Mumuh Muhsin ZKunto SofiantoWAHYU IRYANA2024-05-222024-05-222019-08-21https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/180130150004Gerakan Syiah masih tetap eksis di Indonesia hal ini tentu menumbulkan pertanyaan kenapa Syiah bisa terus berkembng. Penelitian terkait gerakan perkembangan Syiah khususnya di Jawa Barat sangat layak dikaji lebih dalam, terlebih lagi Jawa Barat merupakan penduduk terbanyak di Indonesia. Konsep dakwah Taqiyah yang sudah dijalankan oleh Syiah menjadikan perkembangan gerakan Syiah tidak bisa dideteksi secara jelas sehingga Syiah dengan leluasa mengembangkan gerakannya. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan Syiah di Jawa Barat dari Abad ke- 16 hingga abad ke-20.Dampak Revolusi Iran terhadap penyebaran Syiah di Jawa Barat (1979-2001) dan Respon Institusi dan Ormas Islam terhadap Syiah. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian sejarah, yaitu penelitian yang mempelajari peristiwa atau kejadian masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang dihasilkan, melalui empat tahap yaitu:heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teori yang digunakan adalah teori konflik yang berasal dari gagasan Lewis A Coser. Ia berpendapat bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur social untuk menguatkan. Kedua, teori fungsional dari William F Ogburn untuk menjelaskan perkembangan Syiah. Ketiga, teori challenge and response dari Arnold Joseph Toynbee untuk menjelaskan tanggapan dan respon ormas Islam terhadap Syiah. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: pertama, kemunculan komunitas orang-orang yang datang dari Hadhramaut (Yaman) dan Persia ke Nusantara yang beraliran Syiah ditengerai karena adanya pembantaian oleh Dinasti Muawiyah yang sedang berkuasa saat itu. Komunitas orang-orang Arab dikenal dengan sebutan orangorang perahu oleh penduduk Nusantara. Mereka kemudian mendarat di wilayah Maemon, Medan. Sumatra, di Peurlak Aceh, dan mengembangkan jalan dakwah ke pulau Jawa melalui jalur pesisir. Ketika Malaka dikuasai Portugis pada 1511, Orang-orang Syiah migrasi ke Pulau Jawa tepatnya ke wilayah kekuasan Kerajaan Demak dan Kesultanan Cirebon. Salah satunya adalah Syech Abdul Djalil, dari murid-murid Syech Abdul Djalil inilah Syiah menyebar ke Jawa Barat. Singkatnya pada 1872 komunitas Arab menyebar ke seluruh daerah di Jawa Barat. Kedua, Gerakan Revolusi 1979 di Iran telah memberikan angin segar bagi berkembangnya Syiah di Indonesia dan meluas ke Jawa Barat melalui gerakan intelektual kaum muda di kampus-kampus, adanya program beasiswa ke Qom, Iran dan kemunculan organisasi taktis Syiah yaitu IJABI dan ABI. Ketiga,adanya respon dari Institusi pemerintah dan Ormas lain terkait sikap terhadap Syiah adalah bentuk reaksi terhadap berbagai dinamika sosial yang berkembang di Masyarakat. Pro dan Kontra terkait Syiah sudah ada sejak awal kemunculan Syiah.GerakanSyiahJawa BaratGerakan Syiah di Jawa Barat (Abad ke-16 Hingga Abad ke-20)