menggunakan uji biokimia. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak dan bakteri endofit dari buah namnam menghasilkan zona hambat terhadap bakteri uji. Zona hambat yang dihasilkan berada dalam kategori sangat lemah hingga kuat. Rata-rata zona hambat terbesar yang dihasilkan ekstrak adalah 21,7 mm terhadap S. bovis, 21 mm terhadap E.coli, 17,7 mm terhadap E. faecalis, dan 13 mm terhadap S. enterica. Isolat bakteri endofit yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi hingga terendah adalah Lysinibacillus sphaericus (N-2), Bacillus pumilus (N-1), Pseudomonas flourescens (N-4) dan Bacillus amyloliquefaciens (N-6).
Potensi Ekstrak dan Bakteri Endofit dari Buah Gandaria (Bouea macrophylla Griff) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Saraswati, Dyah Maulidya
Bakteri patogen kolorektal menghasilkan metabolit yang dapat menyebabkan infeksi kronis yang berpotensi menjadi tumor. Gandaria (Bouea macrophylla Griff) merupakan tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak buah gandaria dan isolat bakteri endofit buah gandaria terhadap bakteri pada saluran kolon dan rektum. Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak buah gandaria adalah maserasi menggunakan pelarut etanol 95%, ekstrak etanol buah gandaria diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode difusi cakram Kirby- Bauer dengan konsentrasi ekstrak 80,40,20,10,5, dan 2,5%. Bakteri endofit buah gandaria diisolasi, diseleksi, dikulturisasi, dan disentrifugasi, kemudian uji aktivitas antibakteri dari bakteri endofit dilakukan dengan difusi cakram Kirby-Bauer. Bakteri uji yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella enterica, Enterococcus faecalis, dan Streptcoccus bovis. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah gandaria menunjukkan bahwa ekstrak buah dapat menghambat keempat bakteri uji. Dua bakteri endofit yang berpotensi menghasilkan antibakteri dari buah gandaria yaitu Bacillus cereus yang dapat menghambat E. faecaclis dengan diamter 7 dan 8 mm, kemudian S. bovis dengan diameter 9 dan 10 mm, bakteri endofit Bacillus amyloliquefaciens dapat menghambat E. faecalis dengan diameter 14, 20, dan 12 mm, S. bovis dengan diameter 12 dan 11 mm, dan E. coli dengan diameter 12 dan 7 mm.
Bioprospeksi Ekstrak Buah dan Bakteri Endofit Asal Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Safitri, Febrina Anjar Laxmi
Kanker kolorektal adalah penyakit paling berbahaya ketiga dan penyebab kematian akibat kanker nomor empat di dunia. Bakteri pada usus memiliki peran penting dalam pembentukan kanker kolorektal. Dewandaru (Eugenia uniflora L.) sejak lama telah digunakan sebagai obat tradisional dalam menangani berbagai penyakit. Buah dewandaru dan bakteri endofitnya dapat menghasilkan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potensi antibakteri dari ekstrak etanol dan bakteri endofit asal buah dewandaru menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer dan menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) serta Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) menggunakan metode dilusi. Bakteri endofit diisolasi dari buah dewandaru dengan serangkaian dilusi dan teknik goresan. Seluruh isolat dan ekstrak etanol buah dewandaru dengan berbagai konsentrasi telah diuji aktivitas antibakterinya terhadap empat bakteri kolorektal (Streptococcus bovis, Enterococcus faecalis, Escherichia coli dan Salmonella enterica). Hasil uji menunjukkan terdapat zona hambat dengan kategori sangat lemah – kuat, baik pada ekstrak buah maupun bakteri endofit yang diisolasi. Rata-rata zona hambat terbesar yang dihasilkan ekstrak etanol buah dewandaru adalah sebesar 22 mm terhadap bakteri S. bovis, 26.7 mm terhadap bakteri E. faecalis, 19.3 mm terhadap bakteri E. coli, dan sebesar 12 mm terhadap bakteri S. enterica. Beberapa isolat yang telah teridentifikasi di antaranya adalah Bacillus cereus, Bacillus amyloliquefaciens, Bacillus sp. 1, Bacillus sp. 2, dan Bacillus sp. 3. Isolat yang paling berpotensi sebagai agen antibakteri adalah isolat Bacillus sp. 2.
