Vita Mulya Passa NoviantiRasmi RikmasariIGNASIA RENATA MULYA2024-06-062024-06-062020-04-17https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/160110160041Pendahuluan: Bruxism adalah aktivitas parafungsional yang sering dikaitkan dengan kebiasaan clenching, gnashing, dan grinding antar gigi dan dilakukan pada saat tersadar ataupun tertidur. Kebiasaan bruxism jika dilakukan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya pemendekan dimensi vertikal dan penambahan lebar bigonial mandibula. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling pada 40 orang yang merupakan pasien RSGM Unpad, terdiri dari 20 orang bruxism dan 20 orang non bruxism. Data diperoleh dengan memotret wajah pasien bruxism dan non bruxism di Instalasi Prostodonsia RSGM Unpad. Hasil foto dianalisis menggunakan aplikasi Photoshop dan dihitung menggunakan metode horizontal thirds dan vertical fifths. Hasil: Hasil analisis foto wajah menunjukkan pada sepertiga wajah bagian bawah penderita bruxism memiliki rata-rata 3,11 cm sedangkan non bruxism memiliki rata-rata 3,52 cm yang signifikan secara statistik pada penderita bruxism dibandingkan dengan non bruxism. Pembahasan: Pemendekan dimensi vertikal terjadi karena bruxism dilakukan terus menerus dan mengakibatkan keausan bagian insisal dan oklusal gigi. Penambahan lebar bigonial mandibula disebabkan karena kontraksi otot maseter terus menerus yang menyebabkan terjadinya remodeling mandibula. Simpulan: Proporsi wajah yang ditinjau dari hasil foto wajah penderita bruxism lebih pendek pada sepertiga wajah bagian bawah dibandingkan dengan non bruxism.Bruxismdimensi vertikallebar bigonialPerbedaan Proporsi Wajah antara Pendera Bruxism dengan Non Bruxism