Yudhie AndriyanaLienda NoviyantiVIEVIEN ABIGAIL DAMU DJARA2024-05-302024-05-302022-03-24https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/140720200015Stunting disebabkan faktor multidimensi dan tidak hanya dipengaruhi oleh asupan gizi yang buruk. Memperhatikan gizi balita dan variabel sosial ekonomi lainnya dapat menurunkan prevalensi stunting. Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di pulau Jawa. Jumlah balita stunting tertinggi terdapat di pulau Jawa. Pada tahun 2018, prevalensi stunting di pulau Jawa mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017, sehingga peningkatan prevalensi ini akan menambah beratnya beban pemerintah dalam menurunkan stunting di Indonesia. Terdapat autokorelasi spasial pada prevalensi stunting di Pulau Jawa, sehingga salah satu model spasial yang dapat digunakan adalah Spatial Autoregressive. Keberadaan pencilan dapat menyebabkan hasil estimasi parameter menjadi tidak akurat. Menghapus pencilan dalam data spasial dapat mengubah komposisi efek spasial pada data. Penelitian ini menggunakan S-estimator untuk mengatasi keberadaan pencilan. Proses analisis dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi berbasis web yang telah dikembangkan oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel gizi buruk, variabel pengeluaran, variabel pendidikan, dan variabel pengelolaan sampah rumah tangga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prevalensi stunting di pulau Jawa. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa tiga dari tujuh variabel penjelas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prevalensi stunting di pulau Jawa. Hasil evaluasi model menunjukkan bahwa instrument variable with S-estimator memiliki residual standard error yang lebih rendah dan R-square yang lebih tinggi dibandingkan instrument variable without S-estimator.StuntingRobustSpatial Autoregressive (SAR)Pemodelan Prevalensi Stunting Balita di Pulau Jawa Menggunakan Robust Spatial Autoregressive Model With S-Estimator