EKOSISTEM INTERAKSI DIGITAL (STUDI KASUS MILENIAL TIONGHOA DI GLODOK MELALUI INSTAGRAM)

Abstract

Kehidupan Milenial Tionghoa saat ini tidak terlepas dari kisah rangkaian sejarah panjang keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia. Kedatangan bangsa Tiongkok ke Nusantara hingga proses pendewasaan politik dan demokrasi di Indonesia khususnya tragedi Mei 1998 di Jakarta, membawa cerita tersendiri bagi masyarakat etnis Tionghoa. Glodok sebagai Kawasan Pecinan di Jakarta menjadi pusat kerusuhan pada tregedi tersebut, peristiwa tersebut merenggut korban jiwa disertai dengan pengerusakan, pembakaran, dan penjarahan pertokoan yang ada di kawasan Glodok. Peristiwa tersebut masih melekat diigatan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat etnis Tionghoa Glodok. Ingatan-ingatan tersebut menjadi cerita untuk generasi ke generasi bahwa Indonesia pernah mengalami situasi yang sulit pada saat itu. Milenial Tionghoa saat ini adalah generasi yang hidup dimasa kejayaan teknologi komunikasi dan informasi. Instagram sebagai salah satu media sosial merupakan alat populer yang digunakan milenial dalam berinteraksi di ruang virtual. Selain membawa sisi positif Instagram juga membawa sisi negatif, seperti maraknya hoaks, disinformasi, dan konten negatif dapat memicu konflik dalam lingkup sosial dan virtual. Salah satunya adalah peristiwa pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang bernuansa SARA, telah menimbulkan konflik dan ancaman bagi masyarakat etnis Tionghoa. Peristiwa tersebut seakan mengingatkan milenial Tionghoa atas peristiwa yang telah terjadi sebelumnya yang menimpa etnis Tionghoa. Dari cerita singkat tersebut penelitian ini melihat bagaimana gambaran nilai-nilai Tionghoa diwariskan kepada milenial Tionghoa, dan mengetahui bagaimana milenial Tionghoa dalam berinteraksi melalui media sosial khususnya Instagram, serta bagaimana Pola ekosistem komunikasi digital terhadap generasi Milenial Tionghoa. Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah Studi Kasus dan menggunakan aplikasi Analisi.io sebagai alat untuk membaca interaksi Instagram. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pewarisan nilai-nilai Tionghoa diturunkan melalu memori kolektif. Kedua dalam menggunakan Instagram Milenial Tionghoa kurang aktif dalam berinteraksi, namun aktif dalam menonton informasi baik melalui reels atau newsfeed Instagram. Hal tersebut bertujuan menciptakan filter harmonisasi di media sosial untuk tidak terpapar dalam informasi palsu atau informasi yang mengarah pada unsur SARA. Ketiga Model yang dihasilkan dari penelitian ini adalah model Ekosistem Interaksi Digital yang meliputi aspek historis, aspek memori, aspek digital media sosial, dan aspek penggunaan media sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ekosistem Interaksi Digital yang dilakukan Milenial Tionghoa adalah dengan menciptakan filter harmonisasi dalam pemanfaatan Instagram.

Description

Keywords

Ekosistem, Interaksi Digital, Milenial Tionghoa

Citation