Login

Open Access

  • Home
  • Browse
  • FAQ

Advanced Search | All documents | Latest documents subscribe to RSS feed

Refine

Author

  • Fauzan, Muhammad (3)
  • Iqbal, Muhammad (3)
  • Adeliana, Lina (2)
  • Adhi, Rhyan Kharisma (2)
  • Adhi, Satriyo Restu (2)
  • Afifah, Zulfa (2)
  • Akbar, Nur (2)
  • Amalia, Rizky (2)
  • Ananda, Rizky (2)
  • Andrianto (2)
+ more

Year of publication

  • 2017 (1.132)
  • 2016 (1.053)
  • 2014 (1.015)
  • 2015 (938)
  • 2013 (914)
  • 2018 (884)
  • 2019 (858)
  • 2020 (548)
  • 2012 (249)
  • 2010 (2)
+ more

Document Type

  • Skripsi (5.943)
  • Thesis (916)
  • Thesis of Specialist (441)
  • Tugas Akhir (250)
  • Dissertation (136)
  • Article (14)
  • Regulation / Rules (11)
  • Book / Monograph (4)
  • Preprint (1)

Language

  • Indonesian (7.702)
  • English (14)

Has Fulltext

  • Yes (7.716)

Is part of the Bibliography

  • No (7.716)

Keywords

  • Sikap (136)
  • Antibakteri (98)
  •  (91)
  • Pengetahuan (90)
  • Profitabilitas (82)
  • Uji Kinerja (56)
  • Remaja (54)
  • Antioksidan (47)
  • Keputusan Pembelian (45)
  • Bandung (43)
+ more

