Nana SuryanaLina Meilinawati RahayuM. AZMI FAWAZ2024-07-312024-07-312023-10-09https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/180110180067Kepriyayian sebagai fenomena budaya Jawa membuat nilai kepriyayian masih melekat pada masyarakat Jawa kontemporer. Penelitian mengenai perbandingan antara novel Para Priyayi karya Umar Kayam dengan novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya dilakukan untuk melihat nilai kepriyayian yang terepresentasikan oleh tokoh priyayi pada kedua novel tersebut. Penelitian ini menggunakan teori sastra bandingan berdasarkan perspektif Sapardi Djoko Damono, teori representasi berdasarkan perspektif Stuart Hall, dan klasifikasi nilai kepriyayian yang didapatkan dari Cliffort Geertz dan Franz Magnis-Suseno. Hasil penelitian menunjukkan terdapat persamaan dan perbedaan antara tokoh Sastrodarsono dan tokoh Teto. Sastrodarsono sangat baik dalam menggambarkan etiket priyayi. Klasifikasi pengendalian emosi menunjukkan kedua tokoh mampu mengendalikan emosi yang muncul dalam diri mereka. Namun, Teto memiliki kemampuan untuk mengendalikan nafsu lebih baik bila dibandingkan dengan Sastrodarsono. Ketaatan beribadah sebagai tanggung jawab atas kepercayaan tidak ditunjukkan oleh kedua tokoh. Pola pergaulan berpengaruh kepada kedua tokoh. Sementara itu, keseimbangan hidup ditunjukkan dengan detail oleh tokoh Sastrodarsono, sementara itu tokoh Teto tidak menunjukkan hal tersebut.priyayisastra bandinganBurung-Burung ManyarREPRESENTASI KEPRIYAYIAN YANG TEREFLEKSI DALAM NOVEL PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM DAN BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA Y.B. MANGUNWIJAYA: KAJIAN SASTRA BANDINGAN