Ivan Surya PradiptaErna HerawatiFAUZIA RAHMA CAHYANI2024-05-302024-05-302022-04-14https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/260110180049Pandemi COVID-19 menyebabkan terjadinya penurunan angka deteksi dan pelaporan kasus TB. Apotek sebagai tempat pertama ketika pasien mencari pengobatan berpotensi dalam melakukan pendeteksian kasus TB sehingga dapat menghindari terjadinya keterlambatan pengobatan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi strategi yang tepat dalam mengimplementasikan program PPM dengan keterlibatan farmasi komunitas dalam fungsi 3M (mendeteksi kasus TB, memonitoring terapi TB, dan mengedukasi masyarakat). Studi kualitatif dilakukan di Kota Bandung dengan partisipan dari berbagai latar belakang (apoteker di apotek, apoteker Puskesmas, pengelola program TB tingkat Puskesmas, dokter, dan organisasi profesi). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD. Hasil wawancara ditranskripsikan dari rekaman audio dan visual lalu data dianalisis dengan bantuan software Atlas.ti 9 dan dilaporkan mengikuti kaidah COREQ-32. 15 partisipan telah diwawancara dengan melaporkan 18 strategi dari tujuh domain Flottorp, yaitu diperlukan pedoman pelaksanaan program, capacity building, pelatihan komunikasi, program terjadwal, ceklis skrining, telemedisin, formulir rujukan, sosialisasi program, menyediakan sistem informasi, SKP, ruang konseling, regulasi dan kontrak. Strategi-strategi yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi panduan bagi penentu kebijakan dalam membuat program PPM berbasis farmasi komunitasTuberkulosisApoteker di apotekStrategi pengendalian tuberculosisSTRATEGI IMPLEMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN KOMUNITAS UNTUK PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI KOTA BANDUNG