Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2) by Title
Now showing 1 - 20 of 30
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan Sampah Plastik di Indonesia(2022-10-07) HERA HERAWATI; Ardini Saptaningsih Raksanagara; Kurnia WahyudiTerjadinya pandemi Novel Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) pada akhir tahun 2019 diduga menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah produksi sampah di Indonesia sebagai akibat dari diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Penerapan pembatasan sosial menyebabkan masyarakat lebih banyak beraktivitas di luar rumah sehingga meningkatkan produksi limbah padat rumah tangga yang berkaitan dengan perlindungan diri terhadap penyebaran wabah Covid-19. Sampah plastik menjadi salah satu jenis sampah yang menjadi sorotan karena penggunaannya meningkat sebagai akibat dari perubahan pola pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan penggunaan APD berbahan dasar plastik untuk mencegah penyebaran Covid-19. Riset ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kasus Covid-19 dengan volume sampah plastik di 27 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan studi ekologi. Data yang digunakan dalam riset ini adalah data sekunder yaitu data volume sampah plastik di tingkat provinsi yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Analisis uji beda dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukan bahwa terdapat perbedaan median volume sampah plastik pada tahun 2019 dengan tahun 2020 selisih median = 676,23, interval kepercayaan 95% (58,05; ) p = 0,025, namun tidak terdapat perbedaan median volume sampah plastik tahun 2019 dengan tahun 2021 selisih median 2349,46, interval kepercayaan 95% (256,53; ), p = 0,028). Berdasarkan hasil riset bivariat hubungan kasus Covid-19 dengan volume sampah plastik pada tahun 2020 menunjukan korelasi positif yang signifikan (koefisien korelasi Spearman = 0,563, interval kepercayaan 95% (0,118; 0,851), p = 0,02) sedangkan pada tahun 2021 menunjukan korelasi positif yang dignifikan (koefisien korelasi Spearman = 0,564, interval kepercayaan 95% (0,153; 0,850), p = 0,02). Terdapat hubungan antara kasus Covid-19 dengan volume sampah plastik di Indonesia.Item ANALISIS PELAYANAN GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT INAP DI RS Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2015-07-29) AHMAD YANI; Gaga Irawan Nugraha; Dewi Marhaeni Diah HerawatiABSTRAK Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat. Penurunan status gizi pasien gagal ginjal kronik di rumah sakit akibat asupan gizi yang tidak adekuat memerlukan perhatian khusus dari tim pelayanan gizi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan gizi pasien gagal ginjal kronik yang rawat inap di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan menggunakan elemen dalam Health Technology Assessment. Desain penelitian ini adalah mixed method dengan strategi concurrent embedded. Pengambilan sampel kualitatif dilakukan secara purposive sampling. Subjek penelitian adalah pihakmanajemen, pelaksana pelayanan gizi serta pasien gagal ginjal kronik. Sampel kuantitatif menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi, diperoleh jumlah sampel 25 pasien. Pengukuran jumlah sisa makanan pasien menggunakan food weighing. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2014. Aspek teknologi pelayanan gizi khususnya asuhan gizi pasien GGK dengan PAGT belum semuanya dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi pasien GGK belum berjalan dengan baik serta belum terprogram dan terjadwal. Kolaborasi Tim Asuhan Gizi belum optimal. Mekanisme penyelenggaraan makanan pasien GGK sudah cukup baik namun porsi makanan belum sesuai standar. Pihak manajemen rumah sakit sudah memberikan dukungan terhadap pelayanan gizi pasien dengan diterbitkanya surat keputusan bersama tentang Tim Asuhan Gizi. Aspek pandangan pasien terhadap mutu pelayanan makanan menunjukkan makanan kurang bervariasi dan cita rasa belum sesuai harapan pasien. Jumlah kerugian biaya dari sisa makanan dalam setahun sebesar Rp18.099.00,00. Aspek teknologi dan aspek organisasi yang kurang baik menurunkan mutu pelayanan makan sehingga menambah jumlah sisa makanan dan kerugian biaya. Pandangan pasien yang kurang baik terhadap mutu pelayanan makanan dapat meningkatkan jumlah sisa makanan dan kerugian biaya. Kata Kunci: gagal ginjal kronik, healthtechnology assessment, pelayanan giziItem EFEKTIVITAS FILM PENDEK(2016-10-05) R. YUDI RACHMAN SALEH; Insi Farisa Desy Arya; Irvan AfriandiMasalah perilaku remaja yang membahayakan kesehatan yaitu merokok karena menimbulkan berbagai penyakit dan meningkatkan risiko kematian. Hal ini disebabkan efek adiktif dari rokok, karakteristik remaja, pengaruh lingkungan, kemudahan memperoleh rokok serta pengaruh industri rokok melalui media dan kegiatan promosi rokok yang menarik. Upaya pencegahannya yaitu melalui promosi kesehatan dengan media yang mudah diakses, menarik dan sesuai karakteristik remaja yaitu film. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi perancangan dan pembuatan media film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya, menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya selanjutnya menganalisis efektifitas film pendek tersebut dibandingkan dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Rancangan penelitian menggunakan Mixed Method dengan Sequential Exploratory Design. Diawali desain kualitatif melalui pendekatan kontruktivisme dengan metode kajian literatur untuk mengeksplorasi perancangan dan pembuatan film pendek yang efektif dengan objek artikel jurnal dan buku teks untuk kemudian digunakan sebagai dasar menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya, dilanjutkan dengan metode kuantitatif menggunakan True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design untuk menganalisis efektivitas film pendek tentang rokok dan bahayanya dibandingkan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada pelajar SMP di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan untuk merancang dan membuat film pendek yang efektif tentang rokok dan bahayanya harus mencakup 9 komponen yang terdiri dari tujuan pembuatan film, tema film, konten atau isi pesan dalam film, alur cerita, konflik, bahasa film, durasi penayangan, tata artistik dan penokohan. Selanjutnya 9 komponen tersebut dijadikan dasar untuk menciptakan film pendek tentang rokok dan bahayanya. Hasil analisis statistik menunjukan terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi antara pemberian film pendek dengan ceramah tentang rokok dan bahayanya, tetapi film pendek lebih efektif dibandingkan dengan ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan motivasi sedangkan untuk meningkatkan sikap, metode ceramah lebih efektif dibandingkan dengan film pendek.Item EFEKTIVITAS KEGIATAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN SUSU TERHADAP PENCEGAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA IBU HAMIL RISIKO KURANG ENERGI KRONIS DI KABUPATEN PASURUAN(2017-04-04) VICTOR HENDRATMOKO; Deni Kurniadi Sunjaya; Yenni ZuhairiniABSTRAK Kejadian BBLR di Kabupaten Pasuruan meningkat sejak tahun 2011-2015 (1,9%, 2,5%, 2,6%, 2,9% dan 3,1%). Pemerintah daerah memberikan intervensi gizi pada ibu hamil risiko KEK dalam bentuk PMT-P susu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengeksplorasi efektivitas PMT-P susu dalam meningkatkan status gizi ibu hamil dan dampaknya terhadap kejadian BBLR serta eksplorasi faktor determinan BBLR. Desain penelitian adalah embedded concurrent mixed method. Penelitian kuantitatif digunakan dalam analisis pertambahan berat badan ibu hamil penerima PMT-P susu secara deskriptif. Analisis perbedaan kejadian BBLR serta analisis hubungan faktor usia, paritas, jarak kehamilan, anemia terhadap kejadian BBLR menggunakan uji statistik Chi-Square dan alternatifnya. Penelitian kualitatif digunakan dalam eksplorasi kegiatan PMT-P susu menggunakan pendekatan naratif. Eksplorasi faktor determinan BBLR menggunakan paradigma interpretivism dengan predetermined categories serta pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil penerima PMT-P susu yang mengalami kenaikan berat badan sesuai anjuran hanya sejumlah 5 orang (13,16%). Tidak terdapat perbedaan kejadian BBLR pada ibu hamil yang menerima maupun tidak menerima PMT-P susu (p=0,642). Faktor usia, paritas, jarak kehamilan, anemia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p=0,073; p=1,000; p=0,760; p=0,928). Kegiatan PMT-P susu tahun 2014 direncanakan tidak presisi dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kaidah intervensi gizi pemulihan. Faktor determinan BBLR meliputi: 1) faktor genetik dan dasar; 2) faktor demografi, sosio ekonomi dan psikososial; 3) faktor kehamilan; 4) faktor gizi; 5) faktor kesakitan selama hamil; 6) faktor paparan berbahaya; dan 7) faktor pelayanan antenatal. Kegiatan PMT-P susu untuk ibu hamil risiko KEK yang sudah berjalan tidak efektif dalam menanggulangi masalah status gizi ibu hamil risiko KEK serta mencegah kelahiran BBLR. Faktor determinan BBLR sangat kompleks, sehingga untuk mencegahnya dibutuhkan program komprehensif yang meliputi tujuh faktor determinan BBLR yang ada di Kabupaten Pasuruan Kata kunci : BBLR, Ibu hamil risiko KEK, PMT-P susu.Item Efficacy of Combination Additional Iron-Folate Tablet and Liver Supplements of Sidat Eel Fish in Hemoglobin Concentrate for Female Anemia Midwifery STIKES Karsa Husada Garut.(2017-10-16) HAJI SAMKANI; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Dida Akhmad GurnidaAnemia Defisiensi Besi (ADB) or Iron Deficiency Anemia is still high in teenagers group of female. Providing iron-folate and vitamin A supplements has been shown to be more effective to improve status of iron. Indonesian eel (Anguilla Bicolor) powder contains high of nutrients, especially in vitamin A which can used as subtance of nutraceutical and help iron metabolism. The purpose of this research was making nutraceutical formulation from eel fish powder and for discovering the efficacy of the combination iron-folate and supplement of sidat to hemoglobin concentration in anemic midwifery student STIKES Karsa Husada Garut. Design of this study was experimentally research through two stages which were formulation and intervention phase. The formulation stage is done by proximate and contamination test on head fluor,liver and bone meal. The second stage was intervention with Randomized Controlled Trial (RCT) research design on 37 anemic subjects taken by simple random sampling. The combination iron-folate tablets (60 mg Fe, 400 mcg of folat acid) and sidat supplements (2 capsules) were given to the group of treatment, and control group only received iron-folate (60 mg Fe, 400 mcg of acid folat) for 30 days. The Results based on proximate analysis showed that the liver flour contains vitamin A 11.818,10 mcg/100 g and iron 34.236 mg/100 g, fish head flour contains vitamin A 761.58 mcg/100 and iron 30.001 mg/100 g, and bone meal vitamin A 485 mcg/100 g and iron 47.918 mg/100 g. Formulation of liver supplements 1 gram dose of administration containing 118.181 mcg and iron 0.342 mg. Statistical analysis (Mann-Whitney) showed no significant difference in hemoglobin concentration (Hb) between two groups (p> 0.315), the increasing average of Hb concentration in treatment group (9.63 ± 6.72 g / L) was higher than control (7.56 ± 7.15 g / L). The decrease of prevalence in anemia treatment group was higher (52.6%) than control group (33.3%), Chi-Square test result there was difference between both groups of alteration anemia status (p = 0.236). The combination of iron-folate tablet and supplements of eel had the same efficacy as iron-folate tablet in increasing the concentration of hemoglobin for anemic female students.Item EVALUASI PROGRAM KASM (KERAN AIR SIAP MINUM) JALATISTA DI LINGKUNGAN MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN(2021-07-19) TANTAN GUMILAR; Sri Yusnita Irda Sari; Guswan WiwahaAir merupakan sumber daya alam yang harus ada bagi kehidupan dibuktikan dengan keberadaan air dalam tubuh manusia yang kurang lebih terdiri dari 70% air. Data Susenas 2013 menunjukkan bahwa untuk akses air minum yang aman, Indonesia baru mencapai 67,73%. Saat ini untuk mendapatkan air yang sesuai dengan standar sulit didapatkan karena sudah banyak air yang tercemar oleh bebagai macam limbah dari kegiatan manusia. Data menunjukkan pada tahun 2018 Universitas Padjadjaran memiliki 32.481 mahasiswa, yang pada aktivitas kesehariannya di kampus membutuhkan air minum yang tidak sedikit. Upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum dengan kuantitas dan kualitas yang memadai dilakukan oleh Universitas Padjadjaran melalui program Keran Air Siap Minum (KASM) Jalatista. Hasil survei yang dilakukan oleh BEM Kema Unpad pada tahun 2018 ditemukan masih banyaknya mahasiswa yang belum pernah menggunakan KASM Jalatista sekitar 41,8%. Evaluasi program dilakukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang lebih terfokus pada kegiatan yang sedang dilaksanakan dan dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi berdasarkan indikator-indikator tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi pelaksanaan program KASM Jalatista di Universitas Padjadjaran yaitu dengan model CIPP (context, input, process, product). Penelitian ini bersifat mixed methods dengan strategi sequential explanatory. Tahap pertama yaitu tahap kuantitatif dengan melakukan survey kepada 430 mahasiswa dan menguji kualitas mikrobiologi air minum KASM Jalatista yang berada di 10 titik (20 sampel air). Tahap kedua mendalami hasil penelitian kuantitatif yaitu menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada 2 orang pihak pengelola KASM Jalatista. Hasil penelitian menunjukan aspek konteks pelaksanaan program KASM Jalatista dapat dikatakan berjalan cukup baik. Aspek masukkan perlu adanya peningkatan kapasitas SDM dan pengembangan sarana supaya program KASM Jalatista dapat berjalan lebih baik. Aspek proses pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola kurang optimal dan kurang disiplinnya pegawai untuk melakukan monitoring. Aspek produk mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas KASM Jalatista 52,8% (IK 95% : 48,1% – 57,5 %), jika dibandingkan dengan survey sebelumnya pada tahun 2019 ada kenaikan pengguna sebanyak 11%. Selanjutnya, kualitas air minum masih belum layak minum pada 6 sample dari total 20 sample yang ada, dan tingkat kepercayaan pengguna masih ditemukan kurang baik. Program KASM Jalatista harus mendapatkan perhatian besar pada aspek pemeliharaan untuk meningkatkan kualitas air minum yang dihasilkan pada semua titik.Item Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Wanita Usia Subur dalam Melaksanakan Pemeriksaan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat(2017-10-04) ANITA YULIANI; Nita Arisanti; Irvan AfriandiKesadaran wanita Indonesia dalam melakukan deteksi dini kanker serviks masih rendah. Hingga Tahun 2015, cakupan dekteksi dini kanker serviks di Indonesia masih kurang dari 5%, sehingga masih banyak kasus wanita yang terdiagnosa kanker serviks pada stadium lanjut yang seringkali menyebabkan kematian. Di UPT puskesmas Garuda dan UPT Puskesmas Pasundan, hanya sekitar 0,35% Wanita Usia Subur yang telah melakukan tes IVA. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Wanita Usia Subur (WUS) dalam melaksanakan pemeriksaan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah wanita usia subur yang pernah tes IVA berumur 15 – 49 tahun di wilayah kerja Puskesmas Garuda dan Puskesmas Pasundan Kota Bandung. Jumlah WUS di tiap wilayah puskesmas ditetapkan berdasarkan variasi status ekonomi, kepesertaan BPJS dan tingkat resikonya. Secara sosio demografi, dari 16 reponden pada penelitian ini rata – rata berumur sekitar 36 tahun, paling banyak berpendidikan terakhir SMA/ sederajat berjumlah 11 orang, memiliki penghasilan keluarga sebesar sekitar dua juta rupiah per bulan dengan kategori penghasilan keluarga setengahnya di atas UMR berjumlah 8 orang, telah menjadi anggota BPJS kesehatan berjumlah 12 orang, umur saat pernikahan pertama sekitar 22 hingga 23 tahun, riwayat persalinan grande multipara/ grande multipara berjumlah 11 orang, dan tidak ada reponden yang memiliki riwayat ibu kandung terdiagnosa kanker serviks. Perilaku WUS dalam melaksanakan tes IVA disebabkan oleh ada tidaknya niat yang dipengaruhi oleh kepekaan terhadap kanker serviks, evaluasi kesungguhan kanker serviks, informasi lingkungan tentang tes IVA, motivasi untuk melakukan, wawasan, keuntungan, kegunaan, hambatan, pengalaman dan kekuatan tindakan serta variasi sosio demografi (status ekonomi, kepesertaan BPJS, riwayat nikah muda, multipara/ grande multipara). Subtopik saat pendidikan kesehatan lebih menitikberatkan pada faktor risiko kanker serviks, manfaat IVA test dan kunjungan ulang tes IVA. Wanita Usia Subur yang telah berpengalaman dalam tes IVA agar dilibatkan dalam promosi kesehatan tentang tes IVA untuk keberhasilan tes yang lebih tinggi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung diharapkan terus meningkatkan kapasitas tenaga Kesehatan agar melakukan tes IVA dengan baik dengan mengadakan pelatihan dan workshop tentang tes IVA secara berkala.Item Faktor-faktor Yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Pasien Poli DOTS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2015-01-28) BUDIASIH SUWARNO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Ketidakpatuhan minum obat merupakan masalah yang sering muncul pada pasien Tuberkulosis (TB) mengingat pengobatan yang dijalani lama dan jumlah obat yang dikonsumsi cukup banyak. Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan salah satu UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) yang melaksanakan upaya penanggulangan TB dengan strategi DOTS. Pada pelaksanaannya program DOTS di RS Dr. Hasan Sadikin masih mengalami beberapa kendala seperti belum adanya ruang edukasi dan konseling khusus untuk pasien, sumber daya manusia (petugas/tim DOTS) yang minim dan pencapaian target program yang belum maksimal yaitu masih tingginya angka default. Penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan terhadap 82 orang responden pasien Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2013. Diteliti pengaruh pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan pengawas menelan obat (PMO), pelayanan petugas terhadap ketidakpatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan analisis uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat pengaruh bermakna antara faktor pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan pengawas minum obat (PMO) dan pelayanan petugas terhadap ketidakpatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien Poli DOTS RS. Hasan Sadikin Bandung. Pengaruh pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan PMO dan pelayanan petugas secara bersama-sama adalah sebesar 22,1% terhadap ketidakpatuhan pasien minum OAT. Ketidakpatuhan berobat pasien TB dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Pemahaman pasien tentang penyakit sangat penting dalam pengelolaan penyakit kronis. Peningkatan pemahaman pasien dapat memengaruhi sikap dimana sikap tergantung dari keyakinan pasien dan pada akhirnya menambah kepatuhan pasien berobat. Kata kunci : ketidakpatuhan, pengetahuan, TB (Tuberkulosis) ABSTRACT Taking non-adherence medication is a problem that often arises in patients with tuberculosis (TB) is undertaken considering long treatment and a lot of drugs consumed. Hospital Dr. Hasan Sadikin Bandung is one of the UPK (Health Services Unit) which implement TB control efforts with the DOTS strategy. The implementation of the DOTS program in the hospital Dr. Hasan Sadikin still having some problems such as the lack of space for education and counseling for patients, human resources (team DOTS) is minimal and the achievement of the program that have not been maximal that high rate of default. The research is observational analytic cross sectional study. The study was conducted on 82 respondents Poli DOTS hospital Dr. Hasan Sadikin patient in December 2013. Researched the influence of knowledge, attitudes, beliefs, the existence of a treatment supporter (PMO), the service officer for non-adherence taking Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) in patients Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin with analysis of chi-square test and multivariate analysis using logistic regression. Research shows there is a significant influence between the factors of knowledge, attitudes, beliefs, the existence of regulatory taking medication (PMO) and service personnel to the non-adherence taking anti-tuberculosis drugs in patients Poli DOTS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. The influence of knowledge , attitudes , beliefs , the existence of regulatory taking medication (PMO) and service personnel together is 22.1 % to the non-adherence of patients taking OAT . Noncompliance treatment of TB patients is influenced by several factors that are related to each other . Patient`s understanding of the disease is very important in the management of chronic disease . Improved understanding of the patient may affect the manner in which the attitude depends on the belief of patients and ultimately add to the compliance of patients treated. Keywords: knowledge, non-adherence, TB (Tuberculosis)Item Faktor-faktor yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di Klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung(2015-01-28) EGA ROGAYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKepatuhan yang baik terhadap terapi antiretroviral (ARV) sangat dibutuhkan untuk mencapai respon virologis terbaik, menurunkan resiko resistensi obat, serta mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ketidakpatuhan minum ARV dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS yang sudah mendapat konseling sebelumnya di klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian menggunakan metode campuran dengan strategi eksploratoris sekuensial. Pada tahap kualitatif dilakukan wawancara kepada 8 reponden untuk mengeksplorasi alasan-alasan mengapa masih terjadi ketidakpatuhan minum ARV. Pada tahap kuantitatif dilakukan penyebaran kuesioner kepada 110 responden dan hasilnya dianalisis dengan uji Multiple Logistic Regression. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa ketidakpatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS di klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung dipengaruhi oleh 11 faktor yaitu penghasilan, jarak, biaya terapi, dukungan sosial, obat ARV, efek samping obat, sistem layanan kesehatan, tenaga kesehatan, pengetahuan, sikap dan stigma. Hasil uji Multiple Logistic Regression menunjukkan bahwa faktor yang paling memengaruhi ketidakpatuhan minum ARV adalah faktor dukungan sosial (OR=6,76) Pemberian konseling kepatuhan ulang, edukasi pada keluarga dan pendamping, dukungan sosial sangat diperlukan untuk membentuk sikap positif pasien HIV/AIDS terhadap pengobatan antiretroviral. Kata kunci : antiretroviral, HIV/AIDS, ketidakpatuhanItem Formulasi Bubuk Udang Rebon pada Menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita 4-5 Tahun di Posyandu Anggrek Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon(2015-04-25) PRIYO SULISTIYONO; Insi Farisa Desy Arya; Dewi Marhaeni Diah HerawatiPrevalensi balita gizi kurang di Kota Cirebon mencapai 13,9% sedang balita pendek mencapai 15,7%, salah satu penyebabnya adalah karena minimnya makanan sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh anak balita. Udang Rebon sebagai pangan lokal daerah pesisir memiliki potensi kandungan nutrisi yang baik terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui formulasi PMT-BUR yang memiliki sifat organoleptik dan daya terima balita terbaik. Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan Bubuk Udang Rebon (BUR), uji organoleptik, uji laboratorium dan uji daya terima PMT-BUR pada balita. BUR dibuat menggunakan udang rebon varietas lokal Cirebon. Uji organoleptik dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (BUR 5, 10, 15%) termasuk kontrol (0%) dan dua kali ulangan. Responden uji organoleptik sebanyak 30 panelis yaitu Mahasiswa Program Studi Diploma Gizi Cirebon. Uji penerima dilakukan dengan satu kali uji coba BUR terpilih pada satu kelompok balita usia 4-5 tahun di Posyandu Anggrek Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 50 balita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kandungan protein (p=0,000), kalsium (p=0,013), tingkat kesukaan warna (p=0,029), rasa (p=0,000), aroma (p=0,000), tektur (p=0,000) dan tingkat kesukaan keseluruhan (overall) (p=0,000) pada berbagai persentase penambahan bubuk udang rebon sebagai PMT balita. PMT-BUR bubur lemu dapat diterima oleh 80% balita dan bolu kukus mencapai 88%. Kandungan kadar air, kadar abu dan protein BUR memenuhi SNI pembanding. Formulasi PMT-BUR dengan tingkat kesukaan tertinggi adalah PMT-BUR 5% dengan kadungan protein mencapai 83,8% standar minimal protein PMT sebesar 8 g% dan tingkat penerimaan balita mencapai 88%. Bubuk udang rebon (BUR) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen atau bahan tambahan PMT balita di posyandu untuk meningkatkan mutu gizi. BUR dapat menjadi solusi dalam penanganan kasus balita kurang gizi di Kota CirebonItem HUBUNGAN DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TENAGA PELAKSANA ELIMINASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT FILARIASIS LIMFATIK PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR(2016-10-04) DINI RIYANTINI SARI T; Nanan Sekarwana; Nanan SekarwanaFilariasis limfatik menjadi masalah kesehatan masyarakat khususnya pada daerah endemis filariasis di Indonesia. Angka Mikrofilaria rate (Mf rate) di Kelurahan Nibung Putih sebesar 2,08%, sedangkan target nasional Mf rate<1%. Tingginya prevalensi penyakit filariasis limfatik salah satunya disebabkan oleh kurangnya kepatuhan minum obat filariasis limfatik, kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE). Apabila penderita tidak patuh atau tidak minum obat Filariasis sama sekali akan mengakibat kecacatan pada organ tubuh, seperti pada kaki, tangan, payudara, dan skrotum. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan dimensi kualitas pelayanan TPE dengan kepatuhan minum obat filariaisis limfatik pada masyarakat di Kelurahan Nibung Putih Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Metode penelitian yang digunakan adalah pemodelan Rasch merupakan teknik analisis data dengan mengubah data mentah menjadi data pengukuran dalam bentuk logit, desain penelitian observasional analitik kuantitatif dengan metode survei, pendekatan waktu cross sectional studies. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Nibung Putih, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang menjadi sasaran pengobatan filariasis selama 4 tahun dari tahun 2012 sampai 2015. Sampel berjumlah 103 orang diambil secara sistematic random. Data dianalisis menggunakan Pearson Correlation Test dan Multiple Linear Regression. Hasil analisis Pearson Correlation Test dan Multiple Linear Regression menunjukkan bahwa variabel dimensi kualitas pelayanan TPE (Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy) berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik, dimensi Tangible tidak berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat filariasis limfatik adalah dimensi Responsiveness. Pembahasan hasil penelitian ini bahwa kualitas pelayanan TPE yang baik berhubungan dengan kepatuhan minum obat filariasis limfatik. Diperlukan evaluasi dan kegiatan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat filariasis limfatik.Item Hubungan Faktor Kejadian Stunting dan Severe Stunting Pada Balita Usia 6-24 Bulan Pada Daerah Lokasi Fokus dan Non Lokasi Fokus Di Kota Serang Tahun 2021(2022-09-25) IRAWATI; Meita Dhamayanti; Insi Farisa Desy AryaStunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Dalam rangka percepapatan penurunan dan pencegahan stunting maka di Kota Serang ditetapkan lokus stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kejadian stunting dan severe stunting pada balita usia 6-24 bulan pada daerah lokus dan non lokus stunting di Kota Serang tahun 2021, menganalisa keberhasilan program yang sudah dilaksanakan, menambah referensi kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting di Kota Serang. Penelitian ini menggunakan desain retrospektif kohort study dan dianalisis dengan uji chi square dan uji regresi logistik. Data didapatkan dari validasi bulan penimbangan balita Kota Serang tahun 2021 dengan sampel sebanyak 638 balita. Setelah uji bivariat dihasilkan daerah non lokus intervensi stunting yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting dan severe stunting adalah riwayat BBLR (p=0,041, RR 0,821, 95% Confidence interval (CI) : 0,713-0,946), kepemilikan jamban (p = 0,019, RR 1,453, 95% CI : 1,005-2,100), pemberian MP-ASI ( p = 0,031, RR 1,170, 95% CI : 1,011-1,353), penolong persalinan oleh non tenaga kesehatan (p = 0,016, RR 1,267, 95% CI : 1,025-1,586) dan imunisasi lengkap (p = 0,027, RR 1,152, 95% CI : 1,022-1,298). Analisis multivariabel menunjukkan bahwa faktor risiko signifikan yang paling konsisten untuk anak stunting dan severe stunting usia 6-24 bulan adalah: kategori BBLR (p = 0,032, RR 0,453, 95% CI : 0,220-0,932), kepemilikan jamban (p = 0,048, RR 2,143, 95% CI : 1,008-4,557), melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun (p=0,083, RR 0,540 95% CI : 0,269-1,083), pemberian vitamin A (p = 0,175 RR 0,394 95% CI : 0,103-1,514) dan pemberian MP-ASI (p = 0,031, RR 1,585, 95% CI : 1,042-2,410). Intervensi berbasis masyarakat diperlukan untuk mengurangi terjadinya stunting dan severe stunting di Kota Serang. Intervensi ini harus menargetkan keluarga yang tidak memiliki jamban, keluarga yang masih memberikan ASI, kemitraan dengan dukun bersalin, pemeriksaan selama kehamilan dan pemberian imunisasi lengkap pada balita.Item HUBUNGAN TINGKAT LITERASI GIZI DENGAN POLA KONSUMSI PRODUK PANGAN KEMASAN PADA REMAJA(2022-10-16) VERNANDA ALVIONITA PUSPITASARI; Siti Nur Fatimah; Dewi Marhaeni Diah HerawatiLatar Belakang : Masalah kesehatan terkait gizi yaitu penyakit degeneratif dalam beberapa tahun menunjukkan peningkatan. Masalah gizi tersebut dapat dicegah pada usia remaja dan dewasa muda melalui perbaikan pola makan seseorang. Remaja memiliki kebiasaan makanan cenderung melampiaskannya pada makanan ringan dan tidak didukung dengan literasi gizi yang adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat litrasi gizi dengan pola konsumsi pangan kemasan pada remaja. Subjek dan Metode: Desain penelitian cross-sectional. Populasi penelitian di SMPN 1 Tunjung Teja dengan jumlah sampel sebanyak 47 orang dengan kriteria usia 12-15 tahun dipilih secara teknik Simpel random sampling. Data dikumpulkan dengan observasi dan teknik wawancara menggunakan instrumen kuesioner Newest Vital Sign (NVS) yang telah diapdaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data yang diperoleh dianalisis secara uji normalitas, analisa univariat, bivariat dan multivariat menggunakan perangkat SPSS versi 26. Hasil: Remaja memiliki tingkat literasi gizi tidak adekuat 91,5%. Tingkat literasi gizi dengan pola konsumsi pangan kemasan pada remaja memiliki hubungan yang siginfikan dengan nilai p-value 0,008 0,05. Tingkat literasi gizi terhadap pola konsumsi produk pangan kemasan memiliki arah hubungan yang negatif. Tingkat literasi gizi merupakan faktor yang memiliki hubungan yang memengaruhi dibandingkan variabel lain. Simpulan: Tingkat literasi gizi memiliki hubungan dengan pola konsumsi produk pangan pada remaja. Jenis kelamin, pendidikan orang tua dan akses informasi tidak menunjukan hubungan dengan pola konsumsi pangan kemasan pada remaja. Tingkat literasi gizi merupakan faktor yang sangat memengaruhi terhadap pola konsumsi produk pangan kemasan pada remaja.Item makna kekerasan pada remaja putri pelaku transaksi seksual di klinik mawar kota bandung(2016-04-18) PRITA PUTRI PRIMA PERTIWI; Ardini Saptaningsih Raksanagara; Kuswandewi MutyaraPerilaku seksual berisiko pada remaja telah mengalami pergeseran menjadi bentuk transaksi seksual. Transaksi seksual pada remaja memperlihatkan bahwa remaja putri menerima perlakuan seksual dari laki-laki sehingga memiliki risiko yang besar terhadap kekerasan seksual. Faktor-faktor kekerasan yang diterima dari keluarga dan lingkungannya berhubungan dengan penerimaan kekerasan pada saat transaksi seksual. Lembaga Swadaya Masyarakat PKBI menyebutkan remaja putri yang datang dengan kasus kekerasan seksual hanya datang apabila kekerasan menimbulkan keluhan fisik. Remaja tidak memahami kejadian yang dialami sebagai bentuk kekerasan. Perspektif feminis kekerasan seksual perkosaan digunakan untuk melihat fenomena ini. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan makna kekerasan bagi remaja yang melakukan transaksi seksual ideologi patriarki remaja, pelaku dan masyarakat serta mengetahui riwayat kekerasan dan perilaku menyimpang sebelum memasuki eks lokalisasi Saritem Kota Bandung Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Subjek penelitian adalah remaja putri yang melakukan transaksi seksual, mucikari, masyarakat yang tinggal di eks lokalisasi saritem, tamu pelanggan dari remaja putri. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan makna kekerasan bagi remaja putri pada transaksi seksual adalah pemaksaan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam transaksi seksual baik dalam proses awal masuk dan proses transaksi seksual dengan jenis kekerasan fisik, ekonomi, verbal dan seksual menyebabkan dampak kerugian secara ekonomi. Ideologi gender remaja berlawanan dengan ideologi patriarki dari pelaku dan masyarakat setempat sehingga remaja memiliki risiko tinggi untuk terus menerus mengalami kekerasan. Remaja putri memiliki riwayat lingkungan dengan perilaku menyimpang dan riwayat kekerasan sebelumnya. Kekerasan dapat dicegah apabila masyarakat di eks lokalisasi saritem menolak laki-laki yang menggunakan minuman beralkohol, LSM Klinik mawar PKBI memperkenalkan kekerasan terhadap perempuan sebagai bagian dari penyuluhan dan konseling kesehatan, keluarga dapat mendidik dan mengasuh anak bebas dari tindak kekerasan dan perilaku menyimpang, lingkungan sekolah bebas kekerasanItem PENGARUH GEJALA MENOPAUSE TERHADAP KUALITAS HIDUP WANITA MENOPAUSE DI KOTA CIREBON TAHUN 2013(2014-01-21) LILIEK PRATIWI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta. Paradigma gejala menopause mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang. Temuan terbaru mengenai gejala menopause, seperti depresi dianggap bukan suatu gejala menopause yang umum terjadi. Gejala vasomotor seperti hot flashes bukan suatu gejala menopause yang dapat berlaku di berbagai negara.Oleh karena itu, perbedaan pengalaman gejala menopause dari berbagai negara menunjukkan pentingnya penelitian lebih lanjut dengan pemahaman tentang gejala menopause di Indonesia, khususnya Kota Cirebon. Tujuan penelitian ini untuk pengaruhgejala menopause terhadapkualitashidupwanita menopause di Kota Cirebon Tahun 2013. Jenis penelitian ini menggunakan correlationalsurveymethod. Jumlah sampel untuk penelitian kuantitatif yaitu 110 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis yang digunakan yaitu korelasi rank Spearman. Hasil penelitian kuantitatif yaitu gejala menopause berat mencapai 54,55 % di Kota Cirebon. Gejala menopause berat yang paling banyak dipilih yaitu kekeringan vagina, perubahan dalam gairah seksual, aktivitas seksual dan kepuasan, kelelahan fisik dan mental (menurunnya kinerja secara umum, berkurangnya daya ingat, menurunnya konsentrasi, mudah lupa/pikun), rasa pegal-pegal, nyeri tulang, sakit pada persendian, dan keluhan reumatik.Kontribusi dalam persentase kualitas hidup tersebut didominasi oleh domain psikologis, yaitu sebesar 79,13%, sedangkan kualitas hidup pada domain fisik hanya sebesar 66,73 %. Jadi, domain psikologis memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian kualitas hidup. Hasil analisis korelasi rank spearman, menunjukkan ada pengaruh yang rendah antara gejala menopause dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Cirebon. (p= 0,007) (rs= 0,256). Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi peneliti selanjutnya dengan melakukan penelitian lebih lanjut pada kualitas hidup wanita menopause di kota lain dan bagi masyarakat hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai hal-hal menopause karena gejala menopause bervariasi pada setiap daerah. Kata Kunci : Gejala Menopause, Kualitas Hidup dan Wanita MenopauseItem PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL BUBUK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LEAVES POWDER) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBEUREUM TAHUN 2022(2022-10-18) YUNI VIANINGSIH; Ginna Megawati; Dewi Marhaeni Diah HerawatiSalah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia, terutama bagi wanita usia subur adalah anemia. anemia ditandai dengan jumlah hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari normal.1 Anemia pada kehamilan merupakan masalah kesehatan global yang utama dengan prevalensi 36.5%. 2 Masalah anemia tertinggi terdapat di negara Afrika sebesar 61.3% dan Asia tenggara sebesar 52.5%.3 Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil mengalami peningkatan yaitu tahun 2013 sebesar 37.1% dan tahun 2017 menjadi 48.9%.4 Prevalensi anemia ibu hamil di Jawa Barat pada tahun 2020 adalah 7% dan prevalensi anemia di Kota Cimahi tahun 2021 adalah 6%.5 Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Cibeureum berdasarkan sasaran ibu hamil terjadi peningkatan, yaitu tahun 2019 sebesar 54 kasus (4.2%), tahun 2020 sebesar 108 kasus (9.3%) dan tahun 2021 meningkat 112 kasus (11.2%).6 Dampak terjadinya anemia pada ibu hamil berisiko meningkatnya persalinan yang abnormal, risiko infeksi pada ibu, terjadinya pendarahan, morbiditas dan mortalitas tinggi. 9 Pemenuhan kebutuhan zat besi selama kehamilan dengan terapi tablet tambah darah ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga perlu ditunjang dengan mengkonsumsi makanan sumber zat besi.7 Daun kelor merupakan sayuran yang mengandung tinggi zat besi, vitamin A, vitamin C, protein, dan elemen penting lainnya.8 Tujuan penelitian ini menganalisis peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia sebelum dan setelah pemberian kapsul bubuk daun kelor dan menganalisis pengaruhnya. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Quasi experiment design dengan desain pretest-posttest with control group design. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan diberikan tablet tambah darah dan kapsul bubuk daun kelor, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi tablet tambah darah saja dengan jumlah sampel masing masing 30 reponden. Berdasarkan analisa statistik uji wilcoxon didapatkan hasil (p = 0,000), Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata nilai kadar hemoglobin yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi mengunakan kapsul daun kelor dan tablet tambah darah. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari rata-rata kadar HB pretest 10,190 gr/dL, meningkat menjadi 11,933 gr/dL pada saat dilakukan post-test. Perubahan rata-rata kadar HB dari pre-test terhadap nilai post-test, yaitu terdapat peningkatan sebesar 1.743 gr/dL.Item PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN BERBASIS PANGAN LOKAL PADA INTERVENSI ASUHAN GIZI TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK(2016-10-06) DEDEH; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Lulu Eva RakhmillaAsupan makan yang kurang dapat menimbulkan masalah gizi. Penyediaan makanan yang tidak bervariasi akan menimbulkan kebosanan dan menyebabkan sisa makanan. Makanan selingan merupakan bagian dari pemberian makanan selama dirawat. Penelitian ini bertujuan melakukan uji organoleptik dan melakukan standarisasi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal serta menganalisis pengaruh pemberian makanan selingan tersebut terhadap asupan makan dan status gizi pasien gagal ginjal kronik . Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre eksperimental dengan subjek dipilih sesuai dengan kedatangannya ke rumah sakit sebanyak 32 pasien yaitu 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi yang diperoleh dari 5 ruang rawat pada Februari sampai Mei 2016. Makanan selingan berbasis pangan lokal yang akan diberikan kepada subjek penelitian dinilai terlebih dahulu melalui uji organoleptik oleh panelis ahli gizi dan pasien gagal ginjal. Data berupa hasil uji organoleptik dianalisis dengan rasch model, menghitung standar nilai gizi makanan selingan dengan software nutrisurvey sedangkan pengaruh makanan selingan terhadap status gizi dengan chi square test dan terhadap asupan menggunakan independent t-test. Diperoleh 8 macam makanan selingan berbasis pangan lokal hasil uji organoleptik yang memenuhi aspek penilaian, dapat diterima oleh panelis dan kandungan nilai gizi sesuai dengan standar yang seharusnya. Terdapat pengaruh pemberian makanan selingan berbasis pangan lokal terhadap asupan makan pasien p0,005).Asupan makan pada pasien kelompok intervensi lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, sodium, kalium dan kalsium pada kelompok intervensi mencapai lebih dari 80%. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat dihabiskan dan menyumbangkan jumlah asupan makan pasien. Selain itu komposisi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal lebih tinggi dari makanan selingan rumah sakit. Status gizi memiliki kecenderungan lebih baik pada kelompok intervensi walaupun secara statistik tidak bermakna karena penambahan berat badan sebanyak 0.5kg dalam satu minggu membutuhkan penambahan asupan sebanyak 500 kkal per hari dan pada kondisi sakit dibutuhkan waktu lebih lama untuk terjadi peningkatan berat badan. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat menjadi alternatif pilihan dan menambah variasi penyediaan makanan selingan untuk pasien gagal ginjal dalam meningkatkan asupan makan.Item PENGARUH PERSEPSI TENTANG IMPLEMENTASI JKN TERHADAP KESEDIAAN DOKTER PRAKTIK BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DI KABUPATEN BANYUMAS(2016-10-06) SITO HATMOKO; Henni Djuhaeni; Irvan AfriandiDokter umum praktik perorangan merupakan pintu masuk pertama pelayanan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan berkepentingan untuk meningkatkan kerja sama dengan dokter umum praktik perorangan. Fasilitas kesehatan, termasuk dokter praktik perorangan yang dapat melayani peserta BPJS adalah fasilitas kesehatan yang sudah bekerja sama dengan BPJS. Pada awal tahun 2015 hanya sebagian kecil (9,9 %) dokter umum yang telah bekerja sama dengan BPJS di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan dokter praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS. Faktor-faktor tersebut meliputi persepsi tentang keuntungan, kesesuaian, dan kemudahan implementasi JKN yang merujuk pada teori difusi inovasi yang digagas oleh Rogers. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol yang dilakukan selama periode bulan Januari sampai Maret 2016. Sampel kasus berjumlah 32 dokter yang sudah bekerja sama dengan BPJS dan sampel kontrol berjumlah 96 dokter yang belum bekerja sama dengan BPJS. Analisis data menggunakan uji spearman rho pada bivariabel dan uji regresi logistik ganda pada mutivariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga persepsi (tentang keuntungan, tentang kesesuaian, dan tentang kemudahan implementasi JKN) berhubungan dengan kesediaan dokter praktik bekerja sama dengan BPJS. (Nilai p ketiga variabel di bawah 0,05 dan nilai r di bawah 0,3). Hal ini dapat diartikan semakin baik persepsi dokter tentang kemudahan, kesesuaian, dan kemudahan implementasi JKN akan semakin besar peluang seorang dokter untuk bekerja sama dengan BPJS, tetapi dengan kekuatan hubungan yang lemah. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa persepsi tentang kemudahan implementasi JKN merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kesediaan dokter umum praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS. (OR = 1,575). Diharapkan hasil penelitian ini mempunyai daya ungkit terhadap peningkatan partisipasi dokter praktik perorangan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di Kabupaten Banyumas. Faktor yang menjadi perhatian utama dalam upaya tersebut adalah faktor kemudahan, yaitu dengan cara mempermudah administrasi dan prosedur kontrak kerja sama antara dokter dan BPJS. Upaya lain yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti Dinas Kesehatan, organisasi profesi dokter, dan BPJS adalah melakukan sosialisasi lebih intensif tentang persyaratan administrasi dan prosedur kontrak dokter praktik bekerja sama dengan BPJS.Item Pengaruh Predisposing Factor, Enable Factor, Reinforcing Factor, terhadap Praktik Keselamatan Kerja pada Tenaga Kesehatan Dalam Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas Wilayah Kota Cilegon Tahun 2011(2012-10-25) FAUZUL HAYAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Upaya keselamatan kerja dalam pengelolaan limbah medis padat merupakan tindakan pengendalian risiko cidera dan infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dan masyarakat dari bahaya kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh predisposing factor, enabling factor, reinforcing factor terhadap praktik keselamatan kerja pada tenaga kesehatan dalam pengelolaan limbah medis padat. Rancangan penelitian ini adalahmixed method (explanatory design) dilaksanakan secara sequensial. Analisis penelitian menggunakan analisis kuantitatif, dilanjutkan dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan faktor predisposing diantaranya pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p enabling seperti ketersediaan dana dan sarana berpengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p reinforcing mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p Disimpulkan bahwa pelatihan, sikap, ketersediaan sarana dan kebijakan yang kurang baik bersama-sama berpengaruh terhadap praktik keselamatan kerja. Diperlukan pelatihan berkelanjutan oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon, sikap dan komitmen pelaksanaan kebijakan yang baik, didukung perbaikan sarana keselamatan kerja sebagai motivasi kerja dan faktor kerja pada tenaga kesehatan dalam pengelolaan limbah medis padat di puskesmas. Kata kunci: enabling, keselamatan kerja, limbah medis padat, predisposing, reinforcing ABSTRACT Safety efforts in the management of solid medical waste is done to control risk of injury and infection performed by all health workers to prevent the onset of health problems, protect workers and the public health hazards. This study aims to determine the influence of predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors of safety practices in health care in the management of solid medical waste. This research used a mixed method (explanatory design) with sequential study. Data were analyzedquantitative analysis, followed by qualitative analysis. The result using show that predisposing factors such as education, training, knowledge and attitudes have an influence on safety practices (p According to the result, it was proven that a lack of training, attitude, facility and policy together has an impact on safety practices for management of solid medical waste in health care facility. It is important to have required continuing education and training, good attitude, commitment tothe implementation ofgood policies,especiallyadequate facilities in addition to motivate health workers in workplace safety practices in the management of solid medical waste. Key words: enabling, predisposing, reinforcing, safety practices, solid medical waste.Item Pengaruh sistem pemesanan makanan digital terhadap ketepatan waktu pemberian makanan dan kepuasan pasien(2022-10-15) LINA FERYANA; Siska Wiramihardja; Dida Akhmad GurnidaSistem pemesanan makanan manual membutuhkan waktu yang lama mengakibatkan rentang waktu distribusi makanan pasien menjadi panjang sehingga mengakibatkan pemberian makanan kepada pasien menjadi tidak tepat waktu. Pemesanan makanan pasien secara digital akan mempermudah pemesanan makanan pasien dan mengurangi waktu kerja, sehingga berpengaruh pada ketepatan waktu pemberian makanan pasien dan kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peningkatan ketepatan waktu pemberian makanan pasien sebelum dan sesudah penerapan sistem pemesanan makanan secara digital dan mengeksplorasi informasi tentang kepuasan pasien dalam hal pelayanan makanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan desain campuran yang berbentuk parallel concurrent mixed method. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Jumlah sampel sebanyak 91 responden dan 5 partisipan dengan teknik non probability sampling. Hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan bermakna waktu distribusi makanan antara sebelum dan sesudah penerapan aplikasi pemesanan makanan dengan p value 0,001; ada perbedaan yang signifikan ketepatan waktu pemberian makanan sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi pemesanan makanan dengan p value 0,001; ada hubungan yang signifikan antara ketepatan waktu pemberian makanan dengan kepuasan pasien dengan p value 0,006. Kesimpulan penelitian adalah terdapat peningkatan ketepatan waktu pemberian makanan pasien sesudah penerapan aplikasi sistem pemesanan makanan secara digital dan hasil penelitian ini memberikan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh tentang penerimaan pasien terhadap pelayanan makanan, yang teridentifikasi pada lima tema utama yaitu citarasa makanan yang dapat diterima, menu makanan yang bervariasi, waktu penyajian makanan yang tepat, penampilan petugas penyaji makanan yang rapi akan memberikan kepuasan pada pasien