Kajian Konsumsi Pangan untuk Melihat Profil Bakteri Probiotik pada Air Susu Ibu (ASI) (2019)
Wargadipura, Fitri Hasnaulia
Air Susu Ibu (ASI) merupakan biofluida yang mengandung nutrisi untuk bayi. Makanan yang dikonsumsi ibu secara tidak langsung mempengaruhi profil probiotik pada ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan profil bakteri probiotik pada ASI berdasarkan konsumsi pangan ibu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pengambilan sampel ASI berasal dari 15 ibu menyusui pada 50 hari paska melahirkan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik purposive sampling. Ibu menyusui dibagi menjadi 3 perlakuan, yaitu tanpa perlakuan, pemberian biskuit sinbiotik, Lactogen dan Lacto-B. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah food recall 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian dari 15 sampel ASI didapat 4 isolat bakteri yang memiliki profil probiotik sebagai berikut : memiliki bentuk koloni lonjong dan bulat, berwarna putih, memiliki elevasi yang konveks, tepi koloninya utuh, berada di tengah agar, dan merupakan bakteri Gram positif berbentuk coccus, cocobasil, dan basil. Ke-4 isolat bakteri probiotik memberikan kurva pertumbuhan yang cenderung naik pada pengamatan ketahanan terhadap garam empedu 0,3%, pH 2, dan pH 4. Spesies probiotik tersebut adalah Staphylococcus hominis, Lactobacillus hilgardii, Lactobacillus plantarum, dan Enterococcus faecalis.
Bioprospeksi Ekstrak Buah dan Bakteri Endofit Asal Cermai ( Phyllanthus acidus L.) Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Lestari, Nindya Ayuni
ABSTRAK Kanker kolorektal merupakan kanker yang disebabkan infeksi bakteri patogen dan menyerang usus besar. Penggunaan antibakteri alami dari tanaman merupakan alternatif pengobatan infeksi bakteri patogen. Cermai (Phyllanthus acidus L.) merupakan tanaman obat yang mengandung senyawa bioaktif dan bakteri endofit yang berpotensi sebagai antibakteri alami. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri, konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak buah cermai sekaligus mendapatkan isolat bakteri endofit asal buah cermai yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap infeksi bakteri kolorektal (Enterococcus faecalis, Salmonella enterica, Streptococcus bovis dan Escherichia coli). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, meliputi pengambilan sampel, ekstraksi sampel menggunakan pelarut etanol 95% dengan metode maserasi dan evaporasi, isolasi dan identifikasi bakteri endofit, uji aktivitas antibakteri ekstrak buah dan bakteri endofit dengan metode Kirby-Bauer, serta uji KHM dan KBM menggunakan metode dilusi. Hasil penelitian diperoleh ekstrak buah cermai berpotensi sebagai antibakteri dengan rata-rata diameter zona hambat terbesar 21 mm terhadap S. bovis, dengan kemampuan menghambat serta membunuh pada konsentrasi 20% dan 30%. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri endofit diperoleh enam isolat bakteri diantaranya Bacillus sp.1, Bacillus sp.2, B. amyloliquefaciens, B. licheniformis, B. cereus, dan Bacillus sp.3. Tiga isolat yang berpotensi sebagai antibakteri yaitu Bacillus sp.2, B. amyloliquefaciens, dan Bacillus sp3.
KEMAMPUAN PENETRASI MIKROKAPSUL POLYLACTIC-CO-GLYCOLIC ACID TERPENOID HASIL ISOLASI UMBI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) MELALUI TUBULI DENTIN (2018)
Desneli
Beberapa mikroorganisme memegang peranan penting dalam infeksi sistem saluran akar, salah satunya Enterococcus faecalis. Prevalensi bakteri ini pada infeksi saluran akar primer sebanyak 40% dan pada infeksi saluran akar persisten sebanyak 24-77%. Resistensi bakteri terhadap perawatan endodontik dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain karena ukuran bakteri yang sangat kecil dengan rata-rata 0,2-0,7 &micro;m mampu berpenetrasi ke dalam tubuli dentin yang berukuran sangat kecil antara 0,9-2,5 &micro;m untuk melindungi diri dari efek instrumentasi dan irigasi selama perawatan endodontik. Mikrokapsul polylactic-co-glycolic acid (PLGA)-terpenoid merupakan zat aktif terpenoid antibakteri yang dienkapsulasi dengan PLGA berukuran kurang dari 2,5 &micro;m dan mampu berfungsi sebagai controlled release, dapat menjadi pertimbangan sebagai medikamen saluran akar menyesuaikan dengan ukuran diameter tubuli dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis kemampuan penetrasi mikrokapsul PLGA-terpenoid hasil isolasi Myrmecodia pendes Merr & Perry melalui tubuli dentin. Design penelitian adalah deskriptif eksploratif berupa analisis kemampuan mikrokapsul PLGA-terpenoid yang berukuran kurang dari 2,5 &micro;m berpenetrasi melalui tubuli dentin menggunakan metode difusi pada pH 6,5 dan suhu 37&deg;C, dinilai menggunakan alat UV-Vis Spektrofotometri Cary 60. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat pelepasan terpenoid dari mikrokapsul melalui tubuli dentin. Simpulan penelitian ini mikrokapsul PLGA yang mengandung terpenoid hasil isolasi umbi sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) mampu berpenetrasi melalui tubuli dentin.
Mode Action Prediction of Butein as Antibacterial Oral Pathogen against Enterococcus faecalis ATCC 29212 and as Inhibitor of MurA Enzyme: In Vitro and In Silico Study (2020)
Satari, Mieke Hemiawati ; Primasari, Ameta ; Dharsono, Hendra Dian Adhita ; Apriyanti, Eti ; Suprijono, Maria Matoetina ; Sumantadiredja, Yetty Herdiyati ; Kurnia, Dikdik
Background:The MurA enzyme, enolpyruvyl UDP-N-acetylglucosamine transferase, is one of the targeted proteins by antibiotic for effective treatment of diseases provided by pathogenic bacteria. It is a key role in cell wall biosynthesis of Gram-positive bacteria such as Enterococcus faecalis. Butein is a flavonoid that showed antioxidant and anticancer activities, but recently it is a promising antibacterial agent and reported can inhibit E. faecelis, Eschericia coli, and Mycobacterium tuberculosis. It was isolated from medicinal plants including Sarang Semut (Myrmecodia pendans). However, the molecular mechanism of butein inhibits bacteria that it is no clear. Objective: This study aims to predict the molecular action of the butein against MurA catalyzing the first step of peptidoglycan biosynthesis. Materials and Methods: Butein isolation used a combinational separation technic and characterization using spectroscopic methods. Then, in silico method used was virtual screening using programs including Autodock Vina in PyRx, protein.plus, and ligplots. Butein and UDP-N-acetylglucosamine (UNAG as a positive control) act as ligand were subject binding to 3KQJ MurA as protein. To evaluate in vitro antibacterial activity, we used Kirby-Bauer method. Results: Butein from M. pendans is a potential compound to inhibit the MurA with binding affinity -7.6 kcal.mol-1. It is lower than UNAG but higher than Fosfomycin as MurA inhibitor. Butein attaches to MurA in the same position as UNAG so that it concludes that both is a competitive inhibitor. Meanwhile, in vitro study showed that butein inhibit the E. faecalis growth with MIC of 0.62 mg/ml. Conclusions: Butein as a potent antibacterial agent through blocking MurA enzyme in cell wall formation.
PENGARUH PROBIOTIK Lactobacillus plantarum IS-10506 DAN Enterococcus faecium IS-27526 TERHADAP HEMATOLOGI KELINCI GALUR NEW ZEALAND WHITE (2017)
Masula, Yonahar
Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah cukup akan memberikan manfaat kesehatan. Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526 merupakan strain bakteri asam laktat hasil isolasi dari dadih yang memiliki kemampuan terbesar diantara isolat lainnya dalam menghambat adhesi bakteri patogen pada mukosa usus. Kedua bakteri tersebut merupakan probiotik potensial yang dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat lainnya, oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526 terhadap hematologi. Pada penelitian ini digunakan 27 kelinci jantan galur New Zealand White yang dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok 1 diberi probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506, kelompok 2 diberi probiotik Enterococcus faecium IS-27526 dan kelompok kontrol. Tahapan penelitian meliputi persiapan hewan uji, preparasi probiotik, pengambilan darah, analisis hematologi dan analisis data. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan MANOVA dua-arah dengan uji lanjut Dunnet C Multiple Comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 meningkatkan jumlah hematokrit (HCT) dan platelet (PLT) secara signifikan sedangkan pemberian probiotik Enterococcus faecium IS-27526 tidak berpengaruh pada hematologi. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 berpengaruh terhadap hematologi.
IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENYEBAB DYSBIOSIS PADA KELINCI GALUR NEW ZEALAND DENGAN PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526 (2017)
Arditta, Dinda
Lebih dari 500 spesies mikrobiota berada di dalam saluran pencernaan manusia. Homeostasis dari mikrobiota usus tergantung pada kondisi lingkungan dan karakteristik inangnya. Ketidakseimbangan dari populasi mikrobiota dikatakan sebagai dysbiosis. Dysbiosis disebabkan karena adanya peningkatan jumlah bakteri patogen pada saluran cerna sehingga mampu meningkatkan kadar metabolit toksik yang menyebabkan penyakit kronik dan degeneratif. Salah satu cara mencegah terjadinya dysbiosis adalah dengan pemberian Probiotik, mikroorganisme yang bila diberikan dalam dosis sesuai akan bermanfaat bagi kesehatan inangnya. Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526 merupakan bakteri asam laktat yang berasal dari dadih memiliki kemampuan menghambat adhesi bakteri patogen pada mukosa usus sehingga diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian kedua probiotik terhadap mikrobiota usus. Pada penelitian ini digunakan 27 kelinci jantan galur New Zealand dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506, kelompok probiotik Enterococcus faecium IS-27526, dan kelompok kontrol. Tahapan penelitian meliputi permohonan izin etik, penyiapan hewan uji, pemberian perlakuan hewan uji, isolasi dan identifikasi bakteri penyebab dysbisosis. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh pemberian probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526 terhadap keanekaragaman bakteri Enterobacteriaceae, dimana ditemukan 4 genus bakteri Citrobacter sp, Enterobacter sp, Serratia sp, dan Escherichia sp. Hal ini didukung dengan penurunan yang tidak signifikan dari total populasi mikrobiota dan total populasi Enterobacteriaceae setelah pemberian probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526.
Terpenoid dari Umbi Tumbuhan Sarang Semut (M. pendens) yang beraktivitas Antibakteri E. faecalis dan Antikanker Ovarium SKOV-3 (2014)
Yuda, Indah Permata
Di Indonesia kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketiga setelah kanker serviks dan kanker payudara. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan pada waktu telah terjadi anak sebar. Selain kanker, penyakit infeksi masih berada pada urutan teratas penyebab kematian di Indonesia. Keterbatasan obat yang ada sekarang menyebabkan perlunya dicari pengganti ataupun melengkapi untuk mengatasi kedua masalah tersebut. Tumbuhan M. pendens atau lebih dikenal dengan nama umbi sarang semut telah dikenal mampu mengobati berbagai penyakit namun belum banyak penelitian tentang tumbuhan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah isolasi dan karakterisasi senyawa dari umbi M. pendens serta uji aktivitas antibakteri E. faecalis dan antikanker ovarium SKOV-3. Isolasi senyawa ini dimulai dengan proses sokletasi M. pendens dengan pelarut etil asetat, kemudian dievaporasi pada suhu 40&deg;C, dipisahkan dan dimurnikan dengan berbagai metode kromatografi. Senyawa murni yang diperoleh, selanjutnya dikarakterisasi dengan menggunakan spektrometer 1H-NMR, 13C-NMR, 2D NMR dan MS serta diuji aktivitas antibakteri E. faecalis dengan menentukan nilai MIC secara mikrodilusi dan antikanker ovarium SKOV-3 dengan metode uji MTT. Dari hasil penelitian didapatkan senyawa 1 dan senyawa 2 dengan massa 145 dan 20,3 mg. Senyawa 1 memiliki aktivitas antibakteri E. faecalis yang cukup tinggi dengan nilai MIC sebesar 0,0076 ppm dan antikanker ovarium SKOV-3 dengan IC50 sebesar 481 &micro;g/ml sedangkan senyawa 2, yaitu betulin tidak aktif terhadap kedua aktivitas tersebut.
UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR PADA OLEORESIN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.) TERHADAP JAMUR Aspergillus niger, Candida albicans, Microsporum gypseum dan Trichophyton mentagrophytes (2015)
Ariyanti, Astri
Cabai merah keriting mengandung oleoresin yang memiliki nilai ekonomis tinggi di bidang farmasi. Oleoresin adalah salah satu produk rempah-rempah yang sifatnya berupa cairan kental yang diperoleh dengan cara mengekstrak menggunakan pelarut organik. Aspergillus niger ATCC 6726, Candida albicans ATCC 10231, Microsporum gypseum ATCC 14683 dan Trichophyton mentagrophytes ATCC 16404 merupakan jamur penyebab penyakit bagi manusia yang umumnya dapat merusak organ tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur oleoresin cabai merah keriting terhadap jamur A. niger ATCC 6726, C. albicans ATCC 10231, M. gypseum ATCC 14683 dan T. mentagrophytes ATCC 16404. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis deskriptif. Perlakuan yang dilakukan dalam pengujian aktivitas antijamur meliputi pengukuran diameter daya hambat dan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Pengukuran diameter daya hambat dan penentuan KHM dilakukan dengan metode difusi cakram dengan taraf konsentrasi 20%, 40% dan 60% (v/v) untuk diameter daya hambat dan 5%, 10%, 15% dan 20% (v/v) untuk KHM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleoresin cabai merah keriting mampu menghambat jamur C. albicans ATCC 10231, M. gypseum ATCC 14683 dan T. mentagrophytes ATCC 16404 dan tidak mampu menghambat jamur A. niger ATCC 6726. Diameter daerah penghambatan terhadap C. albicans ATCC 10231, M. gypseum ATCC 14683 dan T. mentagrophytes ATCC 16404 berturut-turut adalah 4,00; 2,83; dan 3,33 mm dengan nilai KHM pada C. albicans ATCC 10231 sebesar 15% (v/v), M. gypseum ATCC 14683 sebesar 20% (v/v) dan T. mentagrophytes ATCC 16404 sebesar 5% (v/v).
AKTIVITAS ANTIBAKTERI PROPOLIS TERHADAP Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 DAN Propionibacterium acnes ATCC 6919 ()
B, Moh Zaki M
ABSTRAK Jerawat adalah penyakit kulit yang diakibatkan peradangan menahun kelenjar polisebasea, yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodus, dan kista Salah satu bahan alam yang berpotensi untuk mengobati jerawat adalah propolis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri produk propolis terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 dan Propionibacterium acnes ATCC 6919. Penelitian dilakukan melalui tahap pengujian aktivitas antibakteri produk propolis, penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) produk propolis serta uji banding aktivitas antibakteri produk propolis dengan antibiotika tetrasiklin. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa produk propolis A dan B mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 dan Propionibacterium acnes ATCC 6919. Aktivitas tertinggi ditunjukkan oleh propolis A pada konsentrasi 20% terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228. KHTM produk propolis A dan B terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 dan Propionibacterium acnes ATCC adalah 0,3125-0,625%. Nilai uji banding aktivitas antibakteri propolis A dan B dengan antibiotika tetrasiklin terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 sebesar 1 : 0,000005206 dan 1 : 0,000004978. Nilai uji banding aktivitas antibakteri propolis A dan B dengan antibiotika tetrasiklin terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919 sebesar 1 : 0,000003588 dan 1 : 0,000003378. Kata kunci : Jerawat, propolis, Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes
Aktivitas Antibakteri Oleoresin Cabai Merah keriting (Capsicum annum L.) Terhadap Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif (2014)
Pratiwi, Hendina
Cabai mengandung oleoresin yang sangat bermanfaat dalam industri farmasi. Oleoresin adalah salah satu produk rempah yang bersifat cairan kental dan dapat dibedakan dengan warna yang cokelat kehitaman dan mempunyai rasa dan aroma seperti rempah aslinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri oleoresin cabai merah keriting terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis deskriptif. Perlakuan yang dilakukan dalam pengujian aktivitas antibakteri meliputi penentuan diameter daya hambat dan total pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleoresin terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri, maka dari itu oleoresin dapat dikembangkan sebagai antibakteri. Diameter daerah penghambatan terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29213, Staphylococcus epidermis ATCC 12228, Escheria coli ATCC 25922, dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 berturut-turut adalah 18,25 ; 17 ; 2,40 ; dan 2,90 mm. Sedangkan total pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 29213, Staphylococcus epidermis ATCC 12228, Escheria coli ATCC 25922, dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 berturut-turut adalah 7,0 x 105 ; 1,9 x 106 ; 2,7 x 106 ; dan 2,0 x 106 CFU/ml.
PENULUSURAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI RIMPANG LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) TERHADAP BIOFILM Staphylococcus aureus ATCC 25923 (2014)
Alviany, Veni
Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang umum terdapat pada kulit dan membran mukosa manusia. Namun, S.aureus juga merupakan bakteri oportunistik yang dapat membentuk biofilm. Pembentukan biofilm tersebut dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelusuran antibakteri terhadap biofilm perlu dilakukan guna mengatasi resistensi antibiotika. Salah satu bahan alam yang dilaporkan berpotensi terhadap bakteri S.aureus adalah rimpang lempuyang wangi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aktivitas antibakteri rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) terhadap biofilm S.aureus ATCC 25923. Metode penelitian yang dilakukan meliputi tahap pengumpulan dan determinasi tumbuhan, penapisan fitokimia, pemantauan pola kromatografi lapis tipis, pengujian aktivitas antibakteri S.aureus ATCC 25923 dengan metode difusi agar, optimasi pembentukan biofilm S.aureus ATCC 25923 dengan variasi konsentrasi glukosa pada media, dan pengujian aktivitas minyak atsiri dan ekstrak uji terhadap biofilm S.aureus ATCC 25923 menggunakan metode mikrodilusi dengan pewarnaan kristal violet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rimpang lempuyang wangi membutuhkan konsentrasi 80% untuk mendegradasi biofilm S.aureus ATCC 25923.
DAYA ANTIBAKTERI ZAT AKTIF KURKUMIN TERHADAP Streptococcus sanguinis ATCC 10556 DAN Streptococcus oralis ATCC 6249 (2020)
Oktafiana, Puja
Pendahuluan: Streptococcus sanguinis dan Streptococcus oralis merupakan kelompok bakteri Streptococcus viridans yang hidup di lingkungan oral. Bakteri ini merupakan bakteri yang membentuk plak pada gigi. Penumpukkan plak dapat menyebabkan terjadinya infeksi jaringan periodontal dan infeksi sekunder pada stomatitis aftosa rekuren. Kunyit merupakan tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat. Zat aktif kurkumin yang terkandung di dalam kunyit diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas zat aktif kurkumin terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 dan Streptococcus oralis ATCC 6249. Metode: Efektivitas dari kurkumin dilihat dari nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) menggunakan metode mikrodilusi sesuai dengan Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI) dengan variasi konsentrasi 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125, 62.5, 31.25, 15.625, 7.8125 (&micro;g/ml) Hasil: Uji KHM dari zat aktif kurkumin terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 berada pada konsentrasi 4000 &micro;g/ml yang merupakan KHM90, pada Streptococcus oralis ATCC 6249 tidak ditemukan nilai KHM meski pada konsentrasi tertinggi. Nilai KBM pada kedua bakteri berada pada konsentrasi lebih dari 4000 &micro;g/ml. Simpulan: Zat aktif kurkumin tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 dan Streptococcus oralis ATCC 10556.
UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR PADA BUBUK CABAI KERING (Capsicum Powder) TERHADAP BEBERAPA JENIS JAMUR (2015)
B., Wahdan Ambar
Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak. Salah satu proses penanganan pasca panen pada cabai yaitu dengan menjadikannya sebagai bubuk cabai kering. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antijamur dari bubuk cabai kering terhadap beberapa jamur. Jenis jamur dalam penelitian ini adalah C. albicans ATCC 10231, T. mentagrophytes ATCC 16404, M. gypseum ATCC 14683, dan A. niger ATCC 6726. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium dengan analisis deskriptif. Perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi 30% (b/v), 50% (b/v), dan 70% (b/v) pada pengukuran diameter daya hambat serta konsentrasi 30% (b/v), 35% (b/v), 40% (b/v), 45% (b/v), dan 50% (b/v) pada penentuan MIC. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 30% (b/v) dapat menghambat pertumbuhan jamur C. albicans ATCC 10231 dengan diameter sebesar 1,19 mm. Hasil penentuan MIC yaitu pada konsentrasi 30% (b/v) bubuk cabai dapat menghambat pertumbuhan C. albicans ATCC 10231; konsentrasi 35% (b/v) dapat menghambat pertumbuhan T. mentagrophytes ATCC 16404; dan konsentrasi 45% (b/v) bubuk cabai dapat menghambat pertumbuhan M. gypseum ATCC 14683. Diameter daya hambat yang terbentuk berturut-turut yaitu 0,15 mm; 0,32 mm; dan 1,00 mm.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli 25922 (2015)
Herdianto, Riko
Daun singkong (Manihot esculenta Crantz) memiliki kandungan flavonoid dan saponin, yang secara turun temurun digunakan antara lain sebagai antidiare dan obat disentri, bakteri penyebab diare antara lain Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, yang merupakan bakteri penyebab infeksi nosokomial dengan tingkat kematian tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak air dan fraksi teraktif daun singkong (Manihot esculenta Crantz) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli 25922. Pengujian aktivitas ekstrak dan fraksi teraktif, serta penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi teraktif dengan menggunakan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air daun singkong (Manihot esculenta Crantz) memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus ATCC 25923 maupun terhadap E. coli ATCC 25922. Fraksi teraktif dari ekstrak air daun singkong terhadap kedua bakteri uji ditunjukkan oleh fraksi n-heksan. Nilai KHTM fraksi n-heksan terhadap bakteri E. coli ATCC 25922 berada pada rentang konsentrasi (b/v) dan untuk S. aureus ATCC 25923 berada pada rentang konsentrasi (b/v). Nilai KBM fraksi n-heksan terhadap E. coli ATCC 25922 berada pada konsentrasi (b/v), sedangkan terhadap S. aureus ATCC 25923 berada pada konsentrasi (b/v).
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI DAUN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) TERHADAP Bacillus cereus ATCC 1346 DAN Klebsiella pneumoniae ATCC 2357 (2017)
Aulani, Fathia Nabila
Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan karena adanya mikroorganisme patogen. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan terjadiya infeksi antara lain Bacillus cereus dan Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol dan fraksi teraktif daun jambu mete terhadap Bacillus cereus ATCC 1346 dan Klebsiella pneumoniae ATCC 2357. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi simplisia dengan metode maserasi, fraksinasi dengan Ekstraksi Cair-Cair (ECC), penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak dan fraksi teraktif, uji aktivitas ekstrak dan fraksi dengan metode difusi agar serta penentuan konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) dengan metode mikrodilusi. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak etanol dan fraksi daun jambu mete memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus cereus ATCC 1346 dan Klebsiella pneumoniae ATCC 2357. Fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dalam pengujian aktivitas antibakteri. Nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun jambu mete terhadap Bacillus cereus ATCC 1346 dan Klebsiella pneumoniae ATCC 2357 berada pada rentang konsentrasi 1,25 % - 2,50 % sedangkan nilai KHTM dan KBM dari fraksi teraktif bagi kedua bakteri tersebut memiliki rentang konsentrasi 0,31 % - 0,63 %.
  • 1 to 50
  • Contact
  • Imprint
  • OAI
  • Sitelinks
OPUS4 Logo