7716 search hits

  • 1 to 50
  • 10
  • 20
  • 50
  • 100

Sort by

  • Relevancy
  • Year
  • Year
  • Title
  • Title
  • Author
  • Author
Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2019)
Wastri, Rahmi
Pendahuluan: Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang persisten pada saluran akar, sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada saluran akar yang telah diobturasi. Bahan irigasi dan medikamen saluran akar harus diberikan untuk menunjang keberhasilan perawatan. Daun kemangi (Ocimum basilicum) merupakan tanaman obat tradisional yang diketahui memiliki daya antibakteri dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai bahan irigasi saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi antibakteri ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATTC 29212. Metode: Pengujian potensi antibakteri ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) dilakukan dengan metode difusi cakram dalam tiga kali pengulangan. Hasil: Ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) pada konsentrasi uji 512.000 ppm telah memperlihatkan zona hambat abu-abu seluas 1 mm di luar cakram uji, sementara konsentrasi uji lainnya tidak memperlihatkan adanya penghambatan. Beragam faktor dalam penelitian ini dapat mempengaruhi hasil penggujian potensi antibakteri ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATTC 29212, diantaranya adalah: (1) Kelarutan eksrak uji dalam pelarut yang digunakan, (2) Prosedur sebelum ektraksi, dan (3) Keterbatasan metoda pengujian itu sendiri. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) pada konsentrasi uji 512.000 ppm tidak berpotensi sebagai antibakteri terhadap Enterococcus faecalis ATTC 29212. Perlu dilakukan pengujian lanjutan terhadap beragam konsentrasi lainnya, dan dikonfirmasi dengan menetapkan konsentrasi hambat minimum (KHM) maupun konsentrasi bunuh minimum (KBM).
Uji Potensi Antibakteri Ekstrak n-Heksan Daun Kemangi (Ocimum basilicum) tehadap Enterococcus Faecalis ATCC 29212 (2019)
Lestari, Dinda
Pendahuluan: Bakteri dan faktor virulensinya merupakan penyebab utama periodontitis apikalis setelah perawatan endodontik. Bakteri yang sering ditemukan dan dianggap sebagai patogen pada saluran akar pasca perawatan endodontik adalah Enterococcus faecalis. Tujuan utama perawatan endodontik adalah eliminasi mikroorganisme dan mencegah adanya re-infeksi setelah perawatan saluran akar yang dapat dicapai melalui debridemen mekanik-kimia menggunakan larutan irigasi. Daun kemangi (Ocimum basilicum) yang merupakan tanaman herbal diduga memiliki senyawa antibakteri yang dapat menghambat Enterococcus faecalis. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak n-heksan daun kemangi terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Metode: Penelitian eksperimental laboratoris ini dilakukan uji efektivitas ekstrak n-heksan daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 menggunakan metode disk diffusion dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun kemangi tidak memiliki zona hambat terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Pembahasan: Besarnya konsentrasi ekstrak n-heksan daun kemangi tidak berbanding lurus dengan besarnya diameter zona hambat yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji. Simpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun kemangi tidak memiliki potensi antibakteri terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212.
Potensi Ekstrak dan Bakteri Endofit dari Buah Gandaria (Bouea macrophylla Griff) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Saraswati, Dyah Maulidya
Bakteri patogen kolorektal menghasilkan metabolit yang dapat menyebabkan infeksi kronis yang berpotensi menjadi tumor. Gandaria (Bouea macrophylla Griff) merupakan tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak buah gandaria dan isolat bakteri endofit buah gandaria terhadap bakteri pada saluran kolon dan rektum. Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak buah gandaria adalah maserasi menggunakan pelarut etanol 95%, ekstrak etanol buah gandaria diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode difusi cakram Kirby- Bauer dengan konsentrasi ekstrak 80,40,20,10,5, dan 2,5%. Bakteri endofit buah gandaria diisolasi, diseleksi, dikulturisasi, dan disentrifugasi, kemudian uji aktivitas antibakteri dari bakteri endofit dilakukan dengan difusi cakram Kirby-Bauer. Bakteri uji yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella enterica, Enterococcus faecalis, dan Streptcoccus bovis. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah gandaria menunjukkan bahwa ekstrak buah dapat menghambat keempat bakteri uji. Dua bakteri endofit yang berpotensi menghasilkan antibakteri dari buah gandaria yaitu Bacillus cereus yang dapat menghambat E. faecaclis dengan diamter 7 dan 8 mm, kemudian S. bovis dengan diameter 9 dan 10 mm, bakteri endofit Bacillus amyloliquefaciens dapat menghambat E. faecalis dengan diameter 14, 20, dan 12 mm, S. bovis dengan diameter 12 dan 11 mm, dan E. coli dengan diameter 12 dan 7 mm.
Perbedaan Potensi Antibakteri Ekstrak Metanol Umbi Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) dengan NaOCl Terhadap Streptococcus mutans (ATCC 25175) (2014)
A, Eria
Streptococcus mutans merupakan organisme kariogenik utama. Antibakteri sintetik yang biasa digunakan adalah NaOCl. Sarang semut mengandung senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya hambat ekstrak metanol sarang semut (Myrmecodia pendans Merr. & Perry) dan NaOCl terhadap Streptococcus mutans serta perbedaan potensi antibakteri keduanya. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental laboratoris. Uji daya antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Media agar darah ditetesi 0,1 ml suspensi bakteri lalu dimasukkan ekstrak metanol sarang semut dengan konsentrasi 30%, 15%, 7,5%, 3,75%, 1,875% dan NaOCl dengan konsentrasi 5%, 2,5%, 1,25% diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam dalam suasana fakultatif anaerob dan dilakukan replikasi tiga kali. Uji statistik menggunakan metode ANAVA dan Independent t test. Hasil penelitian menunjukan ekstrak metanol sarang semut konsentrasi 30% menghasilkan diameter zona hambat rata-rata 5,87 mm, sedangkan NaOCl 1,25% adalah 9,33 mm. Simpulan dari penelitian memperlihatkan bahwa ekstrak metanol sarang semut dan NaOCl memiliki potensi antibakteri terhadap Streptococcus mutans, namun potensi antibakteri NaOCl lebih besar dibandingkan dengan ekstrak metanol sarang semut.
Potensi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah, Bakteri Dan Jamur Endofit Buah Jamblang (Sygizium cumini L. Skells) Terhadap Bakteri Patogen (2018)
Fathurrohim, Muhammad Faizal
POTENSI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH, BAKTERI DAN JAMUR ENDOFIT BUAH JAMBLANG (Sygizium cumini L. Skells) TERHADAP BAKTERI PATOGEN Muhammad Faizal Fathurrohim1, Ida Indrawati2, Nia Rossiana3 1,2,3Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Tel/Fak (002) 7796412 e-mail: faizalmaret26@gmail.com, ida.indrawati81@gmail.com, niarossiana@yahoo.com ABSTRAK Jamblang dapat berpotensi sebagai antibakteri. Antibakteri merupakan senyawa alami maupun kimia sintetik yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi antimikroba dari ekstrak buah, bakteri dan jamur endofit Buah Jamblang (Sygizium cumini L. Skells) terhadap bakteri patogen Listeria monocytogenes, Methicillin Resistant Staphylococcus aureus, Salmonella typhi dan Vibrio cholera. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif meliputi ekstraksi, isolasi, identifikasi, uji antibakteri, identifikasi senyawa antibakteri menggunakan GC-MS. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, isolasi jamur dan bakteri dari buah jamblang menggunakan metode pour plate, identifikasi bakteri dan jamur menggunakan metode uji biokimia dengan alat Vitek compact 2.0. Uji antibakteri menggunakan metode difusi Kirby-Bauer (1976). Hasil identifikasi terdapat 4 isolat bakteri endofit buah jamblang terdiri dari Bacillus cereus, B. subtilis, B megaterium dan Bacillus sp.dan 4 isolat jamur endofit yang terdiri dari Candida guilliermondii, Penicillium sp., Mycelia sterilia dan Aspergillus sp. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak buah jamblang menghasilkan diameter zona hambat terhadap MRSA dan S. typhi sebesar 28 mm dan 30 mm, bakteri endofit Bacillus sp. menghambat pertumbuhan MRSA dan S. typhi dengan diameter zona hambat masing-masing sebesar 8 mm dan 16 mm, jamur endofit buah jamblang Mycellia sterilia dapat menghambat bakteri L. monocytogenes dengan diameter zona hambat sebesar 8 mm. Zat bioaktif yang terdapat pada ekstrak buah jamblang adalah fenolik, flavonoid, tannin dan Trans-Alpha bergamotene. Bacillus sp. menghasilkan senyawa bioaktif Camphor, Beta-Elemene, Beta-Selinene, Curzerene dan Germacrone yang tergolong ke dalam senyawa terpenoid. Kata kunci: Antibakteri, Bakteri Endofit, Ekstrak Buah Jamblang, Jamur Endofit
POTENSI BAKTERI ENDOFIT TEMU-TEMUAN SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Klebsiella pneumoniae DAN Citrobacter freundii (2017)
Diresna, Dina Sutresna
POTENSI BAKTERI ENDOFIT TEMU-TEMUAN SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Klebsiella pneumoniae DAN Citrobacter freundii Dina Sutresna Diresna Pembimbing: Dr. Ida Indrawati, M.Si., Dr. Nia Rossiana., MS. Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran ABSTRAK Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tumbuhan dan menghasilkan zat aktif yang berpotensi sebagai antibakteri.Tujuan dari penilitian ini mengetahui potensi bakteri endofit temu ireng (Curcuma aeruginosa), temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) dan temu putih (Curcuma zedoaria) sebagai antibakteri terhadap bakteri MRSA, K.pneumoniae dan C.freundii. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu meliputi isolasi, identifikasi bakteri endofit dan uji aktivitasnya sebagai antibakteri. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri endofit didapatkan Bacillus amyloliquefaciens dan Bacillus cereus asal temu ireng, Bacillus amyloliquefaciens dan Lysinibacillus sphaericus asal temu lawak, dan Bacillus sp.1 dan Bacillus sp.2 asal temu putih. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan B.amyloliquefaciens asal temu lawak menghasilkan zona hambat 16 mm terhadap bakteri MRSA dan 8 mm terhadap K.pneumoniae. Bacillus sp.1 dan Bacillus sp.2 asal temu putih dapat menghambat bakteri K.pneumoniae dengan zona hambat masing-masing 7 mm. Kata kunci: Bakteri endofit, Antibakteri, C.aeruginosa, C.xanthorrhiza, C.zedoaria
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOFIT ASAL UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) WARNA UNGU, PUTIH, KUNING, JINGGA DAN UJI POTENSI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aure (2016)
Fitriani, Aprilia Dyah
Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tumbuhan dan mampu menghasilkan senyawa hasil metabolit sekunder yang serupa dengan inangnya dan berpotensi sebagai antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri alami bakteri endofit ubi jalar warna ungu, putih, kuning dan jingga terhadap pertumbuhan bakteri S. pyogenes, S.aureus dan S. thypimurium. Penelitian ini meliputi isolasi dan identifikasi bakteri endofit yang terdapat pada ubi jalar, uji fitokimia dan uji kandungan karoteneoid. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan eksperimental. Data dianalisis dengan analisis varian (ANOVA) dengan derajat kepercayaan 95% atau α = 0,05 dan apabila terdapat pengaruh isolat bakteri endofit terhadap bakteri uji maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey. Kemudian zona hambat yang dihasilkan dibandingkan dengan kontrol positif/antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji potensi antibakteri yang menghasilkan zona hambat dari paling besar terhadap pertumbuhan S.thypimurium yaitu Routella planticola > Enterobacter cloaceae > Pseudomonas aeruginoosa dan Enterobacter asburiae dengan nilai rata-rata diameternya 43,5 mm >18 mm >13 mm dan 11 mm atau 180,64% > 32,26% > 58,06% dan 32,26% berbanding dengan kloramfenikol 30 µg. Isolat bakteri endofit Pseudomonas aeruginoosa mampu menghambat pertumbuhan S. aureus yang menghasilkan rata-rata diameter zona hambat sebesar 15,5 mm atau 27,9% berbanding dengan gentamicin 30 µg.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum crassifolium JG Argadh TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (2013)
Nurhasanah, Febria
Potensi laut sangat menarik perhatian, karena pemanfaatannya di berbagai bidang kehidupan manusia tetapi pemanfaatan dalam penelitiannya masih sangat kurang. Salah satu potensi laut tersebut adalah Sargassum sp, yang dianggap memiliki nilai ekonomis karena banyak digunakan dalam pemanfaatan dan potensinya. Flavonoid merupakan salah satu zat yang dapat berfungsi sebagai antibakteri dan banyak ditemukan pada beberapa jenis rumput laut coklat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak metanol (Metode Quinn) Sargassum crassifolium JG Argadh sebagai antibakteri terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) melalui uji aktivitas antibakteri dan menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak metanol (Metode Quinn memiliki nilai KHTM untuk bakteri MRSA antara 5% - 10%.
Potensi Ekstrak dan Bakteri Endofit Buah Namnam (Cynometra cauliflora L.) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Firdausi, Rosytha Dewi
Infeksi yang disebabkan bakteri patogen kolorektal menyebabkan penyakit pada kolorektal. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi, namun dapat menyebabkan efek samping terutama resistensi bakteri patogen. Namnam (Cynometra cauliflora L.) adalah tanaman langka yang mengandung senyawa antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak dan bakteri endofit dari buah namnam sebagai antibakteri alami terhadap bakteri patogen kolorektal yaitu Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Salmonella enterica, dan Streptococcus bovis. Penelitian ini terdiri dari ekstraksi menggunakan metode maserasi, isolasi bakteri endofit menggunakan metode spread plate, seleksi antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer, dan identifikasi bakteri endofit menggunakan uji biokimia. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak dan bakteri endofit dari buah namnam menghasilkan zona hambat terhadap bakteri uji. Zona hambat yang dihasilkan berada dalam kategori sangat lemah hingga kuat. Rata-rata zona hambat terbesar yang dihasilkan ekstrak adalah 21,7 mm terhadap S. bovis, 21 mm terhadap E.coli, 17,7 mm terhadap E. faecalis, dan 13 mm terhadap S. enterica. Isolat bakteri endofit yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi hingga terendah adalah Lysinibacillus sphaericus (N-2), Bacillus pumilus (N-1), Pseudomonas flourescens (N-4) dan Bacillus amyloliquefaciens (N-6).
Potensi Bakteri Endofit Asal Buah dan Batang Kesemek (Diospyros kaki L.) Sebagai Pengawet Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) (2020)
Firasyan, Fatharani Nida
Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) adalah jenis ikan air tawar yang sering dikonsumsi masyarakat sebagai sumber protein namun memiliki kelemahan yaitu mudah membusuk. Mutu ikan segar dapat dipertahankan dengan pengawetan menggunakan bahan alami. Tanaman kesemek (Diospyros kaki L.) merupakan tanaman yang mulai sulit ditemukan di Indonesia namun memiliki potensi sebagai antibakteri dan dapat digunakan sebagai pengawet alami. Bakteri endofit pada tanaman kesemek memiliki kandungan metabolit sekunder yang sama dengan tanaman inangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bakteri endofit asal buah dan batang kesemek yang berpotensi sebagai pengawet ikan nila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif dan eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan enam kali pengulangan yang meliputi isolasi, uji aktivitas antibakteri dengan metode Kirby-Bauer, uji penyimpanan daging ikan nila, dan identifikasi dengan alat Vitek 2-compact Biomeriux. Hasil isolasi dan identifikasi diperoleh bakteri endofit asal batang kesemek, yaitu Bacillus cereus dan hasil isolasi dan identifikasi bakteri pada ikan nila busuk teridentifikasi sebagai Enterobacter cloacae complex dan Bacillus cereus. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan supernatan bakteri endofit Bacillus cereus memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap Enterobacter cloacae complex dengan diameter zona hambat sebesar 16,6 mm dan 16,8 mm. Hasil uji penyimpanan daging ikan nila dengan waktu perendaman 60 menit (P2) menghasilkan rata-rata Total Plate Count (TPC) terkecil yaitu 337x106 CFU/ml dan 434x106 CFU/ml.
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum) TERHADAP Enterococcus faecalis ATCC 29212 (2019)
Putri, Raliska Ayudina
Pendahuluan: Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri yang ditemukan pada kasus kegagalan perawatan saluran akar. Enterococcus faecalis memiliki kemampuan toleransi terhadap perubahan lingkungan yang signifikan dan memiliki kemampuan untuk menginvasi tubulus dentin, sehingga dalam keadaan tertentu, bahan irigasi tidak dapat menghilangkannya secara sempurna pada proses kemomekanis. Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan bahan alam yang memiliki banyak manfaat dan diketahui mempunyai aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan mengujikan Enterococcus faecalis ATCC 29212 dengan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) yang dibuat dari konsentrasi 256.000 ppm – 1.000 ppm, menggunakan metode disc diffusion, dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Pengukuran zona bening dilakukan menggunakan jangka sorong. Hasil: Tidak terdapat zona bening yang ditimbulkan oleh ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 pada berbagai konsentrasi uji. Simpulan: Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) tidak memiliki potensi antibakteri terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Kata kunci: Enterococcus faecalis ATCC 29212 , Ocimum basilicum, aktivitas antibakteri, ekstrak etanol daun kemangi
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAN EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma cottonii) TERHADAP ISOLAT KLINIS Pseudomonas aeruginosa DAN Pseudomonas aeruginosa Multidrug Resistant (PAMR) (2016)
Surendra, Atmedi
Potensi laut sangat besar dan menarik perhatian. Banyak sekali pemanfaatannya termasuk di bidang pengobatan tetapi berbagai macam potensi tersebut kurang ditelusuri lebih lanjut melalui penelitian. Salah satu potensi laut tersebut adalah alga merah (Eucheuma cottonii). Flavonoid, kuinon, monoterpen dan sesquiterpen merupakan metabolit sekunder yang terkandung dalam alga merah yang memiliki aktivitas antibakteri. Terdapat beberapa bakteri yang sudah mengalami resistensi. Berbagai macam antibiotik sudah tidak ampuh untuk melawan bakteri yang telah resisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri alga merah Eucheuma cottonii terhadap Pseudomonas aeruginosa Isolat Klinis dan Pseudomonas aeruginosa Multidrug Resistant. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi agar dengan cara perforasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol alga merah (Eucheuma cottonii) pada Pseudomonas aeruginosa Isolat Klinis, dan adanya aktivitas antibakteri dari fraksi n-heksana dan etil asetat alga merah pada Pseudomonas aeruginosa Isolat Klinis dan Pseudomonas aeruginosa Multidrug Resistant. Fraksi n-heksana merupakan fraksi teraktif dengan nilai KHTM berada pada rentang 25-50% (b/v) dan nilai KBM 50% (b/v) baik terhadap Pseudomonas aeruginosa maupun Pseudomonas aeruginosa Multidrug Resistant.
Potensi Pigmen Karotenoid pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) sebagai Antibakteri (2018)
Nurdiman, Adil
Pigmen karotenoid yang terkandung dalam karapas Scylla serrata dianalisis melalui proses ekstraksi dan kromatografi cair konerja tinggi (KCKT). Analisis KCKT menggunakan standar beta-karoten dengan eluen THF dan etanol perbandingan 1:1. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi lempeng agar dengan tiga kali pengulangan sampel uji dan pengukuran zona hambat sebagai parameter uji. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan variasi konsentrasi 100.000 ppm, 10.000 ppm, 1000 ppm dan 100 ppm. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak pigmen karotenoid karapas kepiting Scylla serrata positif mengandung terpenoid setelah ditambah uji terpenoid dan uji KCKT menunjukan nilai waktu retensi yang berdekatan dengan eluen sehingga kepolarannya mendekati eluen yang diduga karotenoid jenis xantofil. Ekstrak pigmen karotenoid karapas kepiting Scylla serrata memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas dengan zona hambat terhadap bakteri Bacillus sp. tertinggi pada konsentrasi 100.000 ppm dengan zona hambat 8,70 mm dan bakteri Vibrio natriegens pada konsentrasi 100.000 sebesar 7,62 mm.
Aktivitas Antibakteri Kerang Hijau (Perna viridis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio harveyi ()
P, Lukman Bima
Indonesia memiliki luas wilayah perairan yang sangat besar dengan total luas 5,9 juta km2. Dengan luasnya wilayah perairan Indonesia, maka potensi sumberdaya hayati lautnya sangatlah besar. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia adalah kerang hijau. Riset ini dilakukan pada bulan April 2018 hingga Mei 2018 . Sampel kerang hijau Perna viridis diperoleh dari pasar Ciroyom Bandung yang berasal dari perairan Cirebon. Ekstraksi kerang hijau, uji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler serta Laboratorium Bioproses dan Bioprospeksi Bahan Alam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Riset ini bertujuan untuk mengetahui jenis kandungan metabolit sekunder pada Perna viridis dan kemampuan ekstrak Perna viridis sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio harveyi serta mengetahui seberapa baik potensi kerang hijau (Perna viridis) sebagai zat antibakteri. Riset ini menggunakan metode eksploratif dan analisis data secara deskriptif. Parameter pengamatan adalah nilai rendemen ekstrak, identifikasi senyawa metabolit sekunder dan zona bening aktivitas antibakteri. Hasil riset menunjukan bahwa kerang hijau mengandung senyawa metabolit sekunder berupa senyawa steroid, alkaloid, flavonoid dan saponin. Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak kerang hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan zona bening paling besar pada konsentrasi 100.000 ppm dengan ukuran 10,49 mm dan paling kecil pada kontrol negatif dengan ukuran 5,31 mm. Untuk pengujian pada bakteri Vibrio harveyi menghasilkan zona bening paling besar pada kontrol positif dengan ukuran 10,17 mm dan paling kecil pada kontrol negatif dengan ukuran 5,46 mm.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI BUNGA MAWAR (Rosa sp.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis ISOLAT KLINIS DAN Propionibacterium acnes ISOLAT KLINIS (2015)
Wi, Melati Nur Annisa
Jerawat atau acne vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja yang biasanya disebabkan oleh kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Salah satu sumber dari alam yang memiliki potensi sebagai antijerawat adalah bunga mawar (Rosa sp.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi bunga mawar terhadap P. acnes dan S. epidermidis dan menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari fraksi teraktifnya terhadap bakteri uji yang sama. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan tahapan determinasi tumbuhan dan penyiapan simplisia, ekstraksi simplisia, uji konfirmasi bakteri, uji aktivitas antibakteri ekstrak, fraksinasi ekstrak, uji aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi, penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi teraktif dari ekstrak, penapisan fitokimia ekstrak dan fraksi teraktif, dan penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak dan fraksi teraktif. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji dan fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dengan nilai KHTM terhadap S. epidermidis antara % b/v dan nilai KBM b/v sedangkan nilai KHTM terhadap P. acnes antara b/v dan nilai KBM b/v.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAN EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma cottonii) TERHADAP Staphylococcus aureus ISOLAT KLINIS DAN Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (2016)
Haqqi, Dhiya Ul
Alga merah (Eucheuma cottonii) menghasilkan berbagai metabolit sekunder bioaktif sebagai antimikroba, antihelmentik, dan zat sitotoksik, sehingga memiliki potensi sebagai sumber bioaktif metabolit sekunder dalam pengembangan bahan baku farmasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, senyawa flavonoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Banyaknya kasus resistensi Staphylococcus aureus terhadap antibiotik golongan metisilin melatarbelakangi penelitian tentang potensi ekstrak dan fraksi alga merah sebagai antibakteri Staphylococcus aureus Isolat Klinis dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Penelitian dilakukan melalui pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi serta menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari fraksi teraktif. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar dengan teknik perforasi dan penentuan KHTM serta KBM menggunakan metode mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri alga merah hanya terdapat pada fraksi n-heksan dan etil asetat, dengan zona hambat teraktif oleh frasi n-heksan yaitu sebesar cm terhadap bakteri Staphylococcus aureus isolat klinis dan cm terhadap bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Sedangkan pada ekstrak etanol alga merah dan fraksi air tidak memiliki aktivitas terhadap bakteri tersebut. Nilai KHTM yang dihasilkan dari fraksi teraktif berada pada rentang (b/v) sedangkan KBM pada (b/v).
Skrining Antibakteri Bakteri Laut Terhadap Staphylococcus aureus (2014)
A., Ismail Ahsanuddien
Staphylococcus aureus merupakan flora normal kulit dan membran mukosa manusia. Namun S.aureus merupakan patogen yang signifikan membentuk biofilm. Infeksi S.aureus terkait dengan pembentukan biofilm dapat meningkatkan ketahanan bakteri terhadap antibiotik dibandingkan dengan bentuk plankton. Selain bersumber dari tanaman, potensi antibakteri dapat diperoleh juga dari bakteri lain yang hidup menempel pada Sponge. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat bakteri pada sponge yang menghasilkan produk ekstrasel dengan aktivitas antibakteri terhadap biofilm S.aureus. Metode penelitian yang dilakukan meliputi isolasi produk ekstrasel bakteri pada sponge, dan uji aktivitas produk ekstrasel bakteri pada sponge terhadap biofilm S.aureus menggunakan metode turbidimetri dengan pewarnaan kristal violet. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh satu isolat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap biofilm S.aureus dengan morfologi koloni yaitu koloni yang bulat, berwarna kuning muda, strukturnya berlendir dengan bentuk sel berupa kokus.
Isolasi dan Konfirmasi Bakteri Asam Laktat Dari Ekstrak Kasar Mengkudu (Morinda citrifolia L) dan Fresh Cheese Mengkudu Dengan Potensi Proteolitik dan Antibakteri (2020)
Ilmani, Dhea Agnia
Fresh cheese atau keju segar adalah keju yang proses pembuatannya menggunakan enzim rennet yang berasal dari lambung anak sapi. Rennet memiliki harga yang cukup tinggi karena permintaan yang besar namun ketersediannya sangat terbatas, alternatif pengganti enzim rennet adalah enzim protease yang berasal dari tanaman, salah satunya adalah mengkudu. Penelitian ini dilalukan untuk mendapatkan bakteri asam laktat asal ekstrak mengkudu dan fresh cheese mengkudu serta mengetahui aktivitas proteolitik dan sifat antibakterinya terhadap Escherichia coli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang terdiri atas delapan tahap, yaitu tahap persiapan alat dan bahan. Tahap uji Milk Clotting Agar (MCA), tahap isolasi ekstrak buah mengkudu pada media SMA (Skim Milk Agar). Tahap pembuatan fresh cheese mengkudu. Kemudian tahap isolasi fresh cheese mengkudu pada media SMA (Skim Milk Agar). Tahap isolasi bakteri asam laktat (BAL) pada media SMA yang baru. Kemudian tahap uji proteolitik dan tahap kedelapan yaitu uji antibakteri dengan bakteri uji Escherichia coli. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun mengkudu tidak dapat menggumpalkan susu, sedangkan buah mengkudu menggumpalkan susu sebesar 129, 87 SU/ml dan 123, 07 SU/ml. Pada penelitian ini dihasilkan 5 isolat bakteri, dengan satu isolat terbaik yaitu isolat kode 2m4 yang memiliki aktivitas proteolitik dan antibakteri yang berpotensi dijadikan penggumpal susu
AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAKTERI ENDOFIT BATANG DAN BUAH BUNI (Antidesma bunius L.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN (2017)
Rizki, Andita Fitri Mutiara
Telah dilakukan penelitian mengenai Aktivitas Antimikroba dari Bakteri Endofit Buah Buni (Antidesma bunius L.) Terhadap Bakteri Patogen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi antibakteri dari bakteri endofit Buah Buni (A.bunius L) terhadap pertumbuhan bakteri Gram negatif: Salmonella thypimurium ATCC 14028 dan Escherichia coli ATCC 35218, serta bakteri Gram positif: Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus ATCC 6538. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang meliputi isolasi, identifikasi, dan uji antibakteri dari bakteri endofit. Isolasi bakteri dari bagian buah dan batang menggunakan metode pour plate, identifikasi bakteri menggunakan metode uji biokimia dengan alat Vitek, dan uji antimikroba menggunakan metode difusi kertas cakram. Hasil yang diperoleh adalah terdapat 5 jenis spesies bakteri endofit yang diisolasi dari buah dan batang tumbuhan buni, yaitu Bacillus pumilus, Bacillus amyloliquefaciens, Bacillus cereus pigmen kuning, Bacillus sp.1, dan Bacillus sp.2. Spesies bakteri endofit yang paling berpotensi sebagai antimikroba terhadap bakteri patogen adalah spesies B. pumilus terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dan B. cereus.
SKRINING ANTIBAKTERI BAKTERI LAUT PADA SPONGE TERHADAP BIOFILM Staphylococcus aureus (2013)
A, Ismail
Staphylococcus aureus merupakan flora normal kulit dan membran mukosa manusia. Namun S.aureus merupakan patogen yang signifikan membentuk biofilm. Infeksi S.aureus terkait dengan pembentukan biofilm dapat meningkatkan ketahanan bakteri terhadap antibiotik dibandingkan dengan bentuk plankton. Selain bersumber dari tanaman, potensi antibakteri dapat diperoleh juga dari bakteri lain yang hidup menempel pada sponge. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat bakteri pada sponge yang menghasilkan produk ekstrasel dengan aktivitas antibakteri terhadap biofilm S.aureus. Metode penelitian yang dilakukan meliputi isolasi produk ekstrasel bakteri pada sponge, dan uji aktivitas produk ekstrasel bakteri pada sponge terhadap biofilm S.aureus menggunakan metode turbidimetri dengan pewarnaan kristal violet. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh satu isolat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap biofilm S.aureus dengan morfologi koloni yaitu koloni yang bulat, berwarna kuning muda, strukturnya berlendir dengan bentuk sel berupa kokus.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRISTAL NILAM TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus (2020)
Renicha, Ima
Minyak nilam merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi dibidang kesehatan sebagai antibakteri alami. Minyak nilam melalui tahap pemurnian akan mendapatkan kristal nilam dengan kadar patchouli alcohol lebih besar dari 90%. Patchouli alcohol ini diduga memiliki kemampuan antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri pada kristal nilam dengan konsentrasi tertentu terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus serta mengetahui adanya interaksi antara faktor konsentrasi kristal nilam dan bakteri uji terhadap diameter daya hambat yang terbentuk. Kontrol positif yang digunakan amoxicillin dan kontrol negatif yang digunakan adalah n-heksana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Perlakuan yang diberikan yakni konsentrasi kristal nilam (20%, 40%, 60%, 80% dan 100%) dan jenis mikroba (Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara konsentrasi kristal nilam dengan jenis bakteri. Bakteri Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus memiliki nilai konsentrasi hambat minimum pada konsentrasi 20% dan nilai konsentrasi bunuh minimum pada konsentrasi 30%, dengan jumlah koloni berturut-turut sebesar 10,6 log CFU/mL dan 10,4 log CFU/mL. Adapun rata-rata diameter daya hambat yang dihasilkan yakni pada bakteri Klebsiella pneumoniae 22,94 mm – 49,50 mm (kategori sangat kuat) dan bakteri Staphylococcus aureus 27,96 mm – 49,14 mm (kategori sangat kuat).
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI POLAR BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus SERTA POTENSI APLIKASINYA PADA PRODUK DAGING DAN IKAN (2020)
Hibatullah, Alnadia Yusriya
Bunga kecombrang diekstrasi dan difraksinasi untuk diperoleh fraksi polarnya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi terbaik dari fraksi polar bunga kecombrang untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus serta potensinya sebagai alternatif bahan pengawet alami pada produk daging dan ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan empat perlakuan konsentrasi (0%, 10%, 20% dan 30%) yang dilakukan secara triplo serta analisis data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi polar memberikan aktivitas antibakteri terbaik pada konsentrasi 30% terhadap bakteri S. aureus dan E.coli dengan diameter daya hambat masing - masing 18,50 dan 14,96 mm. Fraksi polar bunga kecombrang dengan konsentrasi 30% memiliki potensi untuk menjadi pengawet alami bagi produk daging dan ikan untuk memperpanjang umur simpan karena mampu mempertahankan kualitas mikrobiologis, kimiawi dan organoleptik produk daging dan ikan.
Potensi Antibakteri Ekstrak Metanol Umbi Sarang Semut (Myrmecodia pendans Merr. & L.M. Perry) terhadap Staphylococcus aureus (2014)
M, Choirunisa Kurnia
Potensi Antibakteri Ekstrak Metanol Umbi Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & L.M.Perry) terhadap Staphylococcus aureus – Choirunisa Kurnia Maulida – 160110090032 ABSTRAK Staphylococcus aureus adalah bakteri flora normal sekaligus patogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Sarang semut (Myrmecodia pendens) adalah tanaman epifit yang sering dimanfaatkan masyarakat Papua sebagai obat herbal karena memiliki manfaat pengobatan yang luas. Peneliti sebelumnya menemukan bahwa dalam umbi sarang semut terdapat berbagai macam zat aktif diantaranya polifenol, flavonoid, terpenoid, tannin, dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak metanol umbi sarang semut dalam menghambat pertumbuhan S.aureus dan untuk menghitung konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak metanol sarang semut terhadap S.aureus. Penelitian dilakukan menggunakan metode difusi agar umtuk mengukur zona hambat ekstrak metanol umbi sarang semut dan metode serial dilution test untuk menghitung KHM ekstrak metanol sarang semut terhadap S.aureus. Hasil uji difusi agar menunjukkan bahwa ekstrak metanol sarang semut bubuk (100%) menghasilkan zona hambat sebesar 3,5 mm, sarang semut dengan konsentrasi 100 mg/ml menghasilkan zona hambat sebesar 3,12 mm, etanol 15% sebagai pelarut tidak memiliki zona hambat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak metanol sarang semut memiliki potensi antibakteri terhadap S.aureus, namun KHM ekstrak metanol sarang semut terhadap S.aureus belum berhasil ditemukan karena keterbatasan dalam penelitian. Kata kunci: antibakteri, sarang semut, ekstrak metanol, difusi agar Antibacterial Potency of Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & L.M. Perry) Methanol Extract towards Staphylococcus aureus – Choirunisa Kurnia Maulida – 160110090032 ABSTRACT Staphylococcus aureus is a normal flora and can be a pathogen that causes many diseases. Sarang semut (Myrmecodia pendens) is an epiphyte plant that empirically used as medication among Papua people. Scientist found many active compounds in sarang semut such as polyphenol, flavonoid, terpenoid, tannin, and alkaloid which are have medicinal properties. This research purpose is to prove that methanol extract of sarang semut has potency to inhibit S.aureus growth and to measure its minimum inhibitory concentration. This research use agar diffusion method to measure inhibitory zone of methanol extract of sarang semut and serial dilution test method to measure its minimum inhibitory concentration (MIC). The result of inhibitory zone of methanol extract of sarang semut powder (100%) is 3,5 mm, methanol extract of sarang semut (100 mg/ml) is 3,12 mm, ethanol 15% as a solvent control doesn’t have inhibitory zone. The conclusion of this research showed that methanol extract of sarang semut had antibacterial potency towards S.aureus. MIC of methanol extract of sarang semut in this research was not obtained yet because of limitation of research method. Keywords: antibacterial, sarang semut, methanol extract, agar diffusion
