Johanes HutabaratHendarmawanRASI PRASETIO2024-05-312024-05-312022-12-01https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/270130180010Lapangan panas bumi Wayang Windu telah memiliki kapasitas pembangkit listrik sebesar 227 MW dan direncanakan akan ditingkatkan lagi di masa depan. Salah satu aspek penting dalam pengembangan panas bumi yang berkelanjutan adalah pemahaman mengenai kondisi hidrogeologi lapangan tersebut, yang dapat diperoleh melalui metode isotop dan geokimia. Dalam studi ini, metode isotop khususnya 18O, 2H, 222Rn dan 13C diaplikasikan untuk: (1) mengevaluasi proses-proses fisik yang mempengaruhi komposisi isotop akibat eksploitasi; (2) memahami kaitan distribusi 222Rn dalam gas tanah dengan struktur dan zona permeabel; (3) memahami distribusi CO2 dalam gas tanah, asal-usulnya, serta kaitannya dengan proses transport 222Rn. Sampel air dan gas diambil dari manifestasi panas bumi berupa mata air panas dan fumarol serta sumur produksi untuk dianalisis kandungan kimianya serta isotop 18O dan 2H. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa semua mata air panas merupakan tipe bikarbonat dengan pH netral, kecuali yang terletak di daerah fumarol merupakan tipe asam sulfat. Fluida sumur produksi dengan TDS tinggi (brine) bertipe klorida, sementara fluida sumur produksi dengan TDS rendah (dilute) bertipe bikarbonat, yang mengindikasikan adanya lapisan kondensat di reservoir. Perhitungan geotermometer gas dan kation menunjukkan hasil yang mirip dengan temperatur pengukuran, yaitu antara 280 – 300 °C. Namun demikian, hasil perhitungan kesetimbangan gas – gas menunjukkan kenaikan temperatur dan penurunan fraksi uap dibandingkan dengan studi sebelumnya. Hal ini mengindikasikan adanya kontribusi dari sumber yang lebih panas dan dalam dengan saturasi cairan (liquid saturation) yang tinggi. Selain menunjukkan perbedaan daerah imbuhan antara fluida manifestasi panas bumi dengan fluida sumur produksi, komposisi isotop juga menunjukkan adanya proses fisik dalam reservoir yaitu: pendidihan, pemisahan uap pada temperatur yang berbeda (140 – 260 °C) dan fraksi uap yang berbeda (0,30 – 0,65), serta adanya proses pencampuran dengan air meteorik. Pengambilan sampel gas tanah untuk deteksi 222Rn, CO2 dan 13C dilakukan di 26 titik dengan kondisi geologis yang relatif homogen. Konsentrasi 222Rn yang tinggi dan anomali, yaitu di atas 8.500 Bq/m3 terdapat pada daerah selatan – barat daya dan berkorelasi dengan patahan Pejaten, patahan Banjarsari dan patahan Cibitung. Sebaliknya, konsentrasi 222Rn rendah terdapat di bagian utara, di mana terdapat sumur-sumur panas bumi yang sangat produktif. Sementara distribusi CO2 tanah relatif mirip dengan distribusi 222Rn di mana konsentrasi tinggi dan anomali terdapat di daerah selatan – barat daya, namun tidak berhubungan erat dengan struktur patahan. Data δ13C menunjukkan bahwa asal dari gas CO2 tanah di lokasi studi merupakan campuran antara magmatik, biogenik dan atmosferik dalam berbagai proporsi. Berdasarkan nilai rasio 222Rn/CO2, diperkirakan mekanisme transport 222Rn tidak tergantung CO2 sebagai gas pembawa.HidrogeologiPanas bumiIsotopMulti-Isotop (18O, 2H, 13C, 222Rn) dan Geokimia dalam Karakterisasi Hidrogeologi Lapangan Panas Bumi Wayang Windu, Jawa Barat