WidyonugrahantoAyu SeptianiNOUR MUHAMMAD ADRIANI2024-05-222024-05-222015-10-20https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/180310110009Kesamaan kultural di antara masyarakat Indonesia dan Malaysia pernah menjadi ide politik yang berwujud dalam gerakan riil pada permulaan abad ke-20. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa jauh ide politik yang bersumber dari identitas Kemelayuan itu – yang dikenal sebagai keserumpunan – diungkapkan oleh para tokoh dari masing-masing wilayah. Sebuah analisis dibuat untuk menunjukan keterhubungan di antara pemikiran-pemikiran tersebut, beserta kekhasan yang bersumber dari latar belakang si pemikir. Penelitian ini menggunakan Metode Sejarah yaitu tahapan, (1) heuristik; (2) kritik; (3) interpretasi; dan (4) historiografi, dengan Teori Konstruktivisme Sosial dari Ted Hopf serta Identitas Kolektif dari Alexander Wendt sebagai ilmu bantu eksplanasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan, pertama, para tokoh utama yang mengusung gagasan Keserumpunan sebagai ideal politiknya antara lain di Indonesia: Tan Malaka; M. Yamin; dan Adam Malik; sementara di Malaysia: Ibrahim Yaacob; Dr. Burhanuddin al-Helmy; dan Tun Abdul Razak. Kedua, terdapat perbedaan perspektif pemikiran dari semua tokoh itu tetapi terdapat hubungan yang meyakinkan satu dengan yang lainnya. Ketiga, ide dan realitas keserumpunan dalam praktek tidak seindah visinya, banyak kepentingan politik yang merusak pemikiran itu sendiri. Keempat, melalui teori yang digunakan dipahami bahwa visi keserumpunan berpengaruh besar terhadap pragmatisme negara pasca-merdeka, salah satunya dalam meredam konflik yang terjadi dalam hubungan dua negara.Ide PolitikKeserumpunanIndonesia-MalaysiaDari Pan-Malaya hingga Majelis Bahasa: Ide Kepolitikan Negara Serumpun dalam Hubungan Indonesia - Malaysia, 1945 1972