Mohamad Sapari Dwi HadianHendarmawanRULLY KHAIRUL ANWAR2024-05-162024-05-162022-12-28https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/250130180507Pemerintah di negara berkembang sering mengklaim pariwisata atau ekowisata sebagai strategi pembangunan terutama untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan kualitas hidup masyarakat setempat. Namun selama ini pendekatan pariwisata yang digunakan tidak berdampak besar bagi masyarakat lokal karena kekeliruan pendekatan yang digunkana khususnya berfokus pada pariwisata massal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik masyarakat di lokasi ekowisata, partisipasi masyarakat dalam ekowisata, dampak negatif dan positif ekowisata, dan keterbatasan masyarakat dalam ekowisata Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian menggunakan metode kualitatif atau secara khusus pendekatan studi kasus berdasarkan paradigma atau perspektif teori kritis. Data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan kajian dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa: pertama, masyarakat lokal Desa Tarumajaya adalah heterogen, terutama dalam tingkat pendidikan dan pendapatan. Banyak warga masih hidup pada garis kemiskinan. Keragaman latar belakang sosial-ekonomi masyarakat ini pun menyebabkan individu dan kelompok dalam masyarakat memiliki persepsi politik dan sikap yang bervariasi terhadap pengembangan ekowisata di daerah tersebut. Kedua, partisipasi masyarakat lokal Desa Tarumajaya dalam pengembangan ekowisata Situ Cisanti berwujud dalam empat bentuk partisipasi, yakni partisipasi dalam konservasi lingkungan; partisipasi dalam ekonomi; partisipasi dalam budaya dan sejarah; dan partisipasi dalam komersialisasi ekowisata melalui penggunaan media sosial. Ketiga, dampak negatif ekowisata Cisanti yakni adanya kontradiksi nilai dan norma budaya antara penduduk desa dan wisatawan, dilema moral di kalangan pemuda desa dan menguatnya praktik nilai-nilai individualistis. Dampak negatif lainnya adalah adanya benturan kepentingan antara masyarakat lokal dengan pemangku kepentingan lainnya, yakni antara masyarakat lokal dengan pengelola ekowisata, TNI dan Perhutani, serta konflik antara warga desa dengan warga desa lainnya. Sementara, dampak positif ekowisata adalah adanya berbagai jenis peluang kerja baru dan kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan dan sejarah-budaya sekitar. Keempat, keterbatasan partisipasi masyarakat lokal dalam ekowisata terjadi karena berbagai faktor, khususnya di ranah ekonomi. Faktor-faktor ini meliputi kekurangan modal, belum efektifnya pengelolaan partisipasi di tingkat desa, kurangnya pemasaran, kurangnya pasokan air bersih di desa, kurangnya dukungan dan konsultasi yang berkelanjutan dari lembaga pemerintah khususnya dalam hal bantuan keuangan, kompensasi, konsultasi pembangunan, dan program pelatihan lanjutan dan keterbatasan sarana dan prasarana sosial desa. Faktor lainnya yang mencerminkan karakteristik warga lokal seperti terbatasnya interaksi sosial antara penduduk desa dengan pengunjung dan minimnya pengetahuan untuk komersialisasi ekowisata dan budaya lokal mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan partisipasi ekowisata yang berkelanjutan merupakan solusi atas pendekatan pariwisata massal yang selama ini diterapkan di Indonesia. Pendekatan partisipasi ekowisata yang berkelanjutan menekankan pada hubungan simbiotik antar unsur-unsur ekowisata, yaitu kegiatan ekowisata, kawasan lindung, dan masyarakat lokal. Melalui hubungan simbiotik ini ketiga unsur ekowisata diharapkan saling menguntungkan satu sama lain.Ekowisata BerkelanjutanPartisipasi MasyarakatSitu CisantiPartisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Ekowisata Daerah Aliran Sungai (Kasus di Situ Cisanti Hulu Sungai Citarum, Jawa Barat, Indonesia)