Tidak ada Data DosenTidak ada Data DosenHARFINDO NISMAL2024-05-172024-05-172015-04-19https://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/160121090005Kerusakan sel pasca bedah akan menghasilkan dua proses, yaitu mekanisme pelepasan prostaglandin dan Interleukin-10 (IL-10) sebagai mediator nyeri dan inflamasi. Dua mediator ini akan merugikan jika tidak dihambat produksinya. Efektivitas keseluruhan dari suatu obat analgetik tergantung pada adekuatnya pengurangan nyeri dan insidensi efek samping atau komplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar Interleukin-10 (IL-10) serum dan skor nyeri Visual Analogue Scale (VAS) serta korelasi antara keduanya pasca pemberian analgetik parasetamol intravena pada pembedahan daerah mulut dan maksilofasial. Metode penelitian ini adalah observasional, bersifat analitik korelasional dengan pendekatan cross-sectional, dan subjek penelitian sebanyak 15 orang. Penelitian dilakukan dengan cara mencatat hasil pemeriksaan kadar Interleukin-10 (IL-10) serum dan skor nyeri Visual Analogue Scale (VAS) pasca pemberian parasetamol intravena pada pembedahan daerah mulut dan maksilofasial. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan student t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kadar Interleukin-10 (IL-10) serum dengan p-value (0,02) dan skor Visual Analogue Scale (VAS) dengan p-value (0,0002) serta korelasi antara keduanya pasca pemberian parasetamol intravena pada pembedahan daerah mulut dan maksilofasial dengan koefisien korelasi Rank Spearman (rs=0,906) dan p–value (1,65373E-06) yang bermakna secara statistik dengan p-value < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah parasetamol intravena dapat direkomendasikan dan dijadikan alternatif obat analgetik pasca pembedahan daerah mulut dan maksilofasial.Parasetamol intravenaInterleukin-10Visual Analogue ScaleKORELASI ANTARA KADAR INTERLEUKIN-10 (IL-10) SERUM DAN SKOR NYERI VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) PASCA PEMBERIAN PARASETAMOL INTRAVENA PADA PEMBEDAHAN DAERAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL