Tomy PerdanaLies SulistyowatiSRI AYU ANDAYANI2024-05-172024-05-172011https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/150130110012Kolaborasi diantara pelaku dan pendukung seharusnya dapat menunjang program pengembangan klaster cabai merah di Kabupaten Garut, namun sampai sejauh ini dari hasil kerjasama yang sudah berjalan sejak tahun 2011 belum dapat memberikan kepuasan bagi semua pihak yang terlibat. Dalam klaster cabai merah masih terdapat permasalahan yang mengindikasikan berbagai risiko. Fenomena permasalahan di atas memunculkan pertanyaan penelitian yaitu kolaborasi kemitraan yang bagaimana yang dapat mengelola risiko yang terjadi pada klaster yang dapat meningkatkan pendapatan petani cabai merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dari risiko yang terjadi dan keterkaitan dari risiko-risiko itu, selain itu penelitian ini juga menghasilkan suatu model kemitraan yang mampu mengelola risiko yang terjadi. Dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan soft system dynamics methodology (SSDM) yang merupakan pendekatan pemodelan berpikir sistemik yang dapat memahami situasi yang belum terstruktur dan memuat berbagai komponen dan hubungan diantaranya yang menggunakan hubungan sebab akibat (causal) sebagai dasar dalam memahami perilaku yang dinamis dari sebuah sistem yang kompleks dalam mengkaji risiko yang terjadi pada klaster cabai merah. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa risiko produksi masih terjadi yang dapat mempengaruhi pada pasokan cabai merah ke industri yang tidak sesuai dengan kontrak perjanjian juga kualitas cabai merah yang belum sesuai dengan harapan. Hal ini memicu pada terjadinya risiko pasar dan kelembagaan karena saling terkait dalam suatu sistem juga akibat dengan terbatasnya sumber daya petani cabai merah dan kurangnya dukungan dari berbagai pihak yang terlibat dalam klaster. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa klaster cabai merah terindikasi adanya risiko produksi, risiko pasar, dan risiko kelembagaan yang terakumulasi dalam risiko keuangan. Dalam upaya pengelolaan risiko yang terjadi, penelitian ini mengajukan tiga kebijakan/skenario yaitu: (1) kebijakan teknologi naungan rainshelter, (2) kebijakan pengalihan piutang melalui perusahaan anjak piutang, dan (3) kebijakan Asuransi kerugian pertanian. Dalam mengelola risiko produksi yang terjadi, penggunaan teknologi naungan rainshelter secara efektif memberikan dampak positif dari segi kuantitas juga dapat meningkatkan kualitas on grade. Dengan skenario kebijakan pengalihan piutang melalui anjak piutang (factoring), dan menghilangkan struktur piutang, kas petani meningkat sehingga likuiditas petani semakin baik dalam melaksanakan usahatani cabai merah. Dengan skenario asuransi pertanian sebagai salah satu komponen penting dalam manajemen risiko, likuiditas petani cabai merah cenderung meningkat dalam jangka panjang sehingga keberlanjutan usahatani cabai merah terus berlangsung. Dalam upaya mengembangkan klaster cabai merah, model kemitraan yang dapat diterapkan untuk mengelola risiko adalah model inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan secara efisien dan berkelanjutan. Penerapan model tersebut seyogyanya didukung dengan penguatan kelembagaan didalamnya serta kolaborasi yang lebih baik dari berbagai pihak yang terkait dalam klaster cabai merah. Katarisikoklastercabai merahMODEL KEMITRAAN KLASTER AGRIBISNIS CABAI MERAH UNTUK MENGELOLA RISIKO