Potensi Antibakteri Kupa (Syzygium polycephalum Miq. (Merr & Perry)) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Patogen (2017)
Hidayat, Tri Rahayu
Badan kesehatan dunia (World Health Organization) menyebutkan bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri biasanya diatasi dengan menggunakan antibiotik sintetis. Bakteri endofit dari tumbuhan Kupa (S.polycephalum) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengurangi konsumsi antibiotik sintetis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan salah satu bakteri endofit kupa yang paling berpotensi sebagai antibakteri. Bakteri endofit merupakan bakteri yang yang hidup dalam jaringan tumbuhan tanpa menimbulkan penyakit bagi tumbuhan inang. Penelitian dianalisis secara deskriptif terdiri dari isolasi dengan metode pour plate, identifikasi bakteri dengan alat Vitek 2 compact BioMerieux dan uji antibakteri dengan metode Kirby-bauer. Hasil isolasi didapatkan sebanyak 9 isolat bakteri endofit. Hasil identifikasi didapatkan 4 spesies bakteri endofit yaitu Bacillus sp. (1), Bacillus sp. (2), B.pumilus dan B.amyloliquefaciens. Isolat yang paling berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen adalah Bacillus sp. (2) yang berasal dari daun kupa yang menghasilkan zona hambat sebesar 22 mm terhadap MRSA dan 9 mm terhadap B.cereus serta Bacillus sp (1) yang berasal dari daun kupa yang menghasilkan zona hambat sebesar 10 mm terhadap K.pneumoniae dan sebesar 7 mm terhadap B.cereus.
DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI AIR, FRAKSI n-HEKSANA DAN FRAKSI ETIL ASETAT BUAH MERAH (PANDANUS CONOIDEUS LAM.) TERHADAP STREPTOCOCCCUS MUTANS ATCC 25175 (2018)
Inayah, Yayah
Buah merah merupakan tumbuhan endemik Papua yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber fitofarmaka Indonesia. Aktivitas antibakteri buah merah menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri sehingga pertumbuhan Streptococcus mutans sebagai salah satu bakteri penyebab karies gigi akan terhambat. Tujuan penelitian adalah mengetahui daya antibakteri pada fraksi air, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat buah merah terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175. Metode penelitian eksprimen laboratoris dengan rancangan penelitian rancangan true experiment (eksperimental murni). Tahapan penelitian meliputi pengumpulan sampel, maserasi, partisi dengan menggunakan pelarut air, n-heksana, dan etil asetat serta pengujian aktivitas antibakteri Streptococcus mutans. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dan Post Hoc. Hasil penelitian diperoleh nilai zona hambat fraksi etil asetat konsentrasi 20% dan 40% dengan rata-rata masing-masing 13.0 mm dan 12.4 mm. Sedangkan nilai zona hambat pada fraksi air, n-heksana dan etil asetat konsentrasi 10% tidak ada atau bernilai 0.0 mm. Kontrol positif juga memperlihatkan nilai zona hambat yang besar dengan rata-rata sebesar 21.2 mm pada ketiga konsentrasi. Dilanjutkan uji nilai KHM dan KBM fraksi yang paling besar zona hambatnya yaitu etil asetat. Nilai KHM diperoleh pada konsentrasi 0.312% sedangkan nilai KBM pada konsentrasi 0.625%. Uji nilai KHM dan KBM pada kontrol positif diperoleh konsentrasi 0,00019% tidak terdapat koloni bakteri Streptococcus mutans ATCC 25175, maka ditetapkan sebagai nilai KHM dan nilai KBM ditetapkan pada konsentrasi 0.00039%. Simpulan penelitian terdapat perbedaan daya antibakteri fraksi etil asetat buah merah dan kontrol terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175.
Isolasi dan Konfirmasi Bakteri Asam Laktat (BAL) Dari Ekstrak Kasar Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Fresh Cheese Jahe Merah Dengan Potensi Proteolitik dan Antibakteri (2020)
Rumaisa, Hana
Fresh cheese atau keju segar adalah salah satu produk olahan susu yang dalam pembuatannya menggunakan susu sapi yang digumpalkan dan diasamkan dengan bantuan enzim rennet dari lambung anak sapi dan starter bakteri asam laktat (BAL). Penggunaan enzim rennet dari lambung anak sapi secara terus menerus dapat menganggu budidaya sapi dan starter BAL yang diketahui harganya relatif mahal. Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan fresh cheese dengan penambahan ekstrak kasar jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) sebagai alternatif pengganti enzim rennet, dan tanpa penambahan starter bakteri asam laktat. Kemudian diisolasi bakteri asam laktat yang terkandung pada ekstrak jahe merah dan fresh cheese jahe merah serta diukur aktivitas proteolitik dan antibakterinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang terdiri dari tujuh tahap yaitu tahap persiapan, uji milk clotting activity (MCA) ekstrak daun dan rimpang jahe merah, pembuatan fresh cheese jahe merah, isolasi BAL asal ekstrak dan fresh cheese jahe merah, pemurnian BAL, uji aktivitas proteolitik dan uji antibakteri terhadap Escherichia coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MCA hanya didapatkan pada ekstrak rimpang jahe merah sebesar 143,71 SU/ml dan 155,84 SU/ml serta pada ekstrak daun jahe merah tidak dapat menggumpalkan susu. Adapun BAL yang diisolasi dari ekstrak dan fresh cheese memiliki aktivitas proteolitik dan sifat antibakteri pada waktu tertentu.
Uji Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan dari Khamir Indigenous Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) (2019)
Rahmah, Shafira Aulia
Kulit buah delima memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Potensi tersebut dapat disebabkan oleh keberadaan khamir indigenous yang dapat dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas antibakteri dan antioksidan yang berasal dari khamir indigenous kulit buah delima yang dilakukan dengan metode eksperimental yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif. Tahapan penelitian dilakukan dengan isolasi khamir indigenous, pengamatan khamir secara makroskopis dan mikroskopis, identifikasi khamir dengan RapID Yeast Plus System, pengujian aktivitas antibakteri khamir dengan pengukuran diameter zona bening, pengujian viabilitas sel bakteri patogen terhadap khamir, dan pengujian metabolit sekunder yang dihasilkan oleh khamir berupa senyawa antioksidan. Selain itu, untuk verifikasi strain khamir dilakukan analisis DNA menggunakan metode PCR. Hasil identifikasi khamir didapatkan 1 isolat Candida zeylanoides, 1 isolat Hansenula wingei, dan 2 isolat Candida krusei yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Isolat Candida krusei memiliki diameter zona bening dengan kategori kuat (±9 mm), yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan mengurangi jumlah Escherichia coli secara drastis. Hasil analisis antioksidan dengan metode DPPH didapatkan bahwa isolat Candida krusei (2) menghasilkan nilai IC50 (Inhibitory Concentration 50) sebesar 16436,46 ppm (sangat lemah). Senyawa antioksidan yang teridentifikasi adalah senyawa alkaloid dan saponin. Hasil analisis DNA diperoleh bahwa Candida krusei (1) merupakan strain CBS 5147 sedangkan Candida krusei (2) adalah strain CBS 573.
POTENSI ROYAL JELLY DALAM PENYEMBUHAN ALVEOLAR OSTEITIS PASCA PENCABUTAN GIGI (STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY SEBAGAI MODEL) (2015)
Afifuddin
Latar Belakang Alveolar osteitis merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pasca pencabutan gigi permanen, yang terjadi setelah 2 sampai 4 hari pasca pencabutan serta menyebabkan terganggu/tertunda penyembuhan luka. Royal jelly memiliki manfaat biologis, farmakologis dan immuno-regulator yang telah diujicobakan pada hewan percobaan, seperti : aktifitas hipotensi dan vasodilatasi sehingga menurunkan level serum kholestrol, anti-tumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, menekan reaksi alergi,immunomodulator dan anti penuaan. Adanya manfaat anti-tumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan alveolar osteitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi potensi royal jelly terhadap alveolar osteitis yang diinduksi adrenalin pada soket gigi insisivus tikus Sprague Dawley. Metode Dua puluh tujuh ekor tikus Sprague Dawley secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 diberi aplikasi NaCl 0,9% (kontrol), kelompok 2 diberi perlakuan insersi adrenalin 1 : 1000 selama 1 menit pada soket gigi insisivus rahang atas, dan kelompok 3 memiliki perlakuan yang sama dengan kelompok 2 tetapi ditambahkan royal jelly pada soketnya. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan satu pencabutan gigi insisivus rahang atas.Dilakukan penghitungan jumlah fibroblas, sel osteoblas, dan luas sebaran serabut kolagen. Data di analisa dengan ANOVA satu arah untuk membandingkan potensi persembuhan luka ekstraksi pada tiap kelompok. Hasil Dari analisis data didapatkan bahwa kelompok dengan perlakuan pemberian royal jelly memberikan aktivitas yang baik terhadap proses persembuhan alveolar osteitis dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kesimpulan Royal jelly memiliki potensi untuk penyembuhan alveolar osteitis pada tikus Sprague Dawley lebih baik.
Efektivitas Ekstrak Ascidian Didemnum molle untuk Pengobatan Udang Windu (Penaeus monodon) yang Terinfeksi Bakteri Vibrio harveyi (2014)
Jelita, Christin
Penelitian mengenai efektivitas ekstrak ascidian Didemnum molle untuk pengobatan udang windu (Penaeus monodon) yang terinfeksi bakteri Vibrio harveyi bertujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif senyawa antibakteri dari Ascidian Didemnum molle sebagai pengobatan infeksi bakteri Vibrio harveyi pada udang windu (Penaeus monodon). Ascidian Didemnum molle yang digunakan dalam penelitian berasal dari Perairan Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan September hingga Desember 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode eksperimental laboratoris meliputi uji fitokimia, ekstraksi, uji in vitro, uji LC50 dan uji in vivo. Analisis yang digunakan merupakan analisis deskriptif. Hasil yang didapatkan dari uji fitokimia, ascidian Didemnum molle mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid, saponin dan steroid. Hasil dari uji in vitro, ekstrak ascidian Didemnum molle memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Vibrio harveyi yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona daya hambat sebesar 11,1 mm pada konsentrasi 1.000 ppm. Hasil analisis EPA Probit pada uji LC50 dengan waktu pengamatan 48 jam memberikan konsentrasi aman ekstrak terhadap udang windu sebesar 387 ppm. Pada uji in vivo, perlakuan D dengan konsentrasi 290,25 ppm efektif digunakan sebagai pengobatan pada udang windu yang terinfeksi bakteri Vibrio harveyi dengan tingkat kelangsungan hidup tertinggi yaitu 51,7%
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAN EKSTRAK METANOL TOLUEN RUMPUT LAUT COKLAT Sargassumcrassifolium JG Argadh TERHADAPMethicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) DAN Pseudomonas aerugin (2012)
Nurhasanah, Febria
Potensi laut sangat menarik perhatian, karena pemanfaatannya di berbagai bidang kehidupan manusia tetapi pemanfaatan dalam penelitiannya masih sangat kurang. Salah satu potensi laut tersebut adalah Sargassum sp, yang dianggap memiliki nilai ekonomis karena banyak digunakan dalam pemanfaatan dan potensinya. Flavonoid merupakan salah satu zat yang dapat berfungsi sebagai antibakteri dan banyak ditemukan pada beberapa jenis rumput laut coklat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak metanol (Metode Quinn) dan ekstrak metanol dengan penambahan toluen (Metode Ma Jing-wen dan Tan Wei-ci) Sargassum crassifolium JG Argadh sebagai antibakteri terhadap bakteri MethicillinResistant staphylococcus aureus (MRSA) dan Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant (PAMR) melalui uji aktivitas antibakteri dan menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak metanol (Metode Quinn) lebih besar jika dilihat dari nilai KHTM untuk bakteri MRSA antara 5% - 10% dan untuk PAMR antara 2,5% - 5% dibanding dengan ekstrak metanol dengan penambahan toluen (Metode Ma Jing-wen dan Tan Wei-ci) yang memiliki nilai KHTM untuk bakteri MRSA antara 20% - 22% dan untuk PAMR tidak memiliki aktivitas antibakteri.The potential of the sea is very interesting, because its use in various fields of human life but the use of the research is still lacking. One of the potential of marine is sargassum sp,which is considered to have economic value because it is widely used in the utilization and potential.Flavonoidsare one of the substances that can function as an antibacterial and are found in several types of brown algae. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of methanol extract (Quinn Methode) and Methanol extract with the addition of toluene (Method of Ma Jing-wen and Tan Wei-ci) of Sargassumcrassifolium JG Argadh as an antibacterial against Methicillin Resistant Staphylococcus aureus bacteria (MRSA) and Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant (PAMR) with an antibacterial activity test and determine the minimum inhibitory concentration (MIC) The results showed that the antibacterial activity of methanol extract (method Quinn) is greater when viewed from the MRSA bacterium MIC for between 5% - 10% and for PAMR between 2.5% - 5% compared with methanol extracts by the addition of toluene (Method Ma Jing Wei-wen and Tan-ci), which has a value MIC for MRSA bacteria between 20% - 22% and for PAMR has no antibacterial activity.Key Word: Antibacterial Activity, MIC, Sargassum crassifolium, Quinn Methode, Method of Ma Jing-wen and Tan Wei-ci
Pengaruh Aplikasi Ekstrak Buah Tin (Ficus carica) terhadap Tingkat Kerapatan Kolagen dan Ekspresi Interleukin 1 Alfa pada Penyembuhan Luka Jaringan Lunak(Study Eksperimental pada Tikus Sprague Dawley) (2017)
Prasetya, Sutami Wahyu
Pendahuluan: Penyembuhan luka merupakan proses biologi normal kulit atau pun mukosa dalam merespon adanya luka. Ficus carica dilaporkan memiliki efek antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan. Adanya antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan luka secara topikal. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi ekstrak ethanol Ficus carica terhadap proses penyembuhan luka pada mukosa palatum tikus Sprague dawley. Metoda Penelitian: Penelitian ini menggunakan metoda penelitian eksperimental murni yang dilakukan pada hewan uji tikus Sprague dawley. Tikus dibagi dalam dua kelompok, kelompok 1 diberi aplikasi NaCl 0,9 % (kontrol), kelompok 2 diberi aplikasi topikal salep ekstrak etanol Ficus carica. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan pembuatan luka sirkuler pada palatum dengan diameter 4 mm. Perlakuan diberikan secara topikal sehari sekali, dan tiga ekor tikus pada tiap kelompok dieuthanasia pada 24 jam pertama, hari ke-3, hari ke-7, dan hari ke-14. Dilakukan penghitungan ekspresi interleukin 1 alfa, dan kerapatan kolagen. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, dan kemudian dilakukan uji berpasangan Mann-Whitney untuk membandingkan efek antiinflamasi dan pengaruhnya pada penyembuhan luka jaringan lunak pada tiap kelompok. Hasil Penelitian: Dari analisis data didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kerapatan kolagen dan interleukin 1 alfa antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Kruskal-Wallis p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna kerapatan kolagen hari ke-3 dan hari ke-7 antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (Mann-Whitney p<0,05). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna jumlah interleukin 1 alfa pada 24 jam, hari ke-3, dan hari ke-7 antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Ekstrak ethanol Ficus carica dapat menurunkan ekspresi interleukin 1 alfa dan meningkatkan kerapatan kolagen, sehingga mempunyai potensi antiinflamasi pada penyembuhan luka mukosa palatum tikus Sprague dawley.
Bioprospeksi Ekstrak Buah dan Bakteri Endofit Asal Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Kolorektal (2019)
Safitri, Febrina Anjar Laxmi
Kanker kolorektal adalah penyakit paling berbahaya ketiga dan penyebab kematian akibat kanker nomor empat di dunia. Bakteri pada usus memiliki peran penting dalam pembentukan kanker kolorektal. Dewandaru (Eugenia uniflora L.) sejak lama telah digunakan sebagai obat tradisional dalam menangani berbagai penyakit. Buah dewandaru dan bakteri endofitnya dapat menghasilkan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potensi antibakteri dari ekstrak etanol dan bakteri endofit asal buah dewandaru menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer dan menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) serta Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) menggunakan metode dilusi. Bakteri endofit diisolasi dari buah dewandaru dengan serangkaian dilusi dan teknik goresan. Seluruh isolat dan ekstrak etanol buah dewandaru dengan berbagai konsentrasi telah diuji aktivitas antibakterinya terhadap empat bakteri kolorektal (Streptococcus bovis, Enterococcus faecalis, Escherichia coli dan Salmonella enterica). Hasil uji menunjukkan terdapat zona hambat dengan kategori sangat lemah – kuat, baik pada ekstrak buah maupun bakteri endofit yang diisolasi. Rata-rata zona hambat terbesar yang dihasilkan ekstrak etanol buah dewandaru adalah sebesar 22 mm terhadap bakteri S. bovis, 26.7 mm terhadap bakteri E. faecalis, 19.3 mm terhadap bakteri E. coli, dan sebesar 12 mm terhadap bakteri S. enterica. Beberapa isolat yang telah teridentifikasi di antaranya adalah Bacillus cereus, Bacillus amyloliquefaciens, Bacillus sp. 1, Bacillus sp. 2, dan Bacillus sp. 3. Isolat yang paling berpotensi sebagai agen antibakteri adalah isolat Bacillus sp. 2.
BIOPROSPEKSI EKSTRAK DAN BAKTERI ENDOFIT DARI BUAH DAN BATANG BISBUL (Diospyros blancoiA.DC.) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI KOLOREKTAL (2020)
Monica, Devira
Bakteri kolorektal adalah bakteri yang dapat memicu pertumbuhan tumor pada bagian kolorektal, sedangkan bisbul (Diospyros blancoi A.DC.) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan senyawa metabolitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ekstrak serta isolat bakteri endofit dari buah dan batang bisbul yang memiliki potensi paling besar untuk menghambat pertumbuhan bakteri kolorektalSalmonella enterica danEnterococcus faecalis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif, melalui tahap isolasi dan identifikasi bakteri endofit, ekstraksi buah dan batang bisbul, uji aktivitas antibakteri, serta identifikasi senyawa bioaktif ekstrak dan bakteri endofit batang dan buah bisbul. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak buah dan batang bisbul dapat menghambat pertumbuhan kedua jenis bakteri kolorektal masing-masing dengan rata-rata zona hambat terbesar 9,67 mm dan 9,33 mm terhadap S. enterica, sedangkan terhadap E. faecalis 15 mm dan 14,33 mm. Supernatan bakteri endofit buah dan batang bisbul dapat menghambat pertumbuhan kedua jenis bakteri kolorektal masing-masing dengan rata-rata zona hambat terbesar 8 mm dan 7,33 mm terhadap S. enterica, sedangkan terhadap E. faecalis 8,67 mm dan 9,67 mm. Hasil identifikasi bakteri endofit menunjukkan isolat bakteri endofit yang potensial adalah Bacillus cereus (BU-2A) dan Bacillus sp. (BTG-4).
AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI KITOSAN DENGAN FRAKSI EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH ( Eucheuma cottonii) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Metichillin-resistant Staphylococcus aureus (2016)
Y, Zahra Millatina
Potensi laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu potensi laut yang belum terlalu banyak diteliti yaitu alga merah dan kitosan. Alga merah dan kitosan diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi dari kitosan dengan fraksi – ekstrak etanol alga merah terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 serta Methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Invasi melalui jaringan merupakan mekanisme umum Staphylococcus, yang menyebabkan penyakit di antaranya infeksi kulit, pneumonia, dan endokarditis, osteomyelitis. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi fraksi n-heksan dengan kitosan perbandingan 75:25 memiliki aktivitas terbaik bagi Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus.
UJI AKTIVITAS KOMBINASI KITOSAN DENGAN FRAKSI-EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma cottonii) TERHADAP PAMR DAN Pseudomonas aeruginosa ISOLAT KLINIS (2016)
A, Putri
Potensi bahan alam bermanfaat sebagai obat memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat konvensional. Laut merupakan daerah yang memiliki banyak sumber senyawa obat. Senyawa kitosan didapat dari crustaeae laut paling banyak terdapat pada kulit udang. Alga merah (Eucheuma cottonii) merupakan jenis alga yang paling banyak ditemui di Indonesia yang mempunyai senyawa flavonoid, kuinon, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Kitosan dan alga merah memiliki manfaat sebagai antibakteri. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif yang sudah resisten terhadap beberapa antibiotik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kombinasi alga merah dan kitosan terhadap Pseudomonas aeruginosa isolat klinis dan PAMR (Pseudomonas Multi Resistant). Metode penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk proses ekstraksi dan metode difusi agar. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas pada fraksi n-heksan dan etil asetat terhadap PAMR. Kombinasi fraksi etil asetat alga merah dan kitosan yang memiliki aktivitas terbaik. Kombinasi fraksi n heksan dan kitosan memiliki aktivitas terhadap PAMR dan P. aeruginosa isolat klinis terbaik yaitu terhadap P. aeruginosa isolat klinis.
PENELUSURAN ANTIBAKTERI DARI LIMA SARI BUAH SEGAR DAN HASIL FERMENTASINYA TERHADAP ISOLAT KLINIS Staphylococcus epidermidis PENYEBAB JERAWAT (2015)
Rahmawan, Anugrah
Jerawat atau akne merupakan kondisi kulit berupa penyumbatan pada pori-pori kulit. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan jerawat adalah bakteri Staphylococcus epidermidis. Pemanfaatan bahan alam dapat mengatasi masalah resistensi dan efek samping pada pembuatan sediaan antibakteri. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian tentang penelusuran aktivitas antibakteri dari lima sari buah segar dan hasil fermentasinya terhadap isolat klinis S.epidermidis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri kelima sari buah segar dan hasil fermentasinya terhadap isolat klinis S.epidermidis. Buah-buahan uji yang digunakan adalah anggur, apel, belimbing wuluh, jeruk nipis dan sirsak. Metode pada penelitian ini meliputi pengumpulan bahan dan determinasi, fermentasi buah, pembuatan sari buah, penapisan fitokimia, uji aktivitas antibakteri, uji aktivitas antibakteri kombinasi sari buah dengan aktivitas antibakteri terbaik dan analisis data. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan organisme fermentasi yaitu Saccharomyces cerevisiae. Pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar teknik perforasi. Pada pengujian aktivitas antibakteri sari buah segar diketahui bahwa sari buah jeruk nipis menghasilkan aktivitas antibakteri terbaik, sedangkan pada uji aktivitas antibakteri sari buah fermentasi diketahui sari buah jeruk nipis mempunyai aktivitas antibakteri terbaik. Sifat kombinasi daya antibakteri sari buah segar dan hasil fermentasi jeruk nipis menunjukkan sifat sinergis terhadap isolat klinis S.epidermidis.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TERIPANG (Stichopus horrens) ASAL KARIMUN JAWA TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis DAN Escherichia coli DENGAN METODE DIFUSI AGAR (2014)
Andayani, Utami Dini
Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian pencarian substansi aktif dari biota laut yang memiliki aktivitas farmakologi semakin gencar dilakukan. Invertebrata laut memproduksi senyawa pertahanan kimia (chemical defense) yang berfungsi untuk melindungi diri dari serangan predator dan mencegah infeksi bakteri. Diantara sejumlah biota laut, salah satunya yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah “teripang”, yang sehari-hari lebih dikenal dengan nama timun laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas antibakteri ekstrak etanol dari salah satu spesies teripang Indonesia, yaitu Stichopus horrens terhadap bakteri Gram positif Bacillus subtilis dan bakteri Gram negatif Escherichia coli. Sampel teripang S. horrens diambil dari Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Indonesia. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar. Penelitian dilakukan sejak bulan Maret hingga September 2014. Hasil penelitian menunjukkan teripang S. horrens asal perairan Kepulauan Karimun Jawa memiliki potensi kuat sebagai bahan antibakteri baru berasal dari bahan alam bahari. Ekstrak etanol teripang S. horrens memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri bakteri Gram positif Bacillus subtilis, tetapi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif Escherichia coli. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk pengembangan obat antibakteri baru yang berasal dari bahan alam bahari.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas (L). Lam) (2015)
Wahyuni, Ulfa Tri
Disentri basiler adalah suatu penyakit infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae. Oleh karena itu, diperlukan penemuan antibakteri baru dari bahan alam. Salah satunya adalah pemanfaatan daun ubi jalar Cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri, KHTM dan KBM serta kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak etanol daun ubi jalar Cilembu. Penelitian dilakukan dengan tahapan ekstraksi dan pemeriksaan kualitas ekstrak. Selanjutnya dilakukan tahap uji aktivitas antibakteri, uji KHTM dan uji KBM.ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar Cilembu memiliki aktivitas antibakteri dan memiliki senyawa golongan flavonoid, tanin, polifenol dan steroid. Kata kunci: ubi jalar Cilembu, antibakteri
FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSa) ISOLAT KLINIS (2014)
Maulida, Dinitha
Infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri MRSa merupakan masalah yang terus mengalami peningkatan, tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan antibiotik yang berasal dari alam yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap MRSa. Salah satunya adalah tumbuhan Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen). Penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu determinasi dan penyiapan simplisia, ekstraksi simplisia, penampisan fitokimia ekstrak, penentuan kadar air, kadar sari larut etanol dan kadar sari larut air, penentuan konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM), orientasi basis, orientasi basis krim terpilih dengan penambahan ekstrak, formulasi krim antibakteri, pengujian kualitas fisik sediaan krim antibakteri, uji iritasi sediaan krim antibakteri, uji aktivitas antibakteri sediaan krim, dan uji aktivitas antibakteri ekstrak dan sediaan krim antibakteri teraktif. Hasil penelitian ekstrak etanol daun Binahong memiliki KHTM dan KBMnya. Basis tipe M/A merupakan basis terpilih dalam formulasi sediaan krim antibakteri dengan konsentrasi ekstrak 0, 2, 3 dan 4 kali KHTM. Aktivitas antibakterinya dibuktikan dengan zona hambat yang terbentuk. Sediaan krim mengalami perubahan konsistensi dan viskositas, sedangkan pH tidak mengalami perubahan dan masih memenuhi syarat farmasetika.
PERBEDAAN DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ANGGUR MERAH DAN ANGGUR HIJAU (Vitis vinifera) TERHADAP Streptococcus sanguis (2014)
Radiajeng, Monica Christina
Streptococcus sanguis merupakan bakteri pelopor pembentukan plak gigi. Plak dapat dihambat menggunakan obat kumur yang mengandung senyawa antibakteri. Anggur merah dan anggur hijau adalah contoh bahan alam yang telah dilaporkan memiliki potensi antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan daya antibakteri ekstrak etanol buah anggur merah dan anggur hijau terhadap Streptococcus sanguis. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris. Daya antibakteri buah anggur merah dan anggur hijau terhadap S. sanguis diuji menggunakan metode difusi agar Kirby Bauer dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu 1 gr, 2 gr/ml, dan 1 gr/ml, kontrol positif (klorheksidin 0,05%), dan kontrol negatif (bulyon), dan dilakukan pengulangan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan rerata diameter zona hambat ekstrak etanol buah anggur merah terhadap Streptococcus sanguis pada konsentrasi 1 gr, 2 gr/ml, dan 1 gr/ml berturut-turut adalah 3,11 mm, 2,67 mm, dan 1,96 mm, sedangkan untuk ekstrak etanol buah anggur hijau berturut-turut adalah 5,4 mm, 4,22 mm, dan 3,44 mm. Ekstrak etanol buah anggur hijau disimpulkan mempunyai daya antibakteri lebih besar daripada ekstrak etanol buah anggur merah (p<0,05) terhadap Streptococcus sanguis.
Daya Antibakteri Fraksi Air, Fraksi N-Heksana dan Fraksi Etil Asetat Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) Terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 (2018)
Halim, Stevani Monika
Buah merah merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki aktivitas antibakteri.Aktivitas antibakteri buah merah adalah merusak permeabilitas dinding sel bakteri dan denaturasi protein bakteri, sehinggapertumbuhan Streptococcus sanguinissebagai bakteripioner pembentuk biofilmakan terhambat. Aktivitas antibakteri buah merah didapatkan dari fraksinasi untuk memperoleh senyawa aktif Penelitian bertujuanmengetahui daya antibakteri fraksi air , fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat buah merah terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguinis ATCC 10556 secara in vitro. Penelitian menggunakan metode eksperimental murni dengan membandingkan hasil uji zona hambat dari fraksi yang paling efektif dari buah merah yaitu fraksi etil asetat dengan kontrol terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 secara in vitro. Fraksi etil asetat memiliki nilai zona hambat paling besar dari fraksi n-heksana dan fraksi air.Uji zona hambat adalah uji untuk mengukur daya antibakteri buah merah terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan &#961;value< 0,05 sehingga dilanjutkan analisis post hoc. Hasil uji analisis statistik daya hambat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara fraksi etil asetat buah merah dan kontrol terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 dengan&#961;-value 0.0169. Simpulan penelitian terdapat perbedaan daya antibakteri fraksi etil asetat buah merah dan kontrol terhadap Streptococcus sanguinis secara in-vitro.
Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) Terhadap Bakteri Staphylococcus roseus ATCC 25923 dan Staphylococcus aureus Isolat Klinis (2015)
Rahayuda, Imam Hafiz
Selulitis merupakan penyakit infeksi kulit yang didahului dengan luka atau trauma yang dapat diperparah oleh infeksi bakteri seperti Staphylococcus aureus. Salah satu tumbuhan yang berpotensi mengobati infeksi kulit adalah daun tapak dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol daun tapak dara memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi ekstrak etanol daun tapak dara terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan isolat klinisnya. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi simplisia, uji penegasan bakteri uji, uji aktivitas antibakteri ekstrak, fraksinasi, uji aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi, penetapan KHTM dan KBM fraksi teraktif, penapisan fitokimia, serta penentuan profil KLT. Metode untuk uji aktivitas antibakteri adalah metode difusi agar. Untuk penetapan KHTM dan KBM menggunakan metode mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak, fraksi etil asetat, dan fraksi n-heksan daun tapak dara mempunyai aktivitas terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan isolat klinisnya. Fraksi teraktif adalah fraksi etil asetat dengan nilai KTHM berada pada rentang % (b/v) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan isolat klinisnya, sedangkan untuk nilai KBM sebesar % (b/v) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan isolat klinisnya.
Pengaruh Lama Waktu Pemanasan Terhadap Perubahan Fisiko Kimia, Senyawa Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Pada Bawang Hitam (Black Garlic) (2019)
Fitriani, Erin Nur
Bawang putih telah dikenal memiliki banyak manfaat sebagai antibakteri dan antiseptik hal tersebut berkaitan erat dengan kandungan senyawa organosulfur yang terkandung didalamnya. Bawang putih memiliki potensi sebagai obat diabetes, hipertensi dan sebagai antioksidan dengan potensi kandungan senyawa bioaktif yang terkandung didalamnya seperti polifenol dan flavonoid. Bawang hitam dapat diproduksi dengan perlakuan panas selama 1 bulan pada temperatur 60-80o C dengan kondisi kelembaban yang terkontrol tanpa tambahan zat aditif. Terdapat reaksi yang terjadi selama pemanasan yang disebut reaksi Maillard yang memberikan kontribusi nyata terhadap perubahan aroma, rasa, warna serta potensi aktivitas antioksidan pada bawang putih.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu pemanasan yang tepat untuk menghasilkan produk black garlic menggunakan alat electric rice cooker yang memiliki karakterisitik sifat fisiko kimia yang baik dan kandungan komponen bioaktif serta aktivitas antioksidan yang tinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan metode rancangan acak lengkap yang dianalisis dengan one way ANOVA dan uji lanjutan Duncan dengan alat bantu SPSS versi 25.0. Kadar air terbaik didapatkan pada sampel yang dipanaskan selama 22 hari dengan kadar sebesar 42.5%, Kadar total fenolik tertinggi didapatkan pada sampel yang dipanaskan selama 18 hari dengan kandungan sebesar 14.23 mg/g, hal yang sama juga terjadi pada kadar tofal flavonoid tertinggi dengan kandungan sebesar 10.83 mg/g. Berdasarakan nilai IC50 Aktivitas Antioksidan tertinggi didapatkan pada blak garlic yang dipanaskan selama 22 hari dengan nilai IC50 sebesar 320.02 ppm.
KANDUNGAN SENYAWA AKTIF PADA Holothuria coluber ASAL PERAIRAN LAMPUNG SELATAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN (2013)
Rahmadani, Risa
ABSTRAKRisa Rahmadani (Dibimbing oleh: Ibnu Dwi Buwono, Yeni Mulyani danAbdullah Rasyid). 2013. Kandungan Senyawa Aktif Pada Holothuria coluberAsal Perairan Lampung Selatan yang Berpotensi Sebagai Antibakteri danAntioksidan.Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam teripangHolothuria coluber dianalisis melalui proses ekstraksi dan kandungan senyawaantibakteri dalam teripang dianalisis dengan metode difusi lempeng agar ( AgarDisk Diffusion Assay). Dua kali pengulangan sampel uji media kultur bakteri danpengukuran zona hambat sebagai parameter uji. Disamping itu dilakukan ujiantioksidan dalam ekstrak teripang menggunakan metode DPPH (1,1 dhiphenylpicryl hydrazil) dan nilai IC50 sebagai parameter uji. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Holothuria coluber mengandung metabolit sekundergolongan saponin. Pada uji antibakteri, metabolit sekunder memiliki aktivitasantibakteri terhadap dua bakteri uji yaitu Vibrio eltor dan Bacilus subtillis.Sedangkan pada Fraksi n-heksan, etil asetat, n-butanol pada konsentrasi 500000ppm aktivitas antibakteri paling tinggi ditunjukkan dengan zona hambat 15 mm.11 mm, 8 mm. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak Holothuriacoluber mempunyai IC50 sebesar 159,519 ppm.Kata Kunci: Holothuria coluber, metabolit sekunder, antibakteri, antioksidan,dan IC50.
PENGARUH APLIKASI EKSTRAK DAUN TALAS (Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TERKONTAMINASI BAKTERI Staphylococcus aureus MELALUI PEMERIKSAAN NEUTROFIL, MAKROFAG, REEPITELISASI DAN (2019)
Muharty, Annisya
Pendahuluan: Penyembuhan luka merupakan proses biologi normal kulit ataupun mukosa dalam merespon adanya luka. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah infeksi pada luka, dimana pada luka terinfeksi proses penyembuhan luka akan terhambat dan menjadi lebih lama sembuh. Dari berbagai penelitian dikatakan daun talas Colocasia esculenta L. Schott mengandung komponen bioaktif yang memiliki efek penyembuhan luka, anti inflamasi, antioksidan dan antibakteri. Adanya efek tersebut merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan luka secara topikal. Tujuan Penelitian: Untuk mengevalusi potensi ekstrak daun Colocasia esculenta L. Schott terhadap proses penyembuhan luka terkontaminasi bakteri Staphylococcus aureus pada tikus Sprague dawley. Metoda Penelitian: Dua puluh empat ekor tikus Sprague dawley secara random dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberi aplikasi placebo (kontrol), kelompok II diberi aplikasi topikal ekstrak daun Colocasia esculenta L. Schott konsentrasi 25%. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan pembuatan luka di daerah dorsal dengan diameter 2 cm. Perlakuan diberikan secara topikal sehari sekali dan empat ekor tikus pada tiap kelompok dinekropsi pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14. Dilakukan penghitungan jumlah neutrofil, makrofag, reepitelisasi dan ekspresi Fibroblast Growth Factor-2 (FGF-2). Data di analisa dengan uji hipotesis statistik Wilcoxon/Mann Whitney Kruskal Wallis untuk membandingkan potensi persembuhan luka pada tiap kelompok. Hasil Penelitian: Aplikasi ekstrak daun Colocasia esculenta L. Schott pada proses penyembuhan luka terkontaminasi bakteri Staphylococcus aureus melalui pemeriksaan jumlah neutrofil, makrofag, reepitelialisasi dan eskspresi FGF-2 pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14, memberikan efektifitas pada kondisi hari yang berbeda, artinya waktu berpengaruh pada efektifitas ekstrak.
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN MOUTHWASH KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) (2017)
Junaedi
Plak gigi merupakan suatu lapisan biofilm yang tersusun atas sel-sel dari koloni mikroorganisme pada permukaan gigi yang berperan sangat dominan dalam pembentukan karies gigi. Salah satu penyebab timbulnya plak adalah bakteri Staphylococcus aureus. Kitosan dari cangkang rajungan (portunus pelagicus) diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula terbaik serta uji aktivitas antibakteri dari sediaan mouthwash kitosan dari cangkang rajungan (Pertunus pelagicus). Sediaan mouthwash kitosan dibuat menjadi tiga formula dengan konsentrasi kitosan masing-masing 0,1% untuk F1, 0,2% untuk F2, dan 0,4% untuk F3. Sediaan mouthwash dibuat berdasarkan uji aktivitas antibakteri kitosan yang dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) pada konsentrasi 0,05–0,1%. Evaluasi fisik sediaan, uji aktivitas antibakteri, dan uji kesukaan sediaan dilakukan untuk menentukan formula terbaik. Evaluasi fisik dilakukan setiap minggu selama penyimpanan satu bulan pada suhu 27&plusmn;2oC dan 40&plusmn;2oC, meliputi pengamatan organoleptik, pengukuran pH, dan pengukuran viskositas. Hasil penelitian menunjukkan pH sediaan pada rentang 4,693-6,337; viskositas sebesar 46,37-56,37 cPs, serta uji aktivitas bakteri sediaan menunjukkan F2 membentuk zona bening 0,789 cm dan F3 1,067 cm. Pada uji kesukaan, F2 memiliki skor lebih tinggi dibanding F3 dari segi rasa, aroma, dan penampilan. Berdasarkan hasil penelitian, F2 yang mengandung 0,2% kitosan adalah formula terbaik dan berbeda secara signifikan (p value < 0,05). Kata kunci: Plak gigi, Staphylococcus aureus, antibakteri, moutwash, kitosan.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) terhadap Bakteri Shigella Dysentriae ATCC 13313 (2015)
Satria, Rudi
Diare adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Salah satu penyebab diare adalah bakteri Shigella dysentriae. Kedelai telah dibuktikan memiliki aktivitas sebagai antibakteri diare basiler, sehingga terjadi peningkatan manfaat dan ekonomi kedelai. Oleh karena itu, penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kedelai (Glycine max (L.) Merill) terhadap Shigella dysentriae ATCC 13313 perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri basiler yang paling tinggi dan mengetahui rentang KHTM - KBM dari ekstrak etanol daun kedelai. Metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri adalah metode difusi agar dengan teknik perforasi, sedangkan penentuan rentang KHTM – KBM dilakukan dengan menggunakan metode mikrodilusi disertai dengan subkultur hasil KHTM – KBM di media padat MHA steril. Penapisan fitokimia menunjukan bahwa ekstrak etanol daun kedelai mengandung metabolit sekunder. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukan bahwa ekstrak etanol daun kedelai memiliki aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysentriae. Rentang KHTM - KBM ekstrak etanol daun kedelai terhadap Shigella dysentriae diketahui berada pada nilai konsentrasi.
Uji Daya Antibakteri Ekstrak Metanol Buah Mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap Bakteri Streptococcus sanguinis ATCC 10556 (2018)
Amalia, Dewi
Buah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman yang sudah banyak digunakan sebagai obat tradisional dan telah diketahui mengandung senyawa antibakteri diantaranya, alkaloid, saponin, glikosida, flavonoid, terpena, fenolik dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak metanol buah mentimun terhadap bakteri Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri pelopor pembentukan plak gigi. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi agar dengan cara mengukur diameter zona hambat. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Anava dan dilanjutkan dengan uji t-test post hoc untuk melihat pengaruh konsentrasi ekstrak metanol buah mentimun terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguinis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata diameter zona hambat ekstrak metanol buah mentimun konsentrasi 100%, 75%, 50%, dan 25% adalah berturut-turut 3,31 mm, 2,51 mm, 2,10 mm, dan 1,91 mm. Daya antibakteri ekstrak metanol konsentrasi 100% berbeda secara signifikan (p<0,05) terhadap konsentrasi 25%. Daya antibakteri ekstrak metanol buah mentimun pada semua konsentrasi termasuk kategori bersifat lemah karena kurang dari 5 mm. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan bahwa ekstrak metanol buah mentimun memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus sanguinis.
UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN NANAS KERANG (Tradescantia spathacea Sw.) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus sanguis (2014)
S, Everin Yasinta
Nanas kerang (Tradescantia spathacea Sw.) merupakan tanaman hias yang banyak digunakan sebagai obat tradisional dan telah diketahui mengandung senyawa antibakteri, diantaranya alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin, dan terpenoid. Tujuan penelitian ini adalah menguji daya antibakteri ekstrak etanol dari daun nanas kerang terhadap Streptococcus sanguis yang merupakan bakteri pelopor pembentuk biofilm oral. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol daun nanas kerang terhadap Streptococcus sanguis. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi agar dengan cara mengukur diameter zona hambat. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun nanas kerang terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata diameter zona hambat ekstrak etanol daun nanas kerang konsentrasi 1 gr, 2 gr/ml, dan 1 gr/ml adalah berturut-turut (16,61 &plusmn; 0,95) mm, (8,55 &plusmn; 1,51) mm, dan (6,61 &plusmn; 0,75) mm. Daya antibakteri antar konsentrasi ekstrak etanol daun nanas kerang berbeda secara signifikan (p<0,05). Daya antibakteri ekstrak etanol nanas kerang pada 1 gr adalah kuat, sedangkan pada 2 gr/ml dan 1 gr/ml adalah kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan bahwa ekstrak etanol daun nanas kerang memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus sanguis.
PENGARUH APLIKASI SALEP TEPUNG SAGU (Metroxylon sagu) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA JARINGAN LUNAK PENYANDANG HIPERGLIKEMIA (Studi Eksperimental pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus)) (2017)
Johnson, Max
Latar Belakang Penyembuhan luka merupakan proses biologi normal kulit ataupun mukosa dalam merespon adanya luka. Metroxylon sagu dilaporkan memiliki efek antioksidan dan antibakteri. Adanya manfaat antioksidan dan anti bakteri merupakan kombinasi yang baik sebagai bahan alternatif untuk perawatan luka secara topikal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi salep tepung Metroxylon sagu terhadap proses penyembuhan luka jaringan lunak penyandang hiperglikemia pada punggung tikus Wistar (Rattus norvegicus). Metode Dua puluh tujuh ekor tikus Wistar (Rattus norvegicus) diinduksi dengan aloksan dan secara random dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I diberi aplikasi aquades (kontrol), kelompok II diberi aplikasi topikal salep kloramfenikol, dan kelompok III diberi aplikasi topikal salep tepung Metroxylon sagu. Sebelumnya seluruh hewan uji dilakukan pembuatan luka pada punggung tikus Wistar dengan ukuran 7x7 mm. Perlakuan diberikan secara topikal sehari sekali dan tiga ekor tikus pada tiap kelompok dinekropsi pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14. Dilakukan penghitungan jumlah neovaskularisasi, sel fibroblas, dan kolagen. Data di analisa dengan ANOVA satu arah untuk membandingkan potensi penyembuhan luka pada tiap kelompok. Hasil Dari analisis data didapatkan bahwa kelompok dengan perlakuan pemberian salep tepung Metroxylon sagu memberikan aktivitas yang baik terhadap proses penyembuhan luka dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan bermakna penyembuhan luka antara kelompok perlakuan salep tepung Metroxylon sagu dibandingkan dengan kelompok perlakuan salep kloramfenikol (ANOVA, p > 0.05). Terdapat perbedaan bermakna jumlah sel neovaskularisasi, fibroblas dan kolagen antara kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tukey HSD, p < 0.05). Kesimpulan Salep tepung Metroxylon sagu memiliki potensi untuk penyembuhan luka jaringan lunak penyandang hiperglikemia pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) sebanding dengan salep kloramfenikol. Kata Kunci : Hiperglikemia, Kloramfenikol, Metroxylon sagu, penyembuhan luka, Rattus norvegicus.
  • 1 to 50
  • Contact
  • Imprint
  • OAI
  • Sitelinks
OPUS4 Logo