Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 30
Results Per Page
Sort Options
Item Studi Evaluasi Penyuluhan Kesehatan pada Program Pembinaan dan Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Bandung Terkait Dengan Perubahan Kesiapan Perilaku Berisiko Kesehatan Berdasarkan Transtheoretical Mode(2011) SUPRIYANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenFenomena perilaku merokok dan minum minuman beralkohol anak jalanan di Kota Bandung berdampak terhadap terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan, pencernaan dan risiko tinggi terhadap gangguan kejiwaan. Upaya peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran anak jalanan melalui penyuluhan kesehatan telah dilakukan tetapi perilaku berisiko kesehatan anak jalanan di Kota Bandung masih tinggi, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan terkait dengan kesiapan perubahan perilaku berisiko kesehatan anak jalanan berdasarkan transtheoretical model. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi penyuluhan kesehatan pada program pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan, menganalisis perbedaan kesiapan perubahan perilaku merokok dan minum minuman beralkohol sebelum dan tiga bulan sesudah penyuluhan kesehatan pada anak jalanan di Kota Bandung dengan menggunakan transtheoretical model. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran kualitatif dan kuantitatif yaitu concurrent embedded. Subyek dan obyek penelitian ini adalah pejabat Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk anak jalanan Kota Bandung. Pada tahap kualitatif yaitu mengevaluasi kegiatan penyuluhan kesehatan pada program pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung. Pada tahap kuantitatif menganalisis dampak dari penyuluhan kesehatan terhadap kesiapan perubahan perilaku merokok dan minum minuman beralkohol kelompok sasaran. Hasil dari 29 sampel yaitu anak jalanan yang merokok dan minum minuman beralkohol dan terpapar penyuluhan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan kesiapan perubahan perilaku merokok pada tahap action (p = 0,004) dan maintenance (p = 0,013), sedangkan untuk tahap precontemplation, contemplation dan determination tidak terdapat perubahan (p > 0,05). Perilaku minum minuman beralkohol, terdapat perbedaan kesiapan perubahan perilaku pada tahap action (p = 0,001) dan Maintenance (p = 0,002), sedangkan untuk tahap precontemplation, contemplation dan determination tidak terdapat perubahan (p >0,05). Simpulan bahwa penyuluhan kesehatan pada program pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan tidak meningkatkan kesiapan perubahan perilaku merokok dan minum minuman beralkohol pada tahap precontempelation, contempelation dan determination, tetapi merubah tahap action dan maintenance. Seiring dengan pembangunan kesehatan kepedulian terhadap anak jalanan penting untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan perilaku berisiko kesehatan dengan pendekatan sesuai dengan latar belakang keluarga dan pendidikan. Kata kunci: anak jalanan, penyuluhan kesehatan, transtheoretical modelItem Pengaruh Predisposing Factor, Enable Factor, Reinforcing Factor, terhadap Praktik Keselamatan Kerja pada Tenaga Kesehatan Dalam Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas Wilayah Kota Cilegon Tahun 2011(2012-10-25) FAUZUL HAYAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Upaya keselamatan kerja dalam pengelolaan limbah medis padat merupakan tindakan pengendalian risiko cidera dan infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dan masyarakat dari bahaya kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh predisposing factor, enabling factor, reinforcing factor terhadap praktik keselamatan kerja pada tenaga kesehatan dalam pengelolaan limbah medis padat. Rancangan penelitian ini adalahmixed method (explanatory design) dilaksanakan secara sequensial. Analisis penelitian menggunakan analisis kuantitatif, dilanjutkan dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan faktor predisposing diantaranya pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p enabling seperti ketersediaan dana dan sarana berpengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p reinforcing mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p Disimpulkan bahwa pelatihan, sikap, ketersediaan sarana dan kebijakan yang kurang baik bersama-sama berpengaruh terhadap praktik keselamatan kerja. Diperlukan pelatihan berkelanjutan oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon, sikap dan komitmen pelaksanaan kebijakan yang baik, didukung perbaikan sarana keselamatan kerja sebagai motivasi kerja dan faktor kerja pada tenaga kesehatan dalam pengelolaan limbah medis padat di puskesmas. Kata kunci: enabling, keselamatan kerja, limbah medis padat, predisposing, reinforcing ABSTRACT Safety efforts in the management of solid medical waste is done to control risk of injury and infection performed by all health workers to prevent the onset of health problems, protect workers and the public health hazards. This study aims to determine the influence of predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors of safety practices in health care in the management of solid medical waste. This research used a mixed method (explanatory design) with sequential study. Data were analyzedquantitative analysis, followed by qualitative analysis. The result using show that predisposing factors such as education, training, knowledge and attitudes have an influence on safety practices (p According to the result, it was proven that a lack of training, attitude, facility and policy together has an impact on safety practices for management of solid medical waste in health care facility. It is important to have required continuing education and training, good attitude, commitment tothe implementation ofgood policies,especiallyadequate facilities in addition to motivate health workers in workplace safety practices in the management of solid medical waste. Key words: enabling, predisposing, reinforcing, safety practices, solid medical waste.Item PENGARUH GEJALA MENOPAUSE TERHADAP KUALITAS HIDUP WANITA MENOPAUSE DI KOTA CIREBON TAHUN 2013(2014-01-21) LILIEK PRATIWI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta. Paradigma gejala menopause mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang. Temuan terbaru mengenai gejala menopause, seperti depresi dianggap bukan suatu gejala menopause yang umum terjadi. Gejala vasomotor seperti hot flashes bukan suatu gejala menopause yang dapat berlaku di berbagai negara.Oleh karena itu, perbedaan pengalaman gejala menopause dari berbagai negara menunjukkan pentingnya penelitian lebih lanjut dengan pemahaman tentang gejala menopause di Indonesia, khususnya Kota Cirebon. Tujuan penelitian ini untuk pengaruhgejala menopause terhadapkualitashidupwanita menopause di Kota Cirebon Tahun 2013. Jenis penelitian ini menggunakan correlationalsurveymethod. Jumlah sampel untuk penelitian kuantitatif yaitu 110 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis yang digunakan yaitu korelasi rank Spearman. Hasil penelitian kuantitatif yaitu gejala menopause berat mencapai 54,55 % di Kota Cirebon. Gejala menopause berat yang paling banyak dipilih yaitu kekeringan vagina, perubahan dalam gairah seksual, aktivitas seksual dan kepuasan, kelelahan fisik dan mental (menurunnya kinerja secara umum, berkurangnya daya ingat, menurunnya konsentrasi, mudah lupa/pikun), rasa pegal-pegal, nyeri tulang, sakit pada persendian, dan keluhan reumatik.Kontribusi dalam persentase kualitas hidup tersebut didominasi oleh domain psikologis, yaitu sebesar 79,13%, sedangkan kualitas hidup pada domain fisik hanya sebesar 66,73 %. Jadi, domain psikologis memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian kualitas hidup. Hasil analisis korelasi rank spearman, menunjukkan ada pengaruh yang rendah antara gejala menopause dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Cirebon. (p= 0,007) (rs= 0,256). Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi peneliti selanjutnya dengan melakukan penelitian lebih lanjut pada kualitas hidup wanita menopause di kota lain dan bagi masyarakat hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai hal-hal menopause karena gejala menopause bervariasi pada setiap daerah. Kata Kunci : Gejala Menopause, Kualitas Hidup dan Wanita MenopauseItem Faktor-faktor Yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Pasien Poli DOTS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2015-01-28) BUDIASIH SUWARNO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Ketidakpatuhan minum obat merupakan masalah yang sering muncul pada pasien Tuberkulosis (TB) mengingat pengobatan yang dijalani lama dan jumlah obat yang dikonsumsi cukup banyak. Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan salah satu UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) yang melaksanakan upaya penanggulangan TB dengan strategi DOTS. Pada pelaksanaannya program DOTS di RS Dr. Hasan Sadikin masih mengalami beberapa kendala seperti belum adanya ruang edukasi dan konseling khusus untuk pasien, sumber daya manusia (petugas/tim DOTS) yang minim dan pencapaian target program yang belum maksimal yaitu masih tingginya angka default. Penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan terhadap 82 orang responden pasien Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2013. Diteliti pengaruh pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan pengawas menelan obat (PMO), pelayanan petugas terhadap ketidakpatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan analisis uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat pengaruh bermakna antara faktor pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan pengawas minum obat (PMO) dan pelayanan petugas terhadap ketidakpatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien Poli DOTS RS. Hasan Sadikin Bandung. Pengaruh pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan PMO dan pelayanan petugas secara bersama-sama adalah sebesar 22,1% terhadap ketidakpatuhan pasien minum OAT. Ketidakpatuhan berobat pasien TB dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Pemahaman pasien tentang penyakit sangat penting dalam pengelolaan penyakit kronis. Peningkatan pemahaman pasien dapat memengaruhi sikap dimana sikap tergantung dari keyakinan pasien dan pada akhirnya menambah kepatuhan pasien berobat. Kata kunci : ketidakpatuhan, pengetahuan, TB (Tuberkulosis) ABSTRACT Taking non-adherence medication is a problem that often arises in patients with tuberculosis (TB) is undertaken considering long treatment and a lot of drugs consumed. Hospital Dr. Hasan Sadikin Bandung is one of the UPK (Health Services Unit) which implement TB control efforts with the DOTS strategy. The implementation of the DOTS program in the hospital Dr. Hasan Sadikin still having some problems such as the lack of space for education and counseling for patients, human resources (team DOTS) is minimal and the achievement of the program that have not been maximal that high rate of default. The research is observational analytic cross sectional study. The study was conducted on 82 respondents Poli DOTS hospital Dr. Hasan Sadikin patient in December 2013. Researched the influence of knowledge, attitudes, beliefs, the existence of a treatment supporter (PMO), the service officer for non-adherence taking Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) in patients Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin with analysis of chi-square test and multivariate analysis using logistic regression. Research shows there is a significant influence between the factors of knowledge, attitudes, beliefs, the existence of regulatory taking medication (PMO) and service personnel to the non-adherence taking anti-tuberculosis drugs in patients Poli DOTS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. The influence of knowledge , attitudes , beliefs , the existence of regulatory taking medication (PMO) and service personnel together is 22.1 % to the non-adherence of patients taking OAT . Noncompliance treatment of TB patients is influenced by several factors that are related to each other . Patient`s understanding of the disease is very important in the management of chronic disease . Improved understanding of the patient may affect the manner in which the attitude depends on the belief of patients and ultimately add to the compliance of patients treated. Keywords: knowledge, non-adherence, TB (Tuberculosis)Item Faktor-faktor yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di Klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung(2015-01-28) EGA ROGAYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKepatuhan yang baik terhadap terapi antiretroviral (ARV) sangat dibutuhkan untuk mencapai respon virologis terbaik, menurunkan resiko resistensi obat, serta mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ketidakpatuhan minum ARV dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS yang sudah mendapat konseling sebelumnya di klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian menggunakan metode campuran dengan strategi eksploratoris sekuensial. Pada tahap kualitatif dilakukan wawancara kepada 8 reponden untuk mengeksplorasi alasan-alasan mengapa masih terjadi ketidakpatuhan minum ARV. Pada tahap kuantitatif dilakukan penyebaran kuesioner kepada 110 responden dan hasilnya dianalisis dengan uji Multiple Logistic Regression. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa ketidakpatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS di klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung dipengaruhi oleh 11 faktor yaitu penghasilan, jarak, biaya terapi, dukungan sosial, obat ARV, efek samping obat, sistem layanan kesehatan, tenaga kesehatan, pengetahuan, sikap dan stigma. Hasil uji Multiple Logistic Regression menunjukkan bahwa faktor yang paling memengaruhi ketidakpatuhan minum ARV adalah faktor dukungan sosial (OR=6,76) Pemberian konseling kepatuhan ulang, edukasi pada keluarga dan pendamping, dukungan sosial sangat diperlukan untuk membentuk sikap positif pasien HIV/AIDS terhadap pengobatan antiretroviral. Kata kunci : antiretroviral, HIV/AIDS, ketidakpatuhanItem Formulasi Bubuk Udang Rebon pada Menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita 4-5 Tahun di Posyandu Anggrek Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon(2015-04-25) PRIYO SULISTIYONO; Insi Farisa Desy Arya; Dewi Marhaeni Diah HerawatiPrevalensi balita gizi kurang di Kota Cirebon mencapai 13,9% sedang balita pendek mencapai 15,7%, salah satu penyebabnya adalah karena minimnya makanan sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh anak balita. Udang Rebon sebagai pangan lokal daerah pesisir memiliki potensi kandungan nutrisi yang baik terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui formulasi PMT-BUR yang memiliki sifat organoleptik dan daya terima balita terbaik. Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan Bubuk Udang Rebon (BUR), uji organoleptik, uji laboratorium dan uji daya terima PMT-BUR pada balita. BUR dibuat menggunakan udang rebon varietas lokal Cirebon. Uji organoleptik dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (BUR 5, 10, 15%) termasuk kontrol (0%) dan dua kali ulangan. Responden uji organoleptik sebanyak 30 panelis yaitu Mahasiswa Program Studi Diploma Gizi Cirebon. Uji penerima dilakukan dengan satu kali uji coba BUR terpilih pada satu kelompok balita usia 4-5 tahun di Posyandu Anggrek Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 50 balita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kandungan protein (p=0,000), kalsium (p=0,013), tingkat kesukaan warna (p=0,029), rasa (p=0,000), aroma (p=0,000), tektur (p=0,000) dan tingkat kesukaan keseluruhan (overall) (p=0,000) pada berbagai persentase penambahan bubuk udang rebon sebagai PMT balita. PMT-BUR bubur lemu dapat diterima oleh 80% balita dan bolu kukus mencapai 88%. Kandungan kadar air, kadar abu dan protein BUR memenuhi SNI pembanding. Formulasi PMT-BUR dengan tingkat kesukaan tertinggi adalah PMT-BUR 5% dengan kadungan protein mencapai 83,8% standar minimal protein PMT sebesar 8 g% dan tingkat penerimaan balita mencapai 88%. Bubuk udang rebon (BUR) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen atau bahan tambahan PMT balita di posyandu untuk meningkatkan mutu gizi. BUR dapat menjadi solusi dalam penanganan kasus balita kurang gizi di Kota CirebonItem ANALISIS PELAYANAN GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT INAP DI RS Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2015-07-29) AHMAD YANI; Gaga Irawan Nugraha; Dewi Marhaeni Diah HerawatiABSTRAK Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat. Penurunan status gizi pasien gagal ginjal kronik di rumah sakit akibat asupan gizi yang tidak adekuat memerlukan perhatian khusus dari tim pelayanan gizi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan gizi pasien gagal ginjal kronik yang rawat inap di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan menggunakan elemen dalam Health Technology Assessment. Desain penelitian ini adalah mixed method dengan strategi concurrent embedded. Pengambilan sampel kualitatif dilakukan secara purposive sampling. Subjek penelitian adalah pihakmanajemen, pelaksana pelayanan gizi serta pasien gagal ginjal kronik. Sampel kuantitatif menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi, diperoleh jumlah sampel 25 pasien. Pengukuran jumlah sisa makanan pasien menggunakan food weighing. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2014. Aspek teknologi pelayanan gizi khususnya asuhan gizi pasien GGK dengan PAGT belum semuanya dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi pasien GGK belum berjalan dengan baik serta belum terprogram dan terjadwal. Kolaborasi Tim Asuhan Gizi belum optimal. Mekanisme penyelenggaraan makanan pasien GGK sudah cukup baik namun porsi makanan belum sesuai standar. Pihak manajemen rumah sakit sudah memberikan dukungan terhadap pelayanan gizi pasien dengan diterbitkanya surat keputusan bersama tentang Tim Asuhan Gizi. Aspek pandangan pasien terhadap mutu pelayanan makanan menunjukkan makanan kurang bervariasi dan cita rasa belum sesuai harapan pasien. Jumlah kerugian biaya dari sisa makanan dalam setahun sebesar Rp18.099.00,00. Aspek teknologi dan aspek organisasi yang kurang baik menurunkan mutu pelayanan makan sehingga menambah jumlah sisa makanan dan kerugian biaya. Pandangan pasien yang kurang baik terhadap mutu pelayanan makanan dapat meningkatkan jumlah sisa makanan dan kerugian biaya. Kata Kunci: gagal ginjal kronik, healthtechnology assessment, pelayanan giziItem Sistem Proteksi dan Penanggulangan Kebakaran di RSJPD Harapan Kita(2015-10-20) RIZZA ALWHINANTO; Henni Djuhaeni; Sharon GondodiputroUnsur penting pada keselamatan pasien adalah menghindari kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Kejadian kebakaran merupakan salah satu KTD di rumah sakit yang berpotensi menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi yang sangat mahal. Hasil penelitian terhadap beberapa kejadian kebakaran rumah sakit menunjukkan faktor fisik dan attitude merupakan penyebab utama kejadian kebakaran. KTD kebakaran berulang di RSJPD Harapan Kita apakah disebabkan karena faktor tersebut belum diketahui sehingga menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi kejadian kebakaran melalui pendekatan sistem yaitu input dan proses yang ditinjau dari sarana fisik Suatu penelitian kualitatif dilakukan di RSJPD Harapan kita dengan pendekatan Studi Kasus melalui paradigma Pragmatism. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap 8 informan, studi dokumen dan observasi lapangan. Data dianalisis dengan melakukan koding, kategorisasi, tema dan dilakukan triangulasi sumber serta peer examinations. Prioritas pemecahan masalah melalui Analytical Hierarchy Process/AHP dengan menggunakan software penelitian kualitatif Expert Choice Version 11. Mengacu kepada teori logic model framework hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat kesenjangan faktor input yang terdiri dari masterplan, gambar prarencana dan gambar detail, standar dan pedoman, sarana kelengkapan tapak dan sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan pasif dalam pemenuhan standar sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran yang baru mencapai 79,2%. Dari aspek proses meliputi Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG), pemantauan, pengujian dan pemeliharaan sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran mencapai pemenuhan standar 85% sehingga peningkatan faktor attitude diharapkan dapat membantu mencapai output sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran dengan lebih baik. Pemecahan masalah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process/AHP menetapkan sistem kelistrikan rumah sakit sebagai prioritas utama pada intervensi sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran karena telah memenuhi kaidah inconsistency yang dipersyaratkan di bawah 0,1 (i<0,1) yaitu 0,065. Sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran di RSJPD Harapan Kita pada aspek input belum memenuhi standar. Untuk meningkatkan awareness/kepedulian dalam mencegah human error pada sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran yang merupakan masalah attitude dari SDM harus terjadi perubahan paradigma dengan lebih memperhatikan aspek preventif dibandingkan aspek kuratif. Perbaikan faktor kelistrikan merupakan prioritas intervensi yang perlu segera dilaksanakan dan dikembangkan sesuai standar sehingga diharapkan output yang dihasilkan memiliki daya ungkit terhadap peningkatan kualitas sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran di RSJPD Harapan KitaItem makna kekerasan pada remaja putri pelaku transaksi seksual di klinik mawar kota bandung(2016-04-18) PRITA PUTRI PRIMA PERTIWI; Ardini Saptaningsih Raksanagara; Kuswandewi MutyaraPerilaku seksual berisiko pada remaja telah mengalami pergeseran menjadi bentuk transaksi seksual. Transaksi seksual pada remaja memperlihatkan bahwa remaja putri menerima perlakuan seksual dari laki-laki sehingga memiliki risiko yang besar terhadap kekerasan seksual. Faktor-faktor kekerasan yang diterima dari keluarga dan lingkungannya berhubungan dengan penerimaan kekerasan pada saat transaksi seksual. Lembaga Swadaya Masyarakat PKBI menyebutkan remaja putri yang datang dengan kasus kekerasan seksual hanya datang apabila kekerasan menimbulkan keluhan fisik. Remaja tidak memahami kejadian yang dialami sebagai bentuk kekerasan. Perspektif feminis kekerasan seksual perkosaan digunakan untuk melihat fenomena ini. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan makna kekerasan bagi remaja yang melakukan transaksi seksual ideologi patriarki remaja, pelaku dan masyarakat serta mengetahui riwayat kekerasan dan perilaku menyimpang sebelum memasuki eks lokalisasi Saritem Kota Bandung Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Subjek penelitian adalah remaja putri yang melakukan transaksi seksual, mucikari, masyarakat yang tinggal di eks lokalisasi saritem, tamu pelanggan dari remaja putri. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan makna kekerasan bagi remaja putri pada transaksi seksual adalah pemaksaan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam transaksi seksual baik dalam proses awal masuk dan proses transaksi seksual dengan jenis kekerasan fisik, ekonomi, verbal dan seksual menyebabkan dampak kerugian secara ekonomi. Ideologi gender remaja berlawanan dengan ideologi patriarki dari pelaku dan masyarakat setempat sehingga remaja memiliki risiko tinggi untuk terus menerus mengalami kekerasan. Remaja putri memiliki riwayat lingkungan dengan perilaku menyimpang dan riwayat kekerasan sebelumnya. Kekerasan dapat dicegah apabila masyarakat di eks lokalisasi saritem menolak laki-laki yang menggunakan minuman beralkohol, LSM Klinik mawar PKBI memperkenalkan kekerasan terhadap perempuan sebagai bagian dari penyuluhan dan konseling kesehatan, keluarga dapat mendidik dan mengasuh anak bebas dari tindak kekerasan dan perilaku menyimpang, lingkungan sekolah bebas kekerasanItem HUBUNGAN DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TENAGA PELAKSANA ELIMINASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT FILARIASIS LIMFATIK PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR(2016-10-04) DINI RIYANTINI SARI T; Nanan Sekarwana; Nanan SekarwanaFilariasis limfatik menjadi masalah kesehatan masyarakat khususnya pada daerah endemis filariasis di Indonesia. Angka Mikrofilaria rate (Mf rate) di Kelurahan Nibung Putih sebesar 2,08%, sedangkan target nasional Mf rate<1%. Tingginya prevalensi penyakit filariasis limfatik salah satunya disebabkan oleh kurangnya kepatuhan minum obat filariasis limfatik, kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE). Apabila penderita tidak patuh atau tidak minum obat Filariasis sama sekali akan mengakibat kecacatan pada organ tubuh, seperti pada kaki, tangan, payudara, dan skrotum. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan dimensi kualitas pelayanan TPE dengan kepatuhan minum obat filariaisis limfatik pada masyarakat di Kelurahan Nibung Putih Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Metode penelitian yang digunakan adalah pemodelan Rasch merupakan teknik analisis data dengan mengubah data mentah menjadi data pengukuran dalam bentuk logit, desain penelitian observasional analitik kuantitatif dengan metode survei, pendekatan waktu cross sectional studies. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Nibung Putih, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang menjadi sasaran pengobatan filariasis selama 4 tahun dari tahun 2012 sampai 2015. Sampel berjumlah 103 orang diambil secara sistematic random. Data dianalisis menggunakan Pearson Correlation Test dan Multiple Linear Regression. Hasil analisis Pearson Correlation Test dan Multiple Linear Regression menunjukkan bahwa variabel dimensi kualitas pelayanan TPE (Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy) berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik, dimensi Tangible tidak berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat filariasis limfatik adalah dimensi Responsiveness. Pembahasan hasil penelitian ini bahwa kualitas pelayanan TPE yang baik berhubungan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik. Diperlukan evaluasi dan kegiatan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat filariasis limfatik.Item PERBEDAAN PENGARUH METODE PERMAINAN EDUKATIF KARTU KASUGI DAN METODE CERAMAH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SERTA MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SEKOLAH DASAR(2016-10-04) KRISTYAWAN SUTRIYANTO; Merry Wijaya; Ardini Saptaningsih RaksanagaraPromosi Kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan maupun motivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Peningkatan pengetahuan dan motivasi PHBS pada siswa dapat dilakukan dengan bantuan metode promosi kesehatan yang menarik, mudah, dan sederhana. Permainan edukatif Kartu Kasugi merupakan metode yang memenuhi kriteria tersebut dan cocok digunakan sebagai metode promosi kesehatan untuk anak usia sekolah. Tujuan penelitian adalah menganalisis perbedaan antara pengaruh metode permainan edukatif Kartu Kasugi dan metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan serta motivasi perilaku hidup bersih dan sehat siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan Quasi Experimental - Non-Equivalent Control Group Design. Data kuantitatif diperoleh dari penilaian kelayakan media Kartu Kasugi oleh ahli dan skor pretest-posttest pengetahuan serta motivasi PHBS pada kelompok perlakuan permainan Kartu Kasugi maupun ceramah. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna setelah siswa mendapat 1 kali permainan Kartu Kasugi (p=0,102). Terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna setelah siswa mendapat 2 dan 3 kali permainan Kartu Kasugi (p<0,001). Tidak terdapat peningkatan motivasi yang bermakna setelah siswa mendapat 1 kali permainan Kartu Kasugi (p=1,00). Terdapat peningkatan motivasi yang bermakna setelah siswa mendapat 2 dan 3 kali permainan Kartu Kasugi (p<0,001). Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna antara siswa yang mendapat 3 kali permainan Kartu Kasugi dengan 3 kali ceramah (p=0,484), dan tidak terdapat perbedaan peningkatan motivasi yang bermakna antara siswa yang mendapat 3 kali permainan Kartu Kasugi dengan 3 kali ceramah (p=0,205). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian promosi kesehatan melalui metode permainan edukatif Kartu Kasugi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan motivasi PHBS pada siswa sekolah dasar. Pemberian promosi kesehatan melalui 3 kali permainan edukatif Kartu Kasugi dengan 3 kali ceramah memberikan peningkatan pengetahuan dan motivasi PHBS yang tidak berbeda secara bermakna. Pemberian permainan edukatif Kartu Kasugi dapat menjadi media promosi kesehatan alternatif untuk mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan.Item EFEKTIVITAS FILM PENDEK(2016-10-05) R. YUDI RACHMAN SALEH; Insi Farisa Desy Arya; Irvan AfriandiMasalah perilaku remaja yang membahayakan kesehatan yaitu merokok karena menimbulkan berbagai penyakit dan meningkatkan risiko kematian. Hal ini disebabkan efek adiktif dari rokok, karakteristik remaja, pengaruh lingkungan, kemudahan memperoleh rokok serta pengaruh industri rokok melalui media dan kegiatan promosi rokok yang menarik. Upaya pencegahannya yaitu melalui promosi kesehatan dengan media yang mudah diakses, menarik dan sesuai karakteristik remaja yaitu film. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi perancangan dan pembuatan media film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya, menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya selanjutnya menganalisis efektifitas film pendek tersebut dibandingkan dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Rancangan penelitian menggunakan Mixed Method dengan Sequential Exploratory Design. Diawali desain kualitatif melalui pendekatan kontruktivisme dengan metode kajian literatur untuk mengeksplorasi perancangan dan pembuatan film pendek yang efektif dengan objek artikel jurnal dan buku teks untuk kemudian digunakan sebagai dasar menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya, dilanjutkan dengan metode kuantitatif menggunakan True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design untuk menganalisis efektivitas film pendek tentang rokok dan bahayanya dibandingkan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan untuk merancang dan membuat film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya harus mencakup 9 komponen yang terdiri dari tujuan pembuatan film, tema film, konten atau isi pesan dalam film, alur cerita, konflik, bahasa film, durasi penayangan, tata artistik dan penokohan. Selanjutnya 9 komponen tersebut dijadikan dasar untuk menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya. Hasil analisis statistik menunjukan terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi antara pemberian film pendek dengan ceramah tentang rokok dan bahayanya, tetapi film pendek lebih efektif dibandingkan dengan ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan motivasi sedangkan untuk meningkatkan sikap, metode ceramah lebih efektif dibandingkan dengan film pendek.Item PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN BERBASIS PANGAN LOKAL PADA INTERVENSI ASUHAN GIZI TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK(2016-10-06) DEDEH; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Lulu Eva RakhmillaAsupan makan yang kurang dapat menimbulkan masalah gizi. Penyediaan makanan yang tidak bervariasi akan menimbulkan kebosanan dan menyebabkan sisa makanan. Makanan selingan merupakan bagian dari pemberian makanan selama dirawat. Penelitian ini bertujuan melakukan uji organoleptik dan melakukan standarisasi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal serta menganalisis pengaruh pemberian makanan selingan tersebut terhadap asupan makan dan status gizi pasien gagal ginjal kronik . Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre eksperimental dengan subjek dipilih sesuai dengan kedatangannya ke rumah sakit sebanyak 32 pasien yaitu 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi yang diperoleh dari 5 ruang rawat pada Februari sampai Mei 2016. Makanan selingan berbasis pangan lokal yang akan diberikan kepada subjek penelitian dinilai terlebih dahulu melalui uji organoleptik oleh panelis ahli gizi dan pasien gagal ginjal. Data berupa hasil uji organoleptik dianalisis dengan rasch model, menghitung standar nilai gizi makanan selingan dengan software nutrisurvey sedangkan pengaruh makanan selingan terhadap status gizi dengan chi square test dan terhadap asupan menggunakan independent t-test. Diperoleh 8 macam makanan selingan berbasis pangan lokal hasil uji organoleptik yang memenuhi aspek penilaian, dapat diterima oleh panelis dan kandungan nilai gizi sesuai dengan standar yang seharusnya. Terdapat pengaruh pemberian makanan selingan berbasis pangan lokal terhadap asupan makan pasien p0,005).Asupan makan pada pasien kelompok intervensi lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, sodium, kalium dan kalsium pada kelompok intervensi mencapai lebih dari 80%. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat dihabiskan dan menyumbangkan jumlah asupan makan pasien. Selain itu komposisi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal lebih tinggi dari makanan selingan rumah sakit. Status gizi memiliki kecenderungan lebih baik pada kelompok intervensi walaupun secara statistik tidak bermakna karena penambahan berat badan sebanyak 0.5kg dalam satu minggu membutuhkan penambahan asupan sebanyak 500 kkal per hari dan pada kondisi sakit dibutuhkan waktu lebih lama untuk terjadi peningkatan berat badan. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat menjadi alternatif pilihan dan menambah variasi penyediaan makanan selingan untuk pasien gagal ginjal dalam meningkatkan asupan makan.Item PENGARUH PERSEPSI TENTANG IMPLEMENTASI JKN TERHADAP KESEDIAAN DOKTER PRAKTIK BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DI KABUPATEN BANYUMAS(2016-10-06) SITO HATMOKO; Henni Djuhaeni; Irvan AfriandiDokter umum praktik perorangan merupakan pintu masuk pertama pelayanan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan berkepentingan untuk meningkatkan kerja sama dengan dokter umum praktik perorangan. Fasilitas kesehatan, termasuk dokter praktik perorangan yang dapat melayani peserta BPJS adalah fasilitas kesehatan yang sudah bekerja sama dengan BPJS. Pada awal tahun 2015 hanya sebagian kecil (9,9 %) dokter umum yang telah bekerja sama dengan BPJS di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan dokter praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS. Faktor-faktor tersebut meliputi persepsi tentang keuntungan, kesesuaian, dan kemudahan implementasi JKN yang merujuk pada teori difusi inovasi yang digagas oleh Rogers. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol yang dilakukan selama periode bulan Januari sampai Maret 2016. Sampel kasus berjumlah 32 dokter yang sudah bekerja sama dengan BPJS dan sampel kontrol berjumlah 96 dokter yang belum bekerja sama dengan BPJS. Analisis data menggunakan uji spearman rho pada bivariabel dan uji regresi logistik ganda pada mutivariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga persepsi (tentang keuntungan, tentang kesesuaian, dan tentang kemudahan implementasi JKN) berhubungan dengan kesediaan dokter praktik bekerja sama dengan BPJS. (Nilai p ketiga variabel di bawah 0,05 dan nilai r di bawah 0,3). Hal ini dapat diartikan semakin baik persepsi dokter tentang kemudahan, kesesuaian, dan kemudahan implementasi JKN akan semakin besar peluang seorang dokter untuk bekerja sama dengan BPJS, tetapi dengan kekuatan hubungan yang lemah. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa persepsi tentang kemudahan implementasi JKN merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kesediaan dokter umum praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS. (OR = 1,575). Diharapkan hasil penelitian ini mempunyai daya ungkit terhadap peningkatan partisipasi dokter praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di Kabupaten Banyumas. Faktor yang menjadi perhatian utama dalam upaya tersebut adalah faktor kemudahan, yaitu dengan cara mempermudah administrasi dan prosedur kontrak kerja sama antara dokter dan BPJS. Upaya lain yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti Dinas Kesehatan, organisasi profesi dokter, dan BPJS adalah melakukan sosialisasi lebih intensif tentang persyaratan administrasi dan prosedur kontrak dokter praktik bekerja sama dengan BPJS.Item PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI KIE AKU BANGGA AKU TAHU (ABAT) SINGLE SESSION DENGAN MULTIPLE SESSION TERHADAP PENGETAHUAN, PERSEPSI, STIGMA DAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA PESERTA DIDIK SMA(2016-10-19) ACHMAD CHAIRUL HAMDI; Shelly; Merry WijayaHIV/AIDS masih menjadi masalah di Indonesia. Penularan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok usia 15-24 tahun. Sebagai upaya pengendalian HIV/AIDS, pemerintah meluncurkan Komunikasi Informasi dan Edukasi Aku Bangga Aku Tahu (KIE ABAT) yang dapat dilakukan dalam satu sesi atau beberapa sesi. Sampai saat ini KIE ABAT belum pernah dilakukan evaluasi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menganalisis perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT single session dengan multiple session terhadap pengetahuan, persepsi, stigma dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi Experiment dengan Pre-test Post-test Control Group Design. Subjek penelitian ini berjumlah 221 orang dibagi menjadi kelompok single, multiple dan kontrol. Kelompok single dan multiple diberikan intervensi KIE ABAT dengan metode pemutaran film, ceramah, curah pendapat, role play dan tanya jawab. Kelompok single diintervensi sebanyak satu sesi selama 120 menit, kelompok multiple diintervensi sebanyak tiga sesi masing-masing 120 menit, sedangkan kelompok kontrol tidak diintervensi. Data penelitian ini diperoleh menggunakan kuesioner melalui pretest dan dua kali posttest. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan antara kelompok single dan multiple pada posttest 1 (p = 0,162) dan posttest 2 (p = 0,479). Terdapat perbedaan peningkatan persepsi antara kelompok single dan multiple pada posttest 1 (p = 0,008) dan posttest 2 (p = 0,001). Tidak terdapat perbedaan penurunan stigma antara kelompok single dan multiple pada posttest 1 (p = 0,835) dan posttest 2 (p = 0,070). Terdapat perbedaan peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS antara kelompok single dan multiple pada saat posttest (p < 0,001). Pembahasan hasil penelitian ini menjelaskan bahwa KIE ABAT single maupun multiple session efektif meningkatan pengetahuan. Hanya KIE ABAT multiple session yang terbukti efektif meningkatkan persepsi dan perilaku pencegahan HIV/AIDS. KIE ABAT single session maupun multiple session belum mampu mendorong terjadinya penurunan stigma kepada ODHA. Untuk itu perlunya peningkatan peran akademisi dalam mengkritisi kebijakan/program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, peningkatan advokasi kepada lintas program dan lintas sektor terkait, penerapan fungsi manajemen yang mantap, penyempurnaan KIE, peningkatan KIE bagi orang tua, guru, tokoh agama dan masyarakat umum, selektif terhadap informasi, serta meningkatkan keterlibatan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha menciptakan norma sosial dan budaya yang baik.Item Pengembangan Model Sistem Kesehatan Daerah di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan di Kabupaten Nunukan(2017-03-26) ASMADI; Nanan Sekarwana; Deni Kurniadi SunjayaKabupaten Nunukan memiliki karakteristik yang unik sebagai Daerah Terpencil, Daerah Perbatasan maupun Daerah Kepulauan. Komponen-komponen Sistem Kesehatan yang ada masih merujuk pada SKN, yang tidak sepenuhnya cocok diterapkan di Kabupaten Nunukan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan model SKD DTPK di Kabupaten Nunukan, Building Block Sistem Kesehatan WHO menjadi landasan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi fungsi-fungsi dan komponen Building Block Sistem Kesehatan WHO 2) Mengidentifikasi faktor pendorong dan faktor penghambat perubahan SKD 3) Mengembangkan model Sistem Kesehatan Daerah (SKD) di DTPK Kabupaten Nunukan. Penelitian menggunakan Mixed Method dengan pendekatan action research. Pemilihan subjek kualitatif dengan purposif. Subyek Kuantitatif berjumlah 37 orang di Puskesmas Kabupaten Nunukan. Penelitian dilaksanakan pada September sampai Desember 2016 di Kabupaten Nunukan. Hasil penelitian menyatakan problematika Sistem Kesehatan Kabupaten Nunukan di Daerah Terpencil adalah daerah dengan risiko tinggi bagi tenaga kesehatan dan harga relatif mahal. Daerah Perbatasan terdapat aktifitas TKI yang tinggi memengaruhi pola epidemiologi dan pembiayaan. Daerah Kepulauan tidak memiliki transportasi rujukan Ambulans laut. Biaya rujukan menggunakan transportasi udara di Krayan tidak ditanggung BPJS sehingga menyebabkan economic high cost. Komitmen dan visi pengambil kebijakan menjadi faktor pendorong perubahan sedangkan budaya kerja, sikap pesimis dan ketidakpercayaan terhadap pemimpin dari pelaksana kebijakan menjadi faktor penghambat. Model Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten Nunukan dikembangkan berdasarkan karaktersitik Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan. Penelitian ini menghasilkan model SKD Kabupaten Nunukan yang merupakan modifikasi Building Block Sistem Kesehatan WHO untuk DTPK. Model sistem kesehatan daerah kabupaten Nunukan merupakan sistem kesehatan yang berkerja mengikuti pola karakteristik daerah yaitu Daerah Terpencil, Daerah Perbatasan dan Daerah Kepulauan. Sistem tersebut terdiri dari subsistem upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan perorangan, penanganan gawat darurat, pelayanan bencana yang didukung oleh subsistem sumberdaya, obat-obatan, tata kelola dan regulasi. Semua subsistem tersebut didukung oleh subsistem informasi kesehatan dan pembiayaan berdasarkan etik, akses, mutu, keamanan dan keadilan untuk meningkatkan derajat kesehatan.Item EFEKTIVITAS KEGIATAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN SUSU TERHADAP PENCEGAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA IBU HAMIL RISIKO KURANG ENERGI KRONIS DI KABUPATEN PASURUAN(2017-04-04) VICTOR HENDRATMOKO; Deni Kurniadi Sunjaya; Yenni ZuhairiniABSTRAK Kejadian BBLR di Kabupaten Pasuruan meningkat sejak tahun 2011-2015 (1,9%, 2,5%, 2,6%, 2,9% dan 3,1%). Pemerintah daerah memberikan intervensi gizi pada ibu hamil risiko KEK dalam bentuk PMT-P susu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengeksplorasi efektivitas PMT-P susu dalam meningkatkan status gizi ibu hamil dan dampaknya terhadap kejadian BBLR serta eksplorasi faktor determinan BBLR. Desain penelitian adalah embedded concurrent mixed method. Penelitian kuantitatif digunakan dalam analisis pertambahan berat badan ibu hamil penerima PMT-P susu secara deskriptif. Analisis perbedaan kejadian BBLR serta analisis hubungan faktor usia, paritas, jarak kehamilan, anemia terhadap kejadian BBLR menggunakan uji statistik Chi-Square dan alternatifnya. Penelitian kualitatif digunakan dalam eksplorasi kegiatan PMT-P susu menggunakan pendekatan naratif. Eksplorasi faktor determinan BBLR menggunakan paradigma interpretivism dengan predetermined categories serta pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil penerima PMT-P susu yang mengalami kenaikan berat badan sesuai anjuran hanya sejumlah 5 orang (13,16%). Tidak terdapat perbedaan kejadian BBLR pada ibu hamil yang menerima maupun tidak menerima PMT-P susu (p=0,642). Faktor usia, paritas, jarak kehamilan, anemia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p=0,073; p=1,000; p=0,760; p=0,928). Kegiatan PMT-P susu tahun 2014 direncanakan tidak presisi dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kaidah intervensi gizi pemulihan. Faktor determinan BBLR meliputi: 1) faktor genetik dan dasar; 2) faktor demografi, sosio ekonomi dan psikososial; 3) faktor kehamilan; 4) faktor gizi; 5) faktor kesakitan selama hamil; 6) faktor paparan berbahaya; dan 7) faktor pelayanan antenatal. Kegiatan PMT-P susu untuk ibu hamil risiko KEK yang sudah berjalan tidak efektif dalam menanggulangi masalah status gizi ibu hamil risiko KEK serta mencegah kelahiran BBLR. Faktor determinan BBLR sangat kompleks, sehingga untuk mencegahnya dibutuhkan program komprehensif yang meliputi tujuh faktor determinan BBLR yang ada di Kabupaten Pasuruan Kata kunci : BBLR, Ibu hamil risiko KEK, PMT-P susu.Item Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Wanita Usia Subur dalam Melaksanakan Pemeriksaan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat(2017-10-04) ANITA YULIANI; Nita Arisanti; Irvan AfriandiKesadaran wanita Indonesia dalam melakukan deteksi dini kanker serviks masih rendah. Hingga Tahun 2015, cakupan dekteksi dini kanker serviks di Indonesia masih kurang dari 5%, sehingga masih banyak kasus wanita yang terdiagnosa kanker serviks pada stadium lanjut yang seringkali menyebabkan kematian. Di UPT puskesmas Garuda dan UPT Puskesmas Pasundan, hanya sekitar 0,35% Wanita Usia Subur yang telah melakukan tes IVA. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Wanita Usia Subur (WUS) dalam melaksanakan pemeriksaan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah wanita usia subur yang pernah tes IVA berumur 15 – 49 tahun di wilayah kerja Puskesmas Garuda dan Puskesmas Pasundan Kota Bandung. Jumlah WUS di tiap wilayah puskesmas ditetapkan berdasarkan variasi status ekonomi, kepesertaan BPJS dan tingkat resikonya. Secara sosio demografi, dari 16 reponden pada penelitian ini rata – rata berumur sekitar 36 tahun, paling banyak berpendidikan terakhir SMA/ sederajat berjumlah 11 orang, memiliki penghasilan keluarga sebesar sekitar dua juta rupiah per bulan dengan kategori penghasilan keluarga setengahnya di atas UMR berjumlah 8 orang, telah menjadi anggota BPJS kesehatan berjumlah 12 orang, umur saat pernikahan pertama sekitar 22 hingga 23 tahun, riwayat persalinan grande multipara/ grande multipara berjumlah 11 orang, dan tidak ada reponden yang memiliki riwayat ibu kandung terdiagnosa kanker serviks. Perilaku WUS dalam melaksanakan tes IVA disebabkan oleh ada tidaknya niat yang dipengaruhi oleh kepekaan terhadap kanker serviks, evaluasi kesungguhan kanker serviks, informasi lingkungan tentang tes IVA, motivasi untuk melakukan, wawasan, keuntungan, kegunaan, hambatan, pengalaman dan kekuatan tindakan serta variasi sosio demografi (status ekonomi, kepesertaan BPJS, riwayat nikah muda, multipara/ grande multipara). Subtopik saat pendidikan kesehatan lebih menitikberatkan pada faktor risiko kanker serviks, manfaat IVA test dan kunjungan ulang tes IVA. Wanita Usia Subur yang telah berpengalaman dalam tes IVA agar dilibatkan dalam promosi kesehatan tentang tes IVA untuk keberhasilan tes yang lebih tinggi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung diharapkan terus meningkatkan kapasitas tenaga Kesehatan agar melakukan tes IVA dengan baik dengan mengadakan pelatihan dan workshop tentang tes IVA secara berkala.Item Efficacy of Combination Additional Iron-Folate Tablet and Liver Supplements of Sidat Eel Fish in Hemoglobin Concentrate for Female Anemia Midwifery STIKES Karsa Husada Garut.(2017-10-16) HAJI SAMKANI; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Dida Akhmad GurnidaAnemia Defisiensi Besi (ADB) or Iron Deficiency Anemia is still high in teenagers group of female. Providing iron-folate and vitamin A supplements has been shown to be more effective to improve status of iron. Indonesian eel (Anguilla Bicolor) powder contains high of nutrients, especially in vitamin A which can used as subtance of nutraceutical and help iron metabolism. The purpose of this research was making nutraceutical formulation from eel fish powder and for discovering the efficacy of the combination iron-folate and supplement of sidat to hemoglobin concentration in anemic midwifery student STIKES Karsa Husada Garut. Design of this study was experimentally research through two stages which were formulation and intervention phase. The formulation stage is done by proximate and contamination test on head fluor,liver and bone meal. The second stage was intervention with Randomized Controlled Trial (RCT) research design on 37 anemic subjects taken by simple random sampling. The combination iron-folate tablets (60 mg Fe, 400 mcg of folat acid) and sidat supplements (2 capsules) were given to the group of treatment, and control group only received iron-folate (60 mg Fe, 400 mcg of acid folat) for 30 days. The Results based on proximate analysis showed that the liver flour contains vitamin A 11.818,10 mcg/100 g and iron 34.236 mg/100 g, fish head flour contains vitamin A 761.58 mcg/100 and iron 30.001 mg/100 g, and bone meal vitamin A 485 mcg/100 g and iron 47.918 mg/100 g. Formulation of liver supplements 1 gram dose of administration containing 118.181 mcg and iron 0.342 mg. Statistical analysis (Mann-Whitney) showed no significant difference in hemoglobin concentration (Hb) between two groups (p> 0.315), the increasing average of Hb concentration in treatment group (9.63 ± 6.72 g / L) was higher than control (7.56 ± 7.15 g / L). The decrease of prevalence in anemia treatment group was higher (52.6%) than control group (33.3%), Chi-Square test result there was difference between both groups of alteration anemia status (p = 0.236). The combination of iron-folate tablet and supplements of eel had the same efficacy as iron-folate tablet in increasing the concentration of hemoglobin for anemic female students.Item PERAN DUKUNGAN SOSIAL WARGA PEDULI AIDS (WPA) TERKAIT KUALITAS HIDUP ODHA DI KOTA BANDUNG(2018-02-19) INDRA BUDIMAN; Ardini Saptaningsih Raksanagara; Kuswandewi MutyaraHIV/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dengan jumlah yang terus meningkat tidak saja menimbulkan dampak pada kehidupan sosial serta kekhawatiran masyarakat. Masyarakat menganggap HIV/AIDS dapat menular dengan mudah bahkan selalu dikaitkan dengan perilaku yang negatif sehingga pengidap HIV/AIDS dikucilkan dan didiskriminasi. Masih adanya stigma dan rendahnya dukungan sosial dari masyarakat dapat memengaruhi kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplor peran dukungan sosial WPA terkait kualitas hidup ODHA di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Jumlah informan penelitian adalah 11 orang. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, telaah dokumen dan pengamatan berperan-serta. Analisis data dilakukan dengan transkripsi, koding, kategorisasi, dan theorizing. Hasil penelitian menunjukkan peran dukungan emosi WPA (Warga Peduli AIDS) berupa memberi motivasi, memberi semangat dan mengadakan pertemuan rutin ODHA dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA secara fisik dan psikologis. Peran dukungan materi WPA berupa member ongkos, menggalang dana dan mencari donatur dapat meningkatkan kesehatan fisik ODHA. Peran dukungan informasi WPA berupa memberikan sosialisasi, penyuluhan, membuat laporan dan pemberdayaan dapat menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif dan nyaman bagi ODHA. Peran dukungan tenaga WPA berupa mengawasi minum obat, mengantar berobat, mengurus administrasi/SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) dan mengambilkan obat dapat menciptakan hubungan sosial yang baik bagi ODHA dan masyarakat.