Teknologi Industri Pertanian
Refine
Document Type
- Skripsi (79)
Language
- Indonesian (79)
Has Fulltext
- Yes (79)
Is part of the Bibliography
- No (79)
Keywords
- Antibakteri (4)
- Ketahanan Pangan (4)
- Minyak Atsiri (4)
- Balanced Scorecard (3)
- Ikm (3)
- Lesitin (3)
- Minimum Viable Product (3)
- Pandan Wangi (3)
- Tkks (3)
- Aktivitas Antioksidan (2)
PEMETAAN KETAHANAN PANGAN JAWA BARAT BADAN KOORDINASI PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH IV DENGAN METODE FOOD SECURITY QUOTIENT
ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan mempunyai 3 indikator yaitu ketersediaan pangan, akses pangan serta mutu pangan. Jawa Barat Wilayah IV memiliki potensi dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, industri, pariwisata dan jasa serta pendidikan. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan dan sebagai rekomendasi perencanaan bagi pengambil kebijakan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh peta kondisi ketahanan pangan di Jawa Barat Wilayah IV yang mampu mendukung pengambilan keputusan. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2018 sampai Maret 2019 yang bertempat di Kabupaten/Kota Jawa Barat Wilayah IV. Penelitian ini diakukan dengan menggunakan metode Food security quotient (FSQ) merupakan modifikasi dari metode Location quotient (LQ) yang dapat mentukan komoditas basis agar dapat memilih memilah variabel yang diprioritaskan dan tidak diprioritaskan namun menggunakan variabel ketahanan pangan yang datanya diperoleh dari data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata kondisi ketahanan pangan Jawa Barat Wilayah IV berada pada kondisi tahan pangan. Daerah dengan kondisi sangat tahan pangan yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang. Daerah dengan kondisi tahan pangan yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Pangandaran, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Food Security Quotient dapat digunakan untuk menentukan kondisi ketahanan pangan suatu daerah.
Kata kunci: Ketahanan Pangan, Ketersediaan, Akses, Mutu, Jawa Barat IV,FSQ
FOOD SECURITY MAPPING IN GOVERNMENT AND REGIONAL COORDINATION AGENCY FOR WEST JAVA REGION IV WITH FOOD SECURITY QUOTIENT METHOD
ABSTRACT
Food is the most important basic human need and food fulfillment is part of human rights guaranteed by Constitution of the Republic of Indonesia of the 1945 in Article 27 as a basic component for realizing quality human resources.Food security is a condition of fulfilling food for the state up to individuals, which is reflected in the availability of adequate food, both in quantity and quality, safe, diverse, nutritious, equitable and affordable and does not conflict with the religion, beliefs and culture of the community, to be able to live healthy, active and productive in a sustainable manner. Food security has 3 indicators, namely food availability, food access and food quality. West Java Region IV has potential in the fields of agriculture, plantation, fisheries, forestry, industry, tourism and services and education. The purpose of this research is to know the condition of food security and as a recommendation for policy makers. The purpose of this research was to obtain a food security condition map in West Java Region IV which was able to support decision making. This research was conducted in December 2018 until March 2019 which took place in the Regency / City of West Java Region IV. This research is using Food Security Quotient (FSQ)method which is a modification of the Location Quotient (LQ) method that can determine base commodities so that they can choose variables to be prioritized and not to be prioritized but FSQ method is using variables that affect the 3 indicators of food security. The result of this research is the average condition of food security in West Java Region IV is in a food-resistant condition. Areas with very food-resistant conditions are Garut Regency, Bandung Regency, Tasikmalaya Regency and Sumedang Regency. Areas with food-resistant conditions are Ciamis Regency, West Bandung Regency, Pangandaran Regency, Bandung City, Cimahi City, Tasikmalaya City and Banjar City. Food Security Quotient can be used to determine the food security condition.
Keywords: Food Security, Availability, Access, Quality, West Java Region IV,FSQ
Perancangan model bisnis pada perusahaan startup yang bergerak pada bidang teknologi sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai produk dan perusahaan pada konsumen serta masyarakat sehingga mempunyai nilai tambah dan daya jual yang dapat bersaing. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bisnis yang tervalidasi untuk Phebee Lipbalm menggunakan bisnis model kanvas. Penelitian ini dilakukan dengan merancang model bisnis sesuai dengan literatur dan studi kasus yang dibutuhkan, kemudian model bisnis divalidasi dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa perusahaan Phebee Lipbalm harus terus melakukan perbaikan untuk memperkenalkan nilai-nilai produk kepada konsumen dan masyarakat, yaitu produk Lipbalm lokal, Lipbalm alami yang terbuat dari bahan-bahan alam dan aman untuk digunakan serta tidak memiliki efek samping.
Penelitian ini menggunakan bahan baku yang mengandung lignoselulosa yaitu tandan kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS merupakan limbah industri pangan yang tersedia melimpah, terbarukan, dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sehingga dapat dijadikan sumber potensial untuk digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi bioetanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan memperoleh hasil hidrolisis terbaik dari hidrolisis asam sulfat dan hidrolisis enzim selulase sebagai bahan baku produksi bioetanol. Kedua hidrolisis ini dibandingkan untuk mengetahui hidrolisat manakah yang menghasilkan gula paling tinggi. Konsentrasi asam sulfat yang digunakan adalah 0,2%; 0,5%; 0,8%. Konsentrasi enzim selulase yang digunakan adalah 1%; 3%; 5%. Dibandingkan dengan proses hidrolisis asam, hidrolisis enzimatik selulosa menjadi glukosa membutuhkan kondisi yang lebih ringan, di mana hidrolisat dapat diperoleh sebagai bahan baku bioetanol. Hidrolisat terbaik untuk bahan baku produksi bioetanol dari hidrolisis asam sulfat adalah pada konsentrasi 0,8% adalah 23,943 g/L pada 60 menit dengan yield hidrolisis 51,10% dan hidrolisat terbaik dari hidrolisis enzim adalah pada konsentrasi 5% yaitu 3,288 g/L pada 48 jam dengan yield hidrolisis adalah 7,02%.
Daun ketapang badak berpotensi sebagai bahan bioaktif alami karena mengandung komponen bioaktif seperti flavanoid, polifenol, dan tanin yang dapat menangkal radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan fitokimia secara kualitatif maupun kuantitatif pada daun ketapang badak (Ficus lyrata Warb) yang terdapat pada fraksi yang terlarut pada setiap fraksi akuades, etanol absolut, etil asetat, dan heksan hasil fraksinasi metode ekstraksi cair-cair. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bersifat deskriptif. Hasil screening dan uji kuantitatif total flavanoid, polifenol, dan tanin pada tiap fraksi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Ekstrak daun ketapang badak menggunakan akuades memiliki total flavanoid 7,15 ppm, fenol 0,14 ppm, dan tanin 0,15 ppm. Fraksi akuades terakhir setelah fraksinasi mempunyai kadar fitokimia tertinggi dibandingkan fraksi lainnya yaitu total flavanoid 18,92 ppm, fenol 0,60 ppm, dan tanin 0,60 ppm.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat SOP (Standard Operating Procedure) berdasarkan ISO (International Standardization Organization) pada briket arang tempurung kelapa dan mengetahui pengetahuan para pekerja tentang briket secara umum. Metode penelitian ini menggunakan analisis kesenjangan, yang mana melihat kondisi saat ini dan mengubahnya menjadi kondisi ideal. Berdasarkan penelitian ini, ada kesenjangan antara standar dalam CV. X dengan ISO 9001 mengenai manajemen mutu untuk produk yang dijual di pasar ekspor dan penyesuaian telah dibuat dengan membuat SOP sesuai dengan ISO / TR 10013, sedangkan pengetahuan pekerja dibagi menjadi tiga kategori, pertama tentang pengetahuan produk briket arang kayu pada umumnya, kedua adalah tentang proses pembuatan briket arang tempurung kelapa, dan ketiga adalah tentang standar ISO briket arang kayu. Tingkat pemahaman tentang produk briket arang kayu, secara umum, sudah 68,36%, sedangkan untuk proses pembuatan briket arang kayu sudah 86,14%, dan pengetahuan pekerja tentang standar ISO briket arang kayu sudah 29,52%.
Potensi crude palm oil (CPO) sangat berkembang pesat di Indonesia. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lesitin. Lesitin merupakan salah satu emulsifier alami yang penggunaannya banyak diaplikasikan dalam berbagai industri. Sumber utama lesitin nabati adalah kedelai dan sumber utama lesitin hewani adalah otak sapi atau babi sehingga kehalalannya perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam, waktu dan temperatur optimum pada proses acid degumming yang dapat memberikan hasil paling baik dalam memproduksi lesitin. Metode optimasi yang digunakan adalah Response Surface Methodology (RSM) Box–Behnken Design (BBD) dengan tiga faktor yaitu temperatur proses (70°C, 80°C, 90°C), waktu proses (20 menit, 30 menit, 40 menit) serta konsentrasi asam fosfat (1%, 1,75% dan 2,5%). Kondisi optimal acid degumming pada proses produksi lesitin dari CPO berada pada temperatur 70°C, waktu 20 menit dan konsentrasi asam sebesar 1,637%. Nilai validasi yang didapatkan sebesar 91,0949% untuk acetone insoluble, 68,4135% untuk respon toluene insoluble dan 87,1963% untuk respon bilangan asam.
Pengendalian iklim mikro sangat penting untuk budidaya tanaman di rumah kaca, beberapa variabel iklim mikro adalah temperatur dan kelembaban, variabel ini dapat dikontrol menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah misting cooling system, tetapi proses ini masih dilakukan secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem berbasis internet-of-things untuk mengendalikan iklim mikro rumah kaca secara otomatis yang dapat ditampilkan dan dikendalikan melalui situs web. Penelitian ini menggunakan metode rekayasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dapat secara otomatis mengaktifkan misting cooling system ketika temperatur di atas 30℃ dan kelembaban di bawah 80%, data iklim mikro rumah kaca dapat ditampilkan dan dikendalikan melalui situs web. Sistem otomasi bekerja lebih baik dalam menjaga kondisi iklim mikro rumah kaca dibandingkan sebelum menggunakan sistem otomasi dengan selisih temperatur 6,25˚C lebih rendah dan kelembaban 28,06% lebih tinggi, pengolahan data iklim mikro yang dilakukan oleh sistem otomasi lebih efektif dan akurat, dan efektivitas kinerja sistem otomasi mencapai 115,22% namun akan menurun menjadi 80,40% ketika intensitas cahaya tinggi.
Fruits Up merupakan produk minuman yang berbahan dasar bubur buah mangga, dengan label minuman sehat Fruits Up menyatakan untuk tidak menggunakan bahan pengawet kimia dalam produknya dan juga menyatakan bahwa dalam satu botol minuman Fruits Up terkandung vitamin C yang setara dengan dua buah mangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa proses pasteurisasi dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme penyebab pembusukan tanpa merusak vitamin C yang terkandung didalamnya. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan analisis deskriptif pada jumlah mikroorganisme dan pengamatan kadar vitamin C diikuti dengan perhitungan ketahanan kandungan vitamin C dengan metode ASLT model Arrhenius. Perbandingan jumlah mikroba pada penyimpanan suhu 10°C tanpa pasteurisasi sebanyak 1,9×107 CFU/g, sedangkan yang melewati proses pasteurisasi sebanyak 1,6×106 CFU/g. Masa ketahanan Fruits Up setelah proses pasteurisasi mengikuti ordo satu dengan masa ketahanan 35 hari pada suhu 5°C, 33 hari pada suhu 10°C, 29 hari pada suhu 26°C dan 26 hari pada suhu 40°C.
Kombucha merupakan salah satu produk minuman dengan kenaikan pertumbuhan pasar paling pesat yaitu sekitar 15% per tahun. Pemanfaatan daun sirsak sebagai substrat dalam fermentasi teh kombucha dapat meningkatkan kualitas dari teh daun sirsak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi lama fermentasi dan konsentrasi daun sirsak untuk menghasilkan teh kombucha daun sirsak dengan ketebalan SCOBY (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast), kadar total asam tertitrasi, kadar vitamin C, kadar total fenolik, dan aktivitas antioksidan tertinggi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan tiga kali pengulangan dimana terdapat dua faktor yaitu lama fermentasi (0 hari, 7 hari, dan 14 hari) dan konsentrasi daun sirsak (2%, 4%, 6%) yang kemudian dibandingkan dengan teh daun sirsak tanpa fermentasi. Teh kombucha daun sirsak dengan karakteristik terbaik diperoleh pada fermentasi selama 14 hari dengan konsentrasi daun sirsak sebanyak 6% dimana diperoleh kadar paling tinggi dari kadar total asam tertitrasi (8.56%), kadar vitamin C (505.00 mg/100 mL), kadar total fenolik (24.99 mg/g), dan aktivitas antioksidan (IC50 0.192%) dengan ketebalan SCOBY 1.167 cm.
Pandan wangi merupakan tanaman yang berkembang biak dengan baik di Indonesia, terutama pada keadaan tanah lembab seperti hilir sungai dan rawa-rawa. Tanaman pandan wangi memiliki banyak manfaat dalam bidang pangan dan juga sering dimanfaatkan sebagai obat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada daun pandan wangi melalui proses ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol, etil asetat, dan heksana. Ekstraksi dilakukan selama 6 jam menggunakan magnetic stirrer. Hasil maserasi dievaporasi menggunakan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak pekat. Ekstrak dibuat varian konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% menggunakan pelarut DMSO. Pengujian antibakteri menggunakan metode cakram dengan bakteri Staphylococcus aureus. Zona bening terbesar dimiliki oleh ekstrak etanol dengan konsentrasi 100% yaitu sebesar ± 6.69 mm. Sedangkan zona bening terkecil dimiliki oleh ekstrak heksana dengan konsentrasi 25% yaitu sebesar ± 6.07 mm. Kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik amoxilin dengan kemampuan zona bening sebesar ± 12.57 mm. Hasil pengujian menunjukan bahwa ekstrak daun pandan wangi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphyloccocus aureus.
Keberadaan kayu kaliandra yang melimpah karena produktivitasnya yang tinggi tentunya perlu dimanfaatkan secara bijak dan baik. Produksi teh di Provinsi Jawa Barat yang juga tinggi menghasilkan limbah yang juga perlu diolah. Teknologi briquetting dirasa tepat untuk memaksimalkan karakteristik kayu kaliandra sebagai kayu energi dan juga limbah teh yang juga dapat dijadikan bioenergi. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dalam pembuatan serta pengujian mutu berdasarkan SNI 01-6235-2000 tentang briket arang kayu dan juga dilakukan menggunakan pendekatan design thinking untuk mengetahui respon konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan komposisi kayu kaliandra 75% dan limbah teh 25% merupakan komposisi terbaik dari segi SNI dan juga konsumen. Hasil analisis mutu berdasarkan SNI menunjukkan bahwa 2 dari 5 sampel lulus SNI. Respon konsumen menunjukkan bahwa mutu yang dihasilkan dapat diterima dari segi nilai kalor dan juga sebagai bentuk pemanfaatan biomassa namun perlu dilakukan perbaikan dan pengujian lanjut terkait mutu yang lebih spesifik dan juga analisis ekonomi untuk dijadikan produk yang siap dipasarkan.
Telah dilakukan pretreatment organosolv terhadap tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku bioetanol. Penelitian ini mengkaji optimasi proses preteatment organosolv terhadap tandan kosong kelapa sawit. Pelarut yang digunakan dalam proses pretreatment organosolv adalah etanol. Pretreatment organosolv mampu mendegradasi lignin pada tandan kosong kelapa sawit sehingga mempermudah proses hidrolisis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan eksperimental dengan Response Surface Methodology (RSM) khususnya Box-Behnken Design (BBD) dengan bantuan perangkat lunak Design Expert 10.0.2 yang digunakan untuk menganalisis kondisi optimum proses pretreatment organosolv dengan variabel konsentrasi etanol, waktu pretreatment, dan ukuran partikel substrat. Degradasi lignin terbaik didapatkan pada kondisi 65% (v/v) konsentrasi etanol, 65 menit waktu reaksi, dan 50 mesh ukuran partikel substrat dengan besar degradasi lignin 27,68% (b/b). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pretreatment organosolv dapat digunakan untuk mendegradasi lignin pada tandan kosong sawit sebagai bahan baku bioetanol.
Pandan wangi merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak ditemukan di Indonesia, namun tidak banyak petani yang secara khusus membudidayakan tanaman pandan wangi karena harga jualnya yang tergolong rendah, tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu pemberian nilai tambah pada pengolahan pandan wangi setelah dipanen, seperti dijual dalam bentuk minyak atsiri. Salah satu cara pengambilan minyak atsiri daun pandan wangi adalah ekstraksi menggunakan metode maserasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen dan mutu yang dihasilkan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Variasi lama ekstraksi yang digunakan yaitu 12, 18, 24, 30, dan 36 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang memiliki mutu tertinggi adalah lama ekstraksi 12 jam dengan rendemen sebesar 0,22%, hasil pengujian parameter mutu minyak atsiri daun pandan wangi yaitu warna kuning, bobot jenis sebesar 0,840, indeks bias 1,349, bilangan asam 6,080 mg KOH/g, kadar sisa pelarut sebesar 46%, dan kelarutan dalam alkohol 1:4. Jenis pelarut dan lama ekstraksi berpengaruh terhadap nilai rendemen minyak atsiri daun pandan wangi yang dihasilkan.
Mango fruit leather merupakan produk inovasi di CV. X yang diharapkan dapat meningkatkan pasar penjualan dengan melakukan pengembangan produk. Peningkatan pasar perlu dilakukan agar produk dapat diterima konsumen, memperluas pasar serta menjaga keberlanjutan CV. X. Pengembangan produk inovasi dilakukan dengan pendekatan design thinking diikuti dengan analisis pasar untuk membuktikan kesesuaian antara produk yang ditawarkan dengan kebutuhan konsumen. Riset ini menggunakan lean canvas sebagai alat dalam melakukan analisis pengembangan pasar, data yang dihasilkan kemudian dievaluasi melalui proses Minimum Viable Product (MVP) dengan tiga kali pengulangan. Hasil riset menunjukkan bahwa pengujian MVP telah terpenuhi pada blok customer segment yaitu wanita usia 25-45 tahun, serta pada blok channel melalui penjualan secara online. Proses evaluasi MVP ini mampu meningkatkan penjualan mango fruit leather sebanyak 870 pieces.
Minyak sawit merupakan salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia sebagai produk pangan, kosmetik, maupun sebagai sumber bahan bakar alternatif. Minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) diperoleh dari proses ekstraksi daging buah sawit dan belum mengalami pemurnian. Proses pengolahan suatu produk dari CPO umumnya harus melalui beberapa tahapan yaitu degumming, bleaching dan deodoriasi. Pada proses degumming CPO, gum yang dihasilkan masih mengandung fosfolipid dan dapat dijadikan sebagai produk samping berupa lesitin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh degumming agent dan konsentrasi terhadap proses pembuatan lesitin dari CPO agar menghasilkan karakteristik yang mendekati standar mutu. Standar mutu lesitin terdiri atas kadar air 50%, nilai toluene insoluble <0.3% dan bilangan asam <35 mgKOH/g. Metode analisis data yang digunakan yaitu ANOVA (Analysis of Variance). Degumming Agent yang digunakan yaitu air dan asam fosfat dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan pada proses degumming menggunakan air dengan konsentrasi 3% menghasilkan rendemen sebesar 0.76%, kadar air 0.44%, bilangan asam 4.53 mgKOH/g, acetone Insoluble 64.69% dan toluene Insoluble 2.62%. Pada proses pembuatan lesitin menggunakan asam fosfat dengan konsentrasi 3% rendemen sebesar 3.33%, kadar air 1.03%, bilangan asam 15.35 mgKOH/g, acetone Insoluble 62.85% dan toluene Insoluble 3.25%.
CV. Asri Rahayu merupakan Industri Kecil Menengah (IKM) berbasis agroindustri yang terdapat di Majalengka, Jawa Barat. IKM tersebut mengolah berbagai bahan hasil pertanian menjadi makanan ringan melalui merknya yang bernama “Ibu Popon”. Pada tahun 2011 CV. Asri Rahayu dapat memenuhi dan memperoleh sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP). Penerapan GMP pada IKM dikatakan tidak mudah karena terdapat keterbatasan yaitu dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan finansial. Identifikasi pun dilakukan terkait bagaimana CV. Asri Rahayu dapat memenuhi GMP dengan menggunakan metode SSM (Soft System Methodology) sebagai cara untuk menstrukturkan situasi yang sebelumnya belum teridentifikasi. Metode SSM dilakukan melalui 7 tahapan, termasuk di dalamnya analisis kondisi IKM terkait GMP dengan rich picture, analisis CATWOE, serta melakukan perbandingan antara dunia nyata dan sistem yang sudah ada. CV. Asri Rahayu ternyata mampu mememenuhi persyaratan GMP meskipun terdapat kendala dan keterbatasan dalam penerapannya. Penelitian ini menghasilkan sebuah model konseptual berupa peta bagaimana cara memenuhi GMP dari sudut pandang IKM termasuk penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan agar pemenuhan penerapan GMP tidak mahal dan sulit atau sesuai dengan kemampuan IKM. Model konseptual ini selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan oleh IKM sejenis.
Kopi susu rempah merupakan ide dari sebuah kedai kopi rintisan (startup) yang masih dalam fase aktivasi, yaitu Trafeeka Coffee. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan diferensiasi produk minuman olahan kopi dengan formula sirup rempah yang disukai berdasarkan preferensi konsumen untuk meningkatkan pasar. Metode yang digunakan adalah action research dengan pendekatan lean canvas berdasarkan konsep siklus build-measure-learn, sedangkan data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terstruktur, dimana melibatkan 30 orang panelis konsumen yang disesuaikan menggunakan metode purposive sampling, ahli sensori kopi, dan food formulator. Tahapan penelitian ini dimulai dengan tahap ideasi, dilakukan pengembangan formula produk serta perancangan lean canvas. Tahap build yang merupakan tahap perancangan prototype produk, tahap measure dengan tahapan market testing menggunakan uji hedonik untuk menganalisis penerimaan produk terhadap pasar, dan tahap terakhir learn untuk mengetahui perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Hasil data dari pengembangan produk divalidasi berdasarkan MVP (Minimum Viable Product) yang diiterasi sebanyak tiga kali. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengembangan produk kopi susu rempah dengan ditetapkannya formula yang disukai dan strategi bisnis yang tepat berhasil meningkatkan pasar, serta menyampaikan value proposition kepada segmen konsumen Trafeeka Coffee.
Penelitian ini dilakukan berlandaskan kendala-kendala yang dihadapi oleh Trafeeka Coffee sebagai usaha startup terkait dalam meningkatkan kesadaran merek (brand awareness) dengan cara melakukan strategi promosi melalui media sosial Instagram sebagai sumber media informasi Trafeeka Coffee. Hasil observasi menunjukkan bahwa kendala yang dialami ialah; (1) promosi yang dilakukan kurang menarik, (2) konten tidak menyampaikan value merek dan produk, (3) konten monoton dan berantakan. Hasil survei menunjukkan bahwa kesadaran merek terhadap Trafeeka Coffee masih berada pada tingkatan yang paling bawah yaitu tidak menyadari merek (brand unaware). Kendala yang dialami oleh Trafeeka Coffee dalam aspek kegiatan promosi melalui media sosial Instagram harus dihilangkan dan diperbaiki demi meningkatkan kesadaran merek. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kendala-kendala tersebut dengan menggunakan pendekatan design thinking. Pendekatan design thinking dilakukan untuk merasakan secara langsung kendala yang dirasakan oleh konsumen dan menemukan solusi terhadap kendala yang ditemukan. Terdapat lima tahapan design thinking yang digunakan yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Pada tahapan test dilakukan pengujian terhadap rancangan perbaikan dengan menggunakan survei kuesioner dan data hasil parameter Instagram. Hasil rekapitulasi survei kuesioner dan data parameter Instagram menunjukkan tingkatan kesadaran merek responden terhadap Trafeeka Coffee berada pada tingkatan pengenalan merek (brand recognition) dan Instagram sebagai sumber media informasi sudah termasuk dalam kategori baik.
Dunia industri sangat memerlukan teknologi biokatalisator dalam mendukung kemajuan produk. Peran enzim selulase dalam dunia teknologi biokatalisator menjadi penting, khususnya di bidang industri kertas yang memiliki fungsi sebagai penghalus di dalam bubur kertas. Berdasarkan fungsinya maka dilakukan penyeleksian bakteri penghasil selulase yang mampu menghasilkan selulase agar ke depannya dapat diolah menjadi produk untuk industri kertas. Hasil seleksi dari sampel kulit kemiri sunan yang menghasilkan zona bening paling lebar dan memperoleh nilai tertinggi pada presentase penghasil selulase adalah isolat dengan kode K2 dengan nilai 77,19%±0,00835 yang ditumbuhkan pada media BSM-CMC-CR. Penyeleksian berlanjut dengan mengukur nilai OD yang ditumbuhkan di media NB dengan variasi waktu 8 jam, 24 jam, 32 jam, dan 48 jam menghasilkan nilai paling tinggi ada pada kode isolat K3 yang bernilai absorbansi 0,9163 pada waktu ke 32. Pengujian masih berlanjut kepada uji aktivitas enzim yang menghasilkan nilai tertinggi pada kode isolat kode K3 yang bernilai 43,2 x 10-5 U/mL pada jam ke 48. Kesimpulan yang didapat adalah isolat terindikasi menghasilkan selulase karena adanya zona bening dan adanya nilai tertinggi pada uji aktivitas enzim di waktu ke 48 jam. Hasil pewarnaan Gram bakteri dihasilkan dengan ciri Gram negatif dan berbentuk batang, menduga termasuk ke dalam bakteri Pseudomonas sp.
Kata kunci: seleksi, zona bening, uji aktivitas selulase
Penyakit diare merupakan penyakit yang disebabkan kurangnya pemeliharaan kebersihan tangan. Salah satu bakteri patogen yang menyebabkan penyakit diare adalah Escherichia coli. Cara untuk menjaga kebersihan tangan dari serangan bakteri patogen adalah dengan menggunakan antiseptik. Jenis antiseptik yang dapat diterapkan adalah Hand sanitizer.Tanaman ketapang badak (Ficus lyrata Warb) merupakan tanaman tahunan yang dikenal sebagai tanaman peneduh dan pelindung. Bagian buah ketapang badak memiliki kandungan senyawa fenolik, flavonoid dan tannin yang berpotensi sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak buah ketapang badak pada hand sanitizer dalam menurunkan jumlah bakteri pada tangan. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Ekstraksi buah ketapang badak menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Ekstrak etanol buah ketapang badak dibuat variasi konsentrasi yaitu 100%, 75%, 50% dan 25% diuji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli menggunakan metode difusi cakram dengan amoxilin sebagai kontrol positif dan DMSO 50% sebagai kontrol negatif. Keefektivitasan hand sanitizer ekstrak buah ketapang badak pada tangan diuji menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil uji aktivitas antibakteri pada konsentrasi 75% menghasilkan rata-rata diameter daya hambat terbesar yaitu 1,75 mm tetapi tidak lebih besar dari kontrol positif yaitu sebesar 26,25mm. Hasil pengujian TPC, hand sanitizer ekstrak buah ketapang badak mampu menurunkan jumlah bakteri pada tangan dari 0,90 × 102 CFU’s/mL menjadi 0,30 × 101 CFU’s/mL.
Ficus lyrata Warb, atau yang dikenal juga dengan sebutan biola cantik atau ketapang badak, merupakan tanaman yang biasanya hanya digunakan sebagai tanaman peneduh dan pelindung. Beberapa hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa pada daun ketapang badak mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin yang berpotensi sebagai antibakteri alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun ketapang badak terhadap bakteri Escherichia coli dan manfaatnya sebagai bahan aktif alami dalam sediaan gel hand sanitizer. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis deskriptif pada hasil pengujiannya. Ekstrak daun ketapang badak yang dihasilkan, divariasikan ke dalam lima konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram, dengan menggunakan DMSO (dymethil sulfoxide) sebagai kontrol negatif dan amoxicillin sebagai kontrol positif. Ekstrak daun ketapang badak dengan konsentrasi 75% digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan gel hand sanitizer, hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter daya hambatnya yang tertinggi yaitu 2 mm. Sediaan gel hand sanitizer yang dihasilkan diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode TPC. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sediaan gel hand sanitizer dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada tangan manusia.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia. Berdasarkan BPS pada tahun 2017, total produksi minyak kelapa sawit mencapai 34,47 juta ton. Setiap produksi minyak kelapa sawit menghasilkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebesar 22%-23% yang 10% nya dari TKKS telah dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler dan sisanya belum dimanfaatkan secara optimal. TKKS memiliki kandungan selulosa sebesar 48,56% yang berpotensi menjadi selulosa asetat sebagai bahan baku bioplastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah selulosa asetat TKKS dan kitosan terhadap sifat fisik serta mekanik pada bioplastik yang dihasilkan. Penelitian ini dibagi 3 tahap yaitu 1) isolasi selulosa TKKS meliputi hidrolisis, delignifikasi, pulping, dan bleaching, 2) pembuatan selulosa asetat melalui proses aktivasi, asetilasi, dan hidrolisis, 3) pembuatan bioplastik menggunakan metode inversi fasa dengan perbandingan selulosa asetat dan kitosan sebesar 100%:0% ; 87,5%:12,5% ; 62,5%:37,5% ; 50%:50%. Hasil isolasi selulosa menghasilkan kadar α-selulosa sebesar 44,017%. Selulosa asetat yang dihasilkan memiliki kandungan asetil sebesar 39,58,%. Rendemen yang dihasilkan dari pembuatan selulosa asetat yaitu sebesar 88,56%. Hasil uji biodegradabilitas, dan uji densitas dengan nilai tertinggi didapatkan dari konsentrasi perbandingan selulosa dan kitosan 82,5%:12,5% yaitu 69,1% dan 0,529 g/cm3, tetapi nilai uji daya serap air terbaik didapatkan dari konsentrasi 50%:50% yaitu 33,41% dengan kuat tarik sebesar 0,197 MPa, nilai elongasi sebesar 1,03%, serta modulus elastisitas sebesar 6,24 MPa. Bioplastik dengan konsentrasi 50%:50% merupakan bioplastik yang mendekati standar mutu plastik konvensional. Gugus fungsi yang ada pada bioplastik yaitu gugus O-H, C-H , C-O, C=O, dan N-H yang dihasilkan dari proses blending antara selulosa asetat, kitosan, dan gliserol.
Proses Esterifikasi Terhadap Kualitas Crude Palm Oil Off Grade Sebagai Bahan Baku Biodiesel. Dibawah bimbingan Dr. Efri Mardawati S.TP., M.T dan Devi Maulida Rahmah S.TP., M.T
ABSTRAK
Mengantisipasi semakin berkurangnya cadangan minyak bumi, maka harus ada upaya penyedian alternatif bahan bakar lain yang terbarukan. Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil. CPO off grade merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan menjadi bahan baku pembuatan biodiesel. Saat ini CPO off grade belum termanfaatkan secara optimal, padahal memiliki potensi sebagai baku biodiesel. CPO off grade adalah minyak yang memiliki kadar asam lemak bebas yang tinggi. Minyak sawit yang memiliki kadar free fatty acid (FFA) yang tinggi membutuhkan perlakukan pendahuluan terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai bahan baku biodiesel yaitu reaksi esterifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi katalis H2SO4 terhadap rendemen dan mutu CPO off grade hasil esterifikasi yang akan dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. Esterifikasi dilakukan dengan menggunakan tiga perlakukan konsentrasi katalis yaitu A= 0,5%; B = 1%; dan C = 1,5%. Parameter mutu yang diuji adalah rendemen, kadar air, densitas, viskositas kinematik, bilangan asam dan FFA, bilangan penyabunan, bilangan iod, dan angka setana. Hasil penelitian menunjukan jumlah konsentrasi katalis asam pada reaksi esterifikasi memengaruhi kualitas minyak hasil esterifikasi. Perlakuan konsentrasi katalis 1% merupakan hasil terbaik yang diperoleh, karena memiliki 6 parameter terbaik dari 9 parameter secara keseluruhan, dan 3 paramater sisanya sudah memenuhi acuan SNI Biodiesel 7182:2015. Perolehan nilai rendemen, kadar air, densitas, viskositas kinematik, bilangan asam dan FFA, bilangan penyabunan, bilangan iod, dan angka setana berturut-turut adalah 79,3%, 0,2264%-wb, 895,5769 Kg/m3, 4,6327 mm2/s (cSt), 3,7255 mg KOH/g, 1,7862%, 160,8403 mg KOH/g, 54,8083 g I2/100 g, dan 68,0446.
Kata kunci: Biodiesel, CPO off grade, Esterifikasi, Katalis H2SO4
Tingkat kinerja dapat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi, oleh sebab itu pengukuran kinerja penting dilakukan untuk mengevaluasi performa petugas sehingga dapat membantu organisasi/perusahaan dalam mengambil keputusan. Sejauh ini pengukuran yg dilakukan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung hanya melalui intensitas pengujian. Dalam mencapai tujuannya untuk meningkatkan pelayanan pengawasan dan pemeriksaan pada mutu pangan segar, maka minilab food security perlu memiliki sistem penilaian kinerja yang tepat. Balance scorecard merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang cukup menyeluruh tidak hanya mempertimbangkan dari perspektif keuangan saja tapi juga mempertimbangkan dari perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja minilab food security apabila diukur dengan metode balance scorecard. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara kepada staf Dispangtan dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung pasar, sedangkan data sekunder dari laporan pemeriksaan pangan oleh minilab food security. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perspektif pelanggan kinerja minilab food security dalam memuaskan pelanggan sudah mencapai 92% dengan arti “sangat puas”. Sedangkan untuk perspektif bisnis internal menunjukkan adanya kemajuan pada kinerja proses inovasi dan operasi berupa disediakannya mobil minilab food security untuk membantu pemeriksaan pangan segar dan perubahan laporan pemeriksaan yang dulunya manual kini sudah berbasis android. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dihitung berdasarkan intensitas pemeriksaan yang dilakukan petugas minilab setiap bulannya yaitu sebesar 64% pasar tingkat pelaksanaan uji keamanan makanan sudah optimal.
ABSTRAK
Allisin merupakan salah satu senyawa pada bawang putih yang memberikan cita rasa yang khas dan bersifat antibakteri. Bawang hitam merupakan produk turunan dari bawang putih yang di fermentasi selama periode tertentu dan dipanaskan pada suhu 60 – 80ºC pada kelembapan 80 – 90%. Perubahan warna pada bawang putih disebabkan karena adanya reaksi mailard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen bioaktif dan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan S.aureus dan E.coli pada bawang putih segar dan black garlic yang diproduksi menggunakan electric rice cooker. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan acak lengkap yang dianalisis menggunakan one way ANOVA (Analysis of Variance) dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. Perlakuan yang dilakukan merupakan lama pemanasan dengan parameter uji yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar total fenolik, kadar total flavonoid, dan aktivitas antibakteri. Kadar air terbaik didapatkan pada sampel yang dipanaskan selama 22 hari dengan kadar sebesar 42,5%. Kadar abu terbaik didapatkan pada sampel yang dipanaskan selama 22 hari sebesar 2,27%. Kadar total fenolik tertinggi didapatkan pada sampel yang dipanaskan selama 18 hari dengan kandungan sebesar 14,23 mg/g, hal yang sama juga terjadi pada kadar total flavonoid tertinggi dengan kandungan sebesar 10,83 mg/g. Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk terhadap pertumbuhan S.aureus dan E.coli tertinggi terdapat pada bawang putih segar sebesar 6,58 mm dan 4,5 mm.
Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi yang cukup, mudah di akses, bermutu hingga memiliki gizi yang berimbang pada suatu wilayah. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan, Dewan Ketahanan Pangan (2015) telah melakukan analisa, faktor pendukung keberhasilan dalam melaksanakan ketahanan pangan yaitu dengan adanya tiga pilar indikator ketahanan pangan meliputi: (i) Ketersediaan Pangan; (ii) Akses Pangan; dan (iii) Mutu Pangan. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan dan analisis indikator ketahanan pangan di Wilayah I Jawa Barat guna mengetahui kondisi ketahanan pangan Wilayah I Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder pada dinas terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Ketenagakerjaan dan Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 dengan menggunakan data 2017. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pemetaan ketahanan pangan Wilayah I berdasarkan kategori sangat aman, aman, sedang, rawan, sangat rawan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan menggunakan perhitungan Food Security Quotient (FSQ), perhitungan ini untuk menentukan variabel yang menjadi prioritas dan non prioritas pada suatu daerah dan berpengaruh terhadap indikator ketahanan pangan. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata kondisi ketahanan pangan Wilayah I Jawa Barat adalah aman dengan indeks tertinggi adalah Kabupaten Bogor dengan kategori sangat aman dan yang terendah adalah Kota Sukabumi dengan kategori aman, indikator ketersediaan terendah adalah Kota Depok dengan ketegori rawan, indikator akses terendah adalah Kabupaten Cianjur dengan kategori aman, indikator mutu terendah adalah Kota Sukabumi dengan kategori aman. Namun jika dilihat lebih dalam masih terdapat variabel pada beberapa daerah yang membutuhkan penanganan dan strategi khusus untuk meningkatkan ketahanan pangan.
Propolis adalah salah satu sumber antioksidan yang berasal dari hewan lebah, yang dikumpulkan oleh lebah madu (stingless bee atau honey bee) dan digunakan untuk membuat sarang serta untuk pertahanannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pelarut yang menghasilkan propolis dengan karakteristik rendemen, fitokimia, dan aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah propolis yang dihasilkan dari lebah Trigona sp. yang berasal dari Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Utara. Propolis akan di ekstrak menggunakan tiga jenis pelarut, yaitu air, etanol 70%, dan metanol 96%. Kriteria pengamatan dari penelitian ini adalah skrining fitokimia kualitatif dan uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan uji aktivitas total flavonoid, total tanin dan total fenol. Kekuatan antioksidannya diukur dengan uji DPPH IC50. Kadar flavonoid total paling tinggi terdapat pada ekstrak etanol, yaitu 0.17%. Kadar fenol total paling tinggi terdapat pada ekstrak metanol, yaitu 0,54%. Kadar tanin total paling tinggi terdapat pada ekstrak etanol, yaitu 1.03%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antioksidan propolis mempunyai potensi aktivitas antioksidan yang lemah, nilai IC50 paling tinggi dihasilkan pada ekstrak metanol yaitu 447,01 ppm. Berdasarkan sifat dan kandungan bahan kimianya, ekstrak propolis pelarut metanol yang menghasilkan ekstrak propolis dengan karakteristik fitokimia dan aktivitas antioksidan yang paling tinggi.
Media sosial digunakan dalam pemasaran suatu barang atau jasa oleh para pelaku usaha mulai dari usaha yang berskala kecil sampai besar karena dianggap lebih mudah dan mampu menjangkau berbagai macam segmentasi pasar. Zanana dan Oifyoo merupakan contoh usaha kecil dan menengah (UKM) yang sudah melakukan pemasaran produknya melalui media sosial Instagram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penggunaan dan pemahaman UKM terkait mengenai akun Instagram milik usahanya dan juga bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan pemasaran produk melalui Instagram yang lebih efektif dan efisien antara akun milik Oifyoo dan Zanana. Penggunaan dan pemahaman tersebut bisa dilihat mulai dari segi konten, tampilan, pelayanan dan engagement yang berhasil diraih. Zanana mempunyai tim marketing untuk mengelola akun Instagram, sedangkan akun Instagram Oifyoo dikelola langsung oleh pemiliknya. Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya tim marketing pada suatu UKM berpengaruh terhadap hasil dari pemasaran dengan menggunakan media sosial. Terdapat dua tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu tahapan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dan penyebaran kuesioner untuk data primer dan data dari laman Instagram Zanana dan Oifyoo untuk data sekunder. Teknik analisis pengujian data yang digunakan adalah uji t untuk perhitungan hasil kuesioner. Data hasil wawancara diolah melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Zanana lebih unggul dalam penggunaan Instagram sebagai media pemasaran online dibandingkan dengan Oifyoo dimana skor akhir Zanana unggul pada semua variabel, yaitu: tampilan, konten dan pelayanan admin Instagram. Selain itu, perbedaan rata-rata statistik dari kedua sampel cukup signifikan berdasarkan tindependent two sample test, yaitu sebesar 7,695.
Pisang merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai gizi dan nilai ekonomi yang tinggi. Pisang yang bagus dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi didapatkan dari tanaman yang tumbuh dengan baik. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan tanaman pisang tumbuh dengan baik, salah satunya adalah air. Air digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan akar, daun, batang, dan juga pematangan buah. Tanaman pisang yang kekurangan air pertumbuhan akan terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian. Kelebihan air pada tanaman juga dapat menyebabkan pembusukan oleh karena itu, dibutuhkan sebuah alat yang dapat menyiram tanaman, khususnya tanaman pisang. Alat tersebut dapat dibuat menggunakan Arduino. Arduino merupakan salah satu merek platform mikrontroler yang dapat mengendalikan berbagai macam sensor mulai dari sensor kelembaban tanah, sensor suhu, bahkan bisa menerapkan konsep dari Internet of Things (IoT). Tujuan penelitian ini adalah membuat prototype alat penyiraman otomatis menggunakan konsep Internet of Things (IoT) untuk mengetahui kondisi tanaman pisang terkini. Hasil yang didapatkan, alat penyiraman berhasil dibangun dan berfungsi sesuai rancangan mulai dari arduino yang dapat mengendalikan sensor kelembaban tanah untuk membaca kelembaban tanah terkini, memasukkan data-data tersebut ke database, dan pompa yang tidak menyala, karena kelembaban tidak berada dibawah 41% atau tanah dalam keadaan kering selama dilakukannya penelitian. Data-data tersebut juga berhasil dikirimkan ke pengguna dengan metode push notification.
Kandungan fitokimia dari sumber hayati sebagai solusi kesehatan sedang dikembangkan oleh para peneliti di dunia dalam beberapa dekade ini. Ekstrak dari daun ketapang badak (Ficus lyrata Warb) mengandung senyawa fitokimia yaitu flavonoid, fenolik, dan tanin yang dapat difungsikan salah satunya sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jenis pelarut dan lama ekstraksi yang dapat menghasilkan kandungan flavonoid, fenolik, dan tanin tertinggi dari daun ketapang badak dengan skrining fitokimia secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali pengulangan. Hasil pengamatan menunjukkan pada lama ekstraksi 12 jam dengan jenis pelarut akuades menghasilkan kadar fitokimia yang tertinggi yaitu kadar flavonoid sebesar 62,04 ± 0,05 ppm, kadar fenolik sebesar 2,59 ±0,004 ppm dan kadar tanin dengan nilai 2,30 ± 0,00 ppm. Kandungan fitokimia yang kedua tertinggi terdapat pada lama ekstraksi 36 jam dengan jenis pelarut etil asetat dengan kandungan flavonoid sebesar 52,25 ± 0,05 ppm. Kemudian pada lama ekstraksi 24 jam dan pelarut ethanol 70% untuk kandungan fenolik dan tanin dengan kandungan berturut-turut yaitu sebesar 1,94 ± 0,005 ppm dan 1,95 ± 0,00 ppm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perlakuan bahan pelarut akuades dengan lama ekstraksi 12 jam menghasilkan ekstrak dengan kandungan flavonoid, fenolik dan tanin tertinggi.
Implementasi Zat Warna Alami Terhadap Sediaan Lip Balm dari Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor)
(2018)
Lip balm adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk melindungi bibir kering dan dengan memiliki warna yang menarik agar dapat memikat hati konsumen. Zat warna yang baik bagi kesehatan dapat diperoleh dari alam. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan pewarna alami adalah daun Adam Hawa (Rhoeo discolor) karena mengandung senyawa antosianin. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hasil total kandungan antosianin paling tinggi dari variasi pelarut dan lama waktu maserasi, mengetahui jumlah konsentrasi penggunaan zat warna alami dari daun Adam Hawa (Rhoeo discolor) yang disukai oleh panelis, serta mengetahui mutu lip balm yang telah menggunakan zat warna alami Adam Hawa (Rhoeo discolor). Tanaman Adam Hawa di ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan variasi waktu lama maserasi 1, 3, dan 5 hari dan variasi konsentrasi etanol 96%, 80%, 70%. Ekstrak antosianin kemudian diuji mutunya dengan beberapa parameter meliputi determinasi tanaman, kadar air bahan, kadar sisa pelarut, pH, dan total kandungan antosianin. Ekstrak yang memiliki kandungan antosianin paling tinggi dijadikan bahan baku formulasi lip balm dengan konsentrasi 0%, 8%, 12%, dan 16%. Sediaan lip balm kemudian diuji mutunya meliputi uji fisik dan uji kimia. Hasil pengujian mutu ekstrak menunjukkan total kandungan antosianin paling tinggi sebesar 237,3 mg/100g pada perlakuan maserasi hari ke tiga menggunakan pelarut etanol 96%. Evaluasi mutu lip balm dari hasil keseluruhan formulasi menunjukkan bahwa keempat formulasi sediaan lip balm yang dibuat memiliki titik leleh 68-70oC, memenuhi syarat mutu SNI 16-4769-1998, homogenitasnya sediaan tidak homogen, memiliki pH 3,68-5,86 (mendekati pH kulit). Sediaan lip balm tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan aman digunakan. Formulasi lip balm yang paling banyak disukai oleh panelis dari jumlah rata-rata parameter warna, aroma, dan kelekatan yaitu menggunakan konsentrasi 12% dengan jumlah rata-rata 10,63.
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa sawit dan berpotensi sebagai bahan baku pembuatan bioetanol karena memiliki kandungan selulosa. Pembuatan etanol dilakukan dengan metode Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF), yaitu metode yang menjalankan proses hidrolisis dan fermentasi secara serentak dalam satu wadah untuk mendapatkan lama reaksi yang lebih cepat dan menghemat biaya. Pretreatment untuk menguraikan senyawa lignin dilakukan menggunakan larutan basa. Hidrolisis dilakukan secara enzimatik dengan enzim selulase selama 48 jam di incubator shaker. Setelah itu dilanjutkan dengan fermentasi selama 12 jam dengan menambahkan inokulum Zymomonas mobilis. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan analisis deskriptif. Tujuan penelitian yaitu mengamati pengaruh variasi konsentrasi substrat TKKS (3%; 6%; 9%; 12%; 15%) terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan perolehan bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin tinggi glukosