Yuyun YuwariahAnne NurainiALAN RANDALL GINTING2024-05-172024-05-172016-03-30https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/150320130006Penelitian ini terdiri dari dua tahap percobaan, yaitu percobaan tahap pertama seleksi 23 genotip jawawut yang ditanam tumpangsari dengan ubi jalar untuk mendapatkan lima genotip jawawut berumur genjah yang memiliki pertumbuhan dan hasil yang maksimal, sedangkan percobaan tahap kedua yaitu pengaruh tumpangsari sistem baris antara lima genotip jawawut terseleksi dengan ubi jalar terhadap pertumbuhan, hasil dan produktivitas lahan. Pada percobaan tahap pertama karakter yang berkontribusi terhadap keragaman berdasarkan analisis PCA (Principal Component Analysis) pada tanam tunggal dan tumpangsari 23 genotip jawawut yaitu tinggi tanaman 14 sampai 56 hst, jumlah daun 42 dan 56 hst, umur panen dan bobot 1000 butir. Karakter hasil 23 genotip jawawut menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai karakter bobot biji per rumpun, bobot 1000 butir dan biomassa pada tanam tunggal dan tumpangsari berdasarkan uji t. Lima genotip jawawut berumur genjah yaitu genotip 30, 39, 44, 46 dan 48 dengan umur panen berkisar 77-129 hst. Genotip 39, 44 dan 48 memiliki kemampuan adaptasi yang relatif tinggi pada tanam tunggal dan tumpangsari berdasarkan analisis klaster. Genotip 30 dipilih karena berumur genjah, jumlah anakan yang banyak dan mempunyai bobot biji per rumpun yang lebih tinggi dibandingkan empat genotip berumur genjah yang lain, sedangkan genotip 46 dipilih karena berumur genjah dan memilki bobot biji per rumpun yang lebih tinggi dibandingkan dengan genotip 39 dan 44. Pada percobaan tahap kedua terdapat pengaruh tumpangsari sistem baris pada pertumbuhan lima genotip jawawut terseleksi pada karakter tinggi tanaman 56 dan 70 hst, jumlah anakan dan kandungan klorofil jawawut namun tidak terdapat pengaruh pengaturan tumpangsari sistem baris pada komponen hasil dan hasil jawawut. Genotip 30 dengan umur panen berkisar 133 hst memiliki bobot biji per rumpun paling tinggi yaitu 33.98 g, sedangkan bobot bji per rumpun paling rendah terdapat pada genotip 44 yaitu 18.63 g dengan umur panen berkisar 77 hst. Rasio kompetisi (RK) genotip 39, 44, 46 dan 48 dengan pengaturan tumpangsari 5:1 (jawawut : ubi jalar) memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan tanam tunggal dan pengaturan baris yang lain, hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai RK ubi jalar terendah dengan pengaturan 5:1 dibandingkan pengaturan yang lain. Genotip 30 memberikan nilai RK tertinggi pada pengaturan 3:1 dibandingkan pengaturan yang lain, berbanding terbalik dengan nilai RK ubi jalar yang tertinggi pada pengaturan 3:1. Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) tertinggi terdapat pada genotip 44 dengan pengaturan 5:1 dengan nilai NKL 1.22, sedangkan NKL terendah terdapat pada genotip 46 dengan pengaturan 3:1 dengan nilai NKL 1.07.jawawutseleksiumur panen genjahPENGARUH TUMPANGSARI SISTEM BARIS ANTARA LIMA GENOTIP JAWAWUT (Setaria italica L. Beauve) TERSELEKSI DENGAN UBI JALAR TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN PRODUKTIVITAS LAHAN