WidyonugrahantoKunto SofiantoBASRIN MELAMBA2024-05-222024-05-222019-10-23https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/180130160019Disertasi ini berjudul Kristen Protestan dan Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Tolaki dan Moronene di Sulawesi Tenggara (1915-2006). Masalah yang diteliti dalam disertasi ini yaitu bagaimana masuk dan berkembangnya agama Kristen Protestan di Sulawesi Tenggara periode 1915-2006? Bagaimana peran elit dalam penyebaran agama Kristen Protestan di Sultra? Bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi akibat penyebaran agama Kristen Protestan di Sultra?. Untuk membuat eksplanasi (penjelasan) atau permasalahan dipergunakan pendekatan multidimensi dengan meminjam teori ilmu-ilmu sosial. Teori yang digunakan dalam penelitian ini perubahan sosial dari Bourdieu dengan menggunakan konsep habitus (habitus), arena (field/champ), dan modal (capital) strategi (strategy) (Bourdieu, 1990: 79). Metode penelitian yaitu metode sejarah terdiri heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan hal-hal sebagai berikut: arus besar masuknya agama Kristen Protestan di Sulawesi Tenggara, mengalami dinamika pasang surut perkembangan maupun pertumbuhan. Periode pertama (1915-1942) terbagi: Tahap perintis dan identifikasi (1915-1919) terjadi pola negosiasi dan pribumisasi (indigenisasi) zending pada masyarakat pribumi. Tahap intensifikasi dan aktualisasi (1919-1942). Tahap ini zending mengalami masa kegemilangan perkembangan yang pesat seperti tren kuantitas jemaat meningkat maupun wilayah penyebaran menjangkau pedalaman. Arena (field/champ) sasaran zending berfokus di wilayah pedalaman (vorstelanden). Eksistensi habitus, arena (champ), modal (capital) di tambah strategi (strategy) menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan zending periode ini. Periode kedua (1942-1967) disebut masa-masa sulit dan krisis, sejak pendudukan Jepang hingga berakhirnya gejolak DI/TII. Masa ini, agama Kristen mengalami masa sulit berupa tekanan akibat berbagai kebijakan Jepang posisi sulit bagi jemaat segala aktivitas gereja, dan beberapa pos pelayanan gereja hilang. Periode ini terjadi penurunan kuantitas jemaat dan wilayah penginjilan akibat krisis/dampak DI/TII. Masa ini terjadi peralihan pengelolaan gereja dari kaum Eropa atau NHK ke kaum pribumi. Periode ketiga (1967-2006), terbagi (a) tahap pemulihan 1967-1986 masa ini perkembangan jemaat stagnan dan terlambat. Kebangkitan zending lebih menitikberatkan kepada rekonversi agama, perawatan iman dan mengembangkan gereja, penataan gereja dan kelembagaan. (b) Tahap kebangkitan dan peneguhan identitas (1986-2006) dilaksanakan pembaharuan, penguatan identitas kekristenan, dan pembangunan gereja. Peran elit dalam proses kekristenan menjadi penopang bagi kelangsungan kristenisasi. Kemampuan para agency atau actor mendekati kaum pribumi menimbulkan kooperasi antara elit dan para pezending. Agen bermain cukup baik dalam interaksi dengan kelompok elit penguasa dan elit agama. Lembaga sosial keagamaan Kristen NZV maupun peran para zendeling memberikan sumbangan penting dalam memperkenalkan peradaban modern. Kristen Protestan memberi kontribusi terhadap kemajuan dan perubahan sosial budaya.KristenZendingPerubahan Sosial budayaKRISTEN PROTESTAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PADA MASYARAKAT TOLAKI DAN MORONENE DI SULAWESI TENGGARA (1915-2006)