Browsing by Author "Insi Farisa Desy Arya"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
Item EFEKTIVITAS FILM PENDEK(2016-10-05) R. YUDI RACHMAN SALEH; Insi Farisa Desy Arya; Irvan AfriandiMasalah perilaku remaja yang membahayakan kesehatan yaitu merokok karena menimbulkan berbagai penyakit dan meningkatkan risiko kematian. Hal ini disebabkan efek adiktif dari rokok, karakteristik remaja, pengaruh lingkungan, kemudahan memperoleh rokok serta pengaruh industri rokok melalui media dan kegiatan promosi rokok yang menarik. Upaya pencegahannya yaitu melalui promosi kesehatan dengan media yang mudah diakses, menarik dan sesuai karakteristik remaja yaitu film. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi perancangan dan pembuatan media film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya, menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya selanjutnya menganalisis efektifitas film pendek tersebut dibandingkan dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Rancangan penelitian menggunakan Mixed Method dengan Sequential Exploratory Design. Diawali desain kualitatif melalui pendekatan kontruktivisme dengan metode kajian literatur untuk mengeksplorasi perancangan dan pembuatan film pendek yang efektif dengan objek artikel jurnal dan buku teks untuk kemudian digunakan sebagai dasar menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya, dilanjutkan dengan metode kuantitatif menggunakan True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design untuk menganalisis efektivitas film pendek tentang rokok dan bahayanya dibandingkan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan untuk merancang dan membuat film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya harus mencakup 9 komponen yang terdiri dari tujuan pembuatan film, tema film, konten atau isi pesan dalam film, alur cerita, konflik, bahasa film, durasi penayangan, tata artistik dan penokohan. Selanjutnya 9 komponen tersebut dijadikan dasar untuk menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya. Hasil analisis statistik menunjukan terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi antara pemberian film pendek dengan ceramah tentang rokok dan bahayanya, tetapi film pendek lebih efektif dibandingkan dengan ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan motivasi sedangkan untuk meningkatkan sikap, metode ceramah lebih efektif dibandingkan dengan film pendek.Item Formulasi Bubuk Udang Rebon pada Menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita 4-5 Tahun di Posyandu Anggrek Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon(2015-04-25) PRIYO SULISTIYONO; Insi Farisa Desy Arya; Dewi Marhaeni Diah HerawatiPrevalensi balita gizi kurang di Kota Cirebon mencapai 13,9% sedang balita pendek mencapai 15,7%, salah satu penyebabnya adalah karena minimnya makanan sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh anak balita. Udang Rebon sebagai pangan lokal daerah pesisir memiliki potensi kandungan nutrisi yang baik terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui formulasi PMT-BUR yang memiliki sifat organoleptik dan daya terima balita terbaik. Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan Bubuk Udang Rebon (BUR), uji organoleptik, uji laboratorium dan uji daya terima PMT-BUR pada balita. BUR dibuat menggunakan udang rebon varietas lokal Cirebon. Uji organoleptik dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (BUR 5, 10, 15%) termasuk kontrol (0%) dan dua kali ulangan. Responden uji organoleptik sebanyak 30 panelis yaitu Mahasiswa Program Studi Diploma Gizi Cirebon. Uji penerima dilakukan dengan satu kali uji coba BUR terpilih pada satu kelompok balita usia 4-5 tahun di Posyandu Anggrek Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 50 balita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kandungan protein (p=0,000), kalsium (p=0,013), tingkat kesukaan warna (p=0,029), rasa (p=0,000), aroma (p=0,000), tektur (p=0,000) dan tingkat kesukaan keseluruhan (overall) (p=0,000) pada berbagai persentase penambahan bubuk udang rebon sebagai PMT balita. PMT-BUR bubur lemu dapat diterima oleh 80% balita dan bolu kukus mencapai 88%. Kandungan kadar air, kadar abu dan protein BUR memenuhi SNI pembanding. Formulasi PMT-BUR dengan tingkat kesukaan tertinggi adalah PMT-BUR 5% dengan kadungan protein mencapai 83,8% standar minimal protein PMT sebesar 8 g% dan tingkat penerimaan balita mencapai 88%. Bubuk udang rebon (BUR) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen atau bahan tambahan PMT balita di posyandu untuk meningkatkan mutu gizi. BUR dapat menjadi solusi dalam penanganan kasus balita kurang gizi di Kota CirebonItem GAMBARAN POLA PEMBERIAN ASI PADA ANAK STUNTING DI KOTA BANDUNG(2023-02-19) FRYDA ROSSALIA; Tisnasari Hafsah; Insi Farisa Desy AryaLatar Belakang: stunting adalah gangguan pertumbuhan yang disebabkan buruknya asupan zat gizi dan atau penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang lama ataupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 Standar Deviasi (SD). Kondisi stunting menjadi penanda risiko perkembangan anak yang buruk sehingga menjadikan stunting sebagai salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia. Stunting dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan salah satu faktor risiko stunting adalah ke tidak cukupan pemberian ASI sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pola pemberian ASI pada anak stunting di Kota Bandung. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui bagaimana pengalaman, perasaan, dan upaya yang dilakukan ibu dalam pemberian ASI pada anak stunting. Wawancara mendalam dilakukan terhadap ibu yang memiliki anak stunting berdasarkan data audit kasus stunting Kota Bandung pada bulan Januari 2022. Subjek berjumlah 5 orang dan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil: Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada 5 ibu dengan anak stunting didapatkan bahwa ketidaksesuaian pola pemberian ASI pada anak stunting disebabkan oleh frekuensi yang kurang tepat, pelekatan yang kurang baik, gangguan psikologis ibu dan asupan nutrisi ibu yang kurang terpenuhi. Kesimpulan: ASI merupakan asupan nutrisi paling ideal bagi bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan yang dapat dilanjut sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI juga perlu memperhatikan apakah pola pemberian ASI sudah sesuai atau tidak yang dapat dinilai dari segi frekuensi, pelekatan, kondisi psikologis ibu dan asupan nutrisi ibu agar tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal. Kata Kunci : Stunting, Pola Pemberian ASI, ASI Eksklusif, Growth FalteringItem Hubungan Faktor Kejadian Stunting dan Severe Stunting Pada Balita Usia 6-24 Bulan Pada Daerah Lokasi Fokus dan Non Lokasi Fokus Di Kota Serang Tahun 2021(2022-09-25) IRAWATI; Meita Dhamayanti; Insi Farisa Desy AryaStunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Dalam rangka percepapatan penurunan dan pencegahan stunting maka di Kota Serang ditetapkan lokus stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kejadian stunting dan severe stunting pada balita usia 6-24 bulan pada daerah lokus dan non lokus stunting di Kota Serang tahun 2021, menganalisa keberhasilan program yang sudah dilaksanakan, menambah referensi kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting di Kota Serang. Penelitian ini menggunakan desain retrospektif kohort study dan dianalisis dengan uji chi square dan uji regresi logistik. Data didapatkan dari validasi bulan penimbangan balita Kota Serang tahun 2021 dengan sampel sebanyak 638 balita. Setelah uji bivariat dihasilkan daerah non lokus intervensi stunting yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting dan severe stunting adalah riwayat BBLR (p=0,041, RR 0,821, 95% Confidence interval (CI) : 0,713-0,946), kepemilikan jamban (p = 0,019, RR 1,453, 95% CI : 1,005-2,100), pemberian MP-ASI ( p = 0,031, RR 1,170, 95% CI : 1,011-1,353), penolong persalinan oleh non tenaga kesehatan (p = 0,016, RR 1,267, 95% CI : 1,025-1,586) dan imunisasi lengkap (p = 0,027, RR 1,152, 95% CI : 1,022-1,298). Analisis multivariabel menunjukkan bahwa faktor risiko signifikan yang paling konsisten untuk anak stunting dan severe stunting usia 6-24 bulan adalah: kategori BBLR (p = 0,032, RR 0,453, 95% CI : 0,220-0,932), kepemilikan jamban (p = 0,048, RR 2,143, 95% CI : 1,008-4,557), melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun (p=0,083, RR 0,540 95% CI : 0,269-1,083), pemberian vitamin A (p = 0,175 RR 0,394 95% CI : 0,103-1,514) dan pemberian MP-ASI (p = 0,031, RR 1,585, 95% CI : 1,042-2,410). Intervensi berbasis masyarakat diperlukan untuk mengurangi terjadinya stunting dan severe stunting di Kota Serang. Intervensi ini harus menargetkan keluarga yang tidak memiliki jamban, keluarga yang masih memberikan ASI, kemitraan dengan dukun bersalin, pemeriksaan selama kehamilan dan pemberian imunisasi lengkap pada balita.Item Hubungan Sosiodemografi, Pola Tidur, Pola Makan, dan Pola Aktivitas Fisik dengan Overweight dan Obesitas pada Remaja Akhir Siswa SMA di Kecmatan Jatinangor Tahun 2022(2023-02-20) ALDIRA DIVYA RACHMAN; Insi Farisa Desy Arya; Tisnasari HafsahPendahuluan : Angka overweight dan obesitas pada seluruh kelompok usia cenderung meningkat dari tahun ke tahun terutama pada kelompok remaja akhir. Ada beberapa faktor yang menyebabkan overweight atau obesitas diantaranya faktor perilaku serta faktor non-perilaku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi overweight dan obesitas pada remaja akhir siswa SMA di Kecamatan Jatinangor dan faktor-faktor determinannya. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Responden yang terlibat sebanyak 264 responden berusia 16-18 tahun yang berasal dari empat SMA/MA sederajat di Kecamatan Jatinangor. Dari 264 responden, sebanyak 74 responden diekslusi sehingga hanya 190 responden yang datanya digunakan dalam penelitian ini. Setiap responden dilakukan pemeriksaan antropometri berupa pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta pengisian kuesioner penelitian yang terdiri dari identitas diri, data sosiodemografi, pola makan, pola tidur, dan pola aktivitas fisik. Hasil : Prevalensi overweight dan obesitas pada remaja akhir siswa SMA di Kecamatan Jatinangor masing-masing 13,2% dan 8,9%. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan overweight/obesitas antara lain riwayat keluarga dengan kegemukan dan frekuensi konsumsi makanan ringan atau kudapan. Kesimpulan : Prevalensi overweight remaja akhir siswa SMA di Kecamatan Jatinangor mendekati prevalensi overweight Kabupaten Sumedang pada tahun 2018 di kelompok usia yang sama, sedangkan prevalensi obesitasnya lebih tinggi dari prevalensi di Kabupaten Sumedang. Beberapa faktor yang berhubungan terhadap overweight/obesitas pada populasi ini antara lain memiliki riwayat keluarga kegemukan dan frekuensi konsumsi makanan ringan atau kudapan. Kata Kunci: Obesitas, Kegemukan, Remaja Background: The prevalence of obesity and overweight is rising across the world, especially among late adolescents. Being overweight and obese can be brought on by several factors, including behavioral and non-behavioral factors. Therefore, this study aims to determine the prevalence of overweight and obesity in late adolescents in the Jatinangor District and its determinant factors. Methods: This research is an observational analytic study with a cross-sectional design. Two hundred sixty-four people between 16 and 18 were involved in this study. Only 190 of the 264 data were included in this study because 74 were eliminated. Each respondent completed a study questionnaire that included questions about their self-identity, sociodemographic information, eating habits, sleep patterns, and physical activity patterns, in addition to an anthropometric assessment that involved measuring their height and weight. Results: The prevalence of overweight and obesity in late adolescents of senior high school students in Jatinangor District is 13.2% and 8.9%, respectively. Several factors were significantly associated with overweight/obesity, such as family history of obesity, and frequency of snack consumption. Conclusion: The overweight prevalence among senior high school students in Jatinangor District is close to the prevalence of overweight in Sumedang Regency in 2018 in the same age group, while the prevalence of obesity is higher than the prevalence in Sumedang Regency. Several factors significantly related to overweight/obesity in this population include family history of obesity snack consumption. Keywords: Obesity, Overweight, AdolescentItem Immunization Status of Children Under The Age of 5 Hospitalized in Pediatric Ward of dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung Before and During The COVID-19 Pandemic Era(2023-02-17) EVELYNA; Rodman Tarigan; Insi Farisa Desy AryaBackground. Immunization is a productive and efficient way to prevent disease and lessen mortality. During the coronavirus 2019 (COVID-19) pandemic, the Indonesian Ministry of Health and UNICEF reported declining immunization coverage rates. This study aims to observe the immunization status of hospitalized children in the pediatric ward at dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung one year before and two years during the COVID-19 pandemic era. Methods. This research used a descriptive method with a cross-sectional approach. The research subjects used secondary data from the medical records of pediatric patients aged 0-60 months admitted to pediatric wards, dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung from 2019 to 2021. The research sample was obtained using the random sampling method, and the number of samples was determined using the finite population formula. Results. Of the 435 research subjects, 262 were admitted in 2019, and 173 were admitted in 2020 and 2021. In 2019, 52.67% of pediatric patients had received complete immunization according to their age. In 2020 and 2021, 56.65% received complete immunization according to age. Conclusion. Most patients in the pediatric ward at dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung from 2019 to 2021 still has not received complete immunization according to age.Item Karakteristik Anemia pada Pasien Rawat Inap Anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2023-02-20) JOSEPHINE HECTOR PAN; Susi Susanah; Insi Farisa Desy AryaLatar Belakang: Anemia merupakan kondisi yang sering menyertai diagnosis pasien-pasien anak yang dirawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, yang mana hal itu dapat berkontribusi terhadap morbiditas maupun mortalitas pasien. Upaya yang dilakukan untuk mengetahui etiologi anemia tersebut akan dapat membantu tata laksana pasien. Tujuan: Mengetahui karakteristik anemia pasien rawat inap anak di RSHS Bandung pada tahun 2019. Metode: Penelitian observasional deskriptif dengan rancangan studi potong lintang dilakukan pada 270 pasien anak usia 0 – 18 tahun dengan anemia yang dirawat inap di RSHS tahun 2019 dan dipilih secara consecutive sampling. Diambil data sekunder dari rekam medis pasien rawat inap anak di RSHS tahun 2019 yang memenuhi kriteria penelitian. Data dianalisis stastistik secara deskriptif dengan mengelompokkan variabel karakteristik dan hasil laboratorium pasien yang disajikan dalam bentuk median dan Interquartile Range (IQR). Hasil: Selama 5 tahun terakhir, jumlah pasien rawat inap anak rata-rata 7373 pasien. Selama tahun 2019, sebanyak 9212 pasien anak dirawat di RSHS, 738 (8%) di antaranya terdiagnosis anemia. Data yang dianalisis terdiri dari 270 pasien yang memenuhi kriteria penelitian, 48,5% laki-laki dan 51,5% perempuan. Usia terbanyak kelompok >12 – 18 tahun 31,8%, status gizi baik 50,4%, dengan diagnosis terbanyak anemia underlying disease 57% dan paling sedikit autoimun hemolitik anemia 1,1%. Dan yang termasuk ke dalam klasifikasi anemia berat 52,2%. IQR hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit ialah 5,9 – 8,9g/dL, 18,2 – 27,1%, dan 2,3 – 3,5 juta/mm3 dengan median 7,4 g/dL, 22,4%, dan 2,94 juta/mm3. Kesimpulan: Anemia pada pasien rawat inap anak di RSHS sebanyak 8%. Sebanyak 57% merupakan anemia underlying disease, yang terdiri dari 24,8% penyakit hemato-onkologi & 32,2% non hemato-onkologi.Item Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemberian Makanan Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan Serta Praktik Pemberian Materi PMBA Oleh Mahasiswa Kedokteran di Jawa Barat(2023-02-20) PUTRI AISYAH FIRA ELISADHI; Dimas Erlangga Luftimas; Insi Farisa Desy AryaBackground: To promote healthy growth in infants and children, nutritional interventions such as breastfeeding and complementary feeding are targeted. This is because inappropriate complementary feeding is the main cause of malnutrition in infants and children. It was also found that health workers did not understand infant and child feeding practices well, which affected the effectiveness of sharing knowledge with mothers and created a gap between health workers and mothers related to stunting in children. Therefore, the practice of delivering information and education owned and carried out by doctors have an important role in complementary feeding education. To fill this gap, the role of medical students as prospective doctors is needed. Objectives: Describe medical students` communication skills in providing complementary feeding. Materials and Methods: This study was a cross-sectional-based questionnaire conducted among 4th-year medical students in West Java from October to December 2022. A questionnaire was given to ascertain knowledge and attitude regarding complementary feeding and the practice of providing complementary feeding materials. Statistical analysis was done using SPSS Version 29. Results: Overall, the results of practice in this study show that most of the respondents had a score below the median for communication skills (16), although they had a good score for knowledge with a good and fair score (38%, 35.8%). Conclusion: 4th-year of medical students in this study had good knowledge about complementary feeding and a more positive attitude toward it than they did about the actual teaching methods of complementary feeding. Furthermore, training should include techniques for conveying the needed medical skills to be highly effective. All facets of knowledge, attitude, and communication skills, must be taught at all stages of medical education because they will make up a future health professionals Keywords : 1; Knowledge 2; Attitude 3; Communication skills 4; Medical studentsItem Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Asuhan Kebidanan IV STIKes Cirebon(2011) NORMA MARDIANI; Insi Farisa Desy Arya; Oki SuwarsaPembelajaran dengan pendekatan Teacher Centered Learning paling umum diterapkan di institusi pendidikan. Model pembelajaran ini kurang melibatkan peserta didik, sehingga pembelajaran tidak efektif dan mempengaruhi prestasi belajarnya. Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan peserta didik selama melaksanakan perkuliahan. Untuk itu, perlu adanya pola pembelajaran yang merangsang peserta didik aktif memahami pembelajaran teori melalui pembelajaran empirik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio. Tujuan penelitian menganalisis model pembelajaran berbasis portofolio dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar, model pembelajaran berbasis portofolio dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada kelompok prestasi belajar 0.05), nilai rata-rata hasil belajar portofolio 3.37 dan konvensional 3.29. Simpulan hasil penelitian ini model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar, model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada kelompok prestasi belajar <3, model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada kelompok prestasi belajar ≥3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan variabel moderator, seperti gaya berpikir, intelektualitas majemuk serta memperbanyak jumlah sampel penelitian, rancangan eksperimen yang lebih kompleks, waktu penelitian yang lebih lama. Selain itu, peranan peserta didik, pengajar dan institusi pendidikan yang saling menunjang dalam menumbuhkan minat dan kreatifitas peserta didik.Item Perception of Medical Students at The Faculty of Medicine, Padjadjaran University Towards Telemedicine(2023-02-22) KENAN FITRANTO KIEMAS; Insi Farisa Desy Arya; Ginna MegawatiABSTRACT Background: Telemedicine is a digital platform for medical professionals that serves to provide healthcare to patients remotely. The implementation of health services through technology (telemedicine) can be done during a pandemic. The literature suggests that universities need to educate and teach medical students to use technology to improve the quality of patient care. This study aims to determine the knowledge and interest of Padjadjaran University medical students in telemedicine. Methods: The method used in this study is descriptive observational with a cross-sectional approach. The data collection technique in this study used primary data in the form of a Google Form. Data collection was carried out in November 2022. The population for this study was all students from the Faculty of Medicine, Padjadjaran University, Class of 2019. The selection of samples used the total sampling method. IBM SPSS version 25 was used to analyze the data. Result: 88 students (63.3%) strongly agree that telemedicine is the use of information technology to provide and support health care and 41.7% of students agreed they wanted to study telemedicine further. Conclusion: Most students already have knowledge and interest in telemedicine, but there is a need for material in the medical curriculum that can help students learn and understand more about telemedicine. Keyword: telemedicine, knowledge, interest, medical, studentItem PERKEMBANGAN INSTRUMEN KUESIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMBERIAN MAKAN UNTUK BAYI DAN ANAK (PMBA): Panel expert dengan metode Focus Group Discussion(2023-07-14) AFRIYAH; Tisnasari Hafsah; Insi Farisa Desy AryaLatar Belakang: Menurut WHO, PMBA dibagi atas empat hal penting yaitu, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Pemberian Air Susu Ibu (AS) Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan meneruskan ASI hingga usia 2 tahun. Di indonesia, praktik PMBA yang tidak tepat masih banyak terjadi hingga saat ini. Secara nasionel, hanya 45% praktik PMBA pad bayi usia 6 hingga 23 bulan yang sesuai dengan standar rekomendasi WHO. Sementara itu, berdasarkan penelitian Helen Keller Internasional di Kota Bandung pada tahun 2017-2019, kurang dari 50% bayi yang berusia 6 hingga 23 bulan mendapatkan asupan yang sesuai dengan rekomendasi WHO. Maka dari itu, peneliti bermaksud untuk menyusun kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana Pengetahuan dan sikap terhadap PMBA bagi ibu/pengasuh, kader maupun tenaga kesehatan agar pendampingan serta serta praktik PMBA juga dapat dilakukan dengan tepat. Ibu memiliki peranan sangat penting dalam proses pemenuhan gizi yang optimal bagi anaknya, sehingga pengetahuan ibu terkait PMBA perlu ditingkatkan. Kondisi gangguan pemenuhan gizi pada anak dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan, sikap, motivasi dan keterampilan ibu/pengasuh dalam mempersiapkan makanan dan minuman yang bergizi dan sesuai dengan kebutuhan anak. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pemberian makan yang benar yaitu pengetahuan ibu/pengasuh terkait dengan informasi tentang manfaat ASI, MPASI, dan lainnya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian metode Kualitatif yang bertujuan untuk menyusun kuesioner – kuesioner Pengetahuan dan sikap terhadap PMBA. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan FGD dan partisipannya sejumlah 5-10. Hasil Penelitian : Berdasarkan dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh konten kuesioner pengetahuan mengenai PMBA berupa 35 pertanyaan dan kuesioner Sikap mengenai PMBA berupa 15 pertanyaan. Pada saat FGD bersama para dietisien digunakan alat Validity Rubric yang mana hasil dari penyusunan kuesioner ini pada tingkat kepentingan dan kejelasan item pengukurannya itu ada di skala interval 2 dan 3 masudnya adalah dapar diterima dan sangat jelas. Kesimpulan : Pada penelitian hasil penelitian yang dibahas dari hasil FGD ada 3 tema yang dibahas dalam pembuatan konten kuesioner Pengetahuan dan Sikap Pemberian makan untuk bayi dan anak (PMBA) yaitu ada Inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, dan Makanan pendamping ASI (MP-ASI).