Erna HerawatiIvan Surya PradiptaHASNA SITI MUNIFAH ISMAN2024-05-302024-05-302022-05-27https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/260110180050Masih tingginya angka kesenjangan antara notifikasi kasus tuberkulosis (TB) terdiagnosis dan yang tidak terdiagnosis menunjukkan pentingnya partisipasi berbagai fasilitas swasta seperti apotek yang menjadi fasilitas pilihan pertama bagi pasien TB mendapatkan pengobatan gejalanya. Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai hambatan dan fasilitas untuk dapat melibatkan apoteker di apotek dalam strategi perluasan pengendalian TB melalui fungsi 3M (mendeteksi kasus, memonitoring terapi, dan mengedukasi). Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dilakukan di wilayah Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD pada partisipan dari berbagai latar belakang. Seluruh hasil perekaman wawancara ditranskripsi dan dianalisis menggunakan bantuan software Atlas.ti 9. Wawancara dilakukan pada 15 partisipan dan diidentifikasi 18 hambatan yang diklasifikasikan dalam lima tema utama (faktor pedoman, pasien, individu tenaga kesehatan, interaksi antar profesional, insentif dan sumber daya) serta diidentifikasi enam fasilitas pendukung yang diklasifikasikan dalam dua tema utama (interaksi antar profesional serta insentif dan sumber daya). Terdapat grup komunikasi whatsapp, program KOPI TB, sistem rujukan fasilias swasta, sistem informasi SITB dan WIFI TB, serta SKP IAI yang dapat menjadi sarana pendukung pelaksanaan fungsi 3M ini. Hambatan dan fasilitas yang telah diidentifikasi dapat digunakan sebagai informasi dan panduan awal untuk melakukan intervensi lanjutan terkait pelibatan apoteker di apotek dalam program pengendalian tuberkulosis.TuberkulosisPublic Private MixFarmasi KomunitasHAMBATAN DAN FASILITAS IMPLEMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN KOMUNITAS UNTUK PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI KOTA BANDUNG