Aziiz Mardanarian RosdiantoWendry Setiyadi PutrantoARNESTASYA FITRI ANDRIANI SYAEFULOH2024-06-112024-06-112023-08-15https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/130210190043Permintaan kebutuhan daging sapi secara nasional yang terus meningkat berjalan linear dengan penggunaan antibiotik pada sapi dalam hal penanggulangan penyakit, terapi, suportif atau pencegahan hingga digunakan sebagai growth promoters. Penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) pada sapi telah dilarang dalam Permentan No. 14 Tahun 2017 Pasal 16 tentang Klasifikasi Obat. Namun, residu antibiotik, khususnya tetrasiklin pada daging sapi masih ditemukan dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan residu tetrasiklin pada daging sapi dan mengetahui apakah residu tetrasiklin pada daging sapi berada dalam kadar maksimum yang ditentukan oleh SNI. Penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeteksi residu tetrasiklin pada daging sapi dengan metode purposive sampling. Sampel daging sapi yang digunakan dalam penelitian sebanyak 8 ekor berasal dari daging sapi lokal, impor, dan daging dari sapi impor yang dipotong di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan di daerah Bandung dan sekitarnya. Setelah sampel dikumpulkan, sampel diuji menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 354 nm dengan metode standar adisi. Hasil analisis kuantitatif memperoleh semua sampel yang diuji positif mengandung residu tetrasiklin di atas BMR yang ditentukan oleh SNI dengan rata-rata residu sebanyak 36,53 μg/g.antibiotik pemacu pertumbuhanresidu antibiotikspektrofotometri UV-VisDETEKSI RESIDU TETRASIKLIN PADA DAGING SAPI MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS