Asep MulyanaGanjar KurniaANNE CHARINA2024-05-172024-05-172023-07-12https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/150130190006Penelitian ini mengeksplorasi perjalanan usaha yang dilalui oleh industri kecil agro milik etnis Sunda sehingga mampu berumur panjang dan bertahan lintas generasi. Studi ini penting karena tingginya tingkat kegagalan industri kecil terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat empat industri kecil agro terpilih yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini, yaitu: Industri Kerupuk Pancarasa di Kabupaten Ciamis, Industri Dodol Sarinah di Kabupaten Garut, Industri Kerajinan Anyaman Binangkit di Kabupaten Tasikmalaya, dan Industri Tahu Sari Bumi di Kabupaten Sumedang. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Data primer didapat melalui indepth interview, wawancara semi terstruktur dan Foccus Group Discussion. Kinerja obyektif ditunjang dari berbagai sumber sekunder seperti laporan keuangan perusahaan. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan prinsip Analisis Tematik yang dibantu dengan perangkat lunak N-Vivo 12, sementara pengukuran indeks dan status keberlanjutan dianalisis dengan RAP-IK 2016 software versi R. Hasil penelitian menjunjukan bahwa pada industri kecil agro yang berumur panjang, pembentukan pengusaha Sunda didasarkan pada faktor keturunan, berasal dari golongan elit tradisional, latar belakang agraris, dalam kemunculannya, membangun usaha secara mandiri, tanpa intervensi pemerintah. Proses industrialisasi pada industri kecil agro lintas generasi cenderung berjalan lamban dan mengalami transformasi mode produksi yaitu dari mode produksi pra-komersil, komersil, hingga hybrid komersil modern. Di sisi lain, kebijakan pemerintah terkait industrialisasi sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi dan politik rezim yang berkuasa, yang kemudian memberikan beberapa pengaruh pada perkembangan industri kecil agro. Pada industri kecil agro lintas generasi juga telah terjadi penurunan kinerja dan penurunan pertumbuhan usaha, yang terjadi karena faktor: persaingan, kebijakan pemerintah yang dianggap memberatkan, serta guncangan/ resesi ekonomi. Hadirnya industri rumah tangga menjadi pesaing kuat yang menggoyahkan industri kecil agro. Kuatnya eksistensi industri rumah tangga, disebabkan oleh faktor: kuatnya motivasi berbisnis, penggunaan tenaga kerja keluarga, fleksibel, biaya operasional yang rendah serta memiliki ceruk pasar yang tepat yaitu banyaknya golongan masyarakat menengah ke bawah sebagai konsumen. Penelitian ini juga menghasilkan proposisi bahwa pada dasarnya konsep “sustainability” tidak bisa direpresentasikan dengan kemampuan bertahan lintas generasi, umur panjang perusahaan atau “longevity”. Industri kecil yang mampu bertahan lintas generasi dan berumur panjang, belum tentu berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Minat generasi penerus, Orientasi konservatif, Prestise, Komitmen, Perencanaan Suksesi, Adaptasi, Mode Produksi, Lingkungan fisik dan Nilai budaya Sunda (yang meliputi: tingginya orientasi jangka panjang, tingginya kolektivitas, rendahnya jarak kekuasaan, serta tingginya rasa syukur), merupakan faktor-faktor yang berperan positive pada umur panjang industri kecil agro (Longevity). Sementara nilai budaya Sunda yang meliputi tingginya penghindaran ketidakpastian dan tingginya maskulinitas justru menghambat kinerja ekonomi industri kecil agro di dalam mencapai keberlanjutan usaha (Sustainability). Kinerja sosial industri kecil agro lebih didasari oleh aspek normatif dan nilai religius pengusaha, sedangkan kinerja lingkungan lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pengusaha yang didapat dari jalur pendidikan formal. Pengembangan industri kecil agro melalui perintisan pengusaha generasi penerus yang bernalar kritis, kreatif, inovatif, kompetitif dan kolaboratif, serta Pengelolaan budaya bisnis berbasis komunitas dan perancangan Inovasi Terbuka disarankan untuk mewujudkan industri kecil agro yang berkelanjutan.pengusaha Sundaindustrialisasinilai budayaKEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL AGRO PADA PENGUSAHA SUNDA