Theresia EriyaniYanti HermayantiDEYSA AYUDIAPALA2024-06-132024-06-132023-03-15https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/220310190018Baby smoker country merupakan julukan bagi Indonesia, karena 1,5% perokok memulai merokok pada usia muda. Kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan individu mengalami ketergantungan, menekan nafsu makan, meningkatkan laju metabolisme, serta memberikan efek antiestrogenic yang dapat mengurangi lemak tubuh sehingga dapat mempengaruhi status gizi individu. Pada masa remaja, kebutuhan nutrisi atau gizi harus terpenuhi karena pada masa ini terjadi berbagai perkembangan dan pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketergantungan terhadap perilaku merokok dan status gizi pada remaja perokok aktif di SMAN 9 Garut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa perokok aktif di SMAN 9 Garut, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 158 orang. Variabel penelitian ini adalah tingkat ketergantungan perilaku merokok dan status gizi remaja yang diukur menggunakan instrument Modified Fagestrom Tolerance Questionnaire (Adolescent) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengolahan data menggunakan teknik analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi status gizi dan tingkat ketergantungan perilaku merokok siswa. Hasil penelitian menggambarkan remaja perokok aktif di SMAN 9 Garut sebanyak 36,7% tidak mengalami ketergantungan, sebanyak 28,5% ketergantungan rendah, sebanyak 33,5% ketergantungan sedang, dan sebanyak 1,3% ketergantungan tinggi. Sedangkan untuk status gizi kurus sebanyak 52,5%, status gizi normal sebanyak 38,6%, dan status gizi gemuk sebanyak 8,9%. Dilihat dari tingkat ketergantungan perilaku merokok berdasarkan status gizi, paling tinggi berada pada tidak ketergantungan dengan status gizi kurus sebanyak 12%. Maka dari itu, baik orang tua maupun pihak sekolah perlu melakukan pengendalian terhadap perilaku merokok siswa karena apabila tidak ditanggapi dengan segera akan bergeser ke ketergantungan tinggi. Diperlukan juga penelitian lebih lanjut untuk melihat factor lain yang mempengaruhi status gizi siswa perokok aktif. Perawat memiliki peran untuk memberikan edukasi, dan konseling yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai bahaya perilaku merokok dan cara memiliki status gizi yang baikKetergantungan Perilaku MerokokStatus GiziRemajaGambaran Ketergantungan Perilaku Merokok dan Status Gizi Remaja pada Siswa-Siswi Perokok Aktif di SMAN 9 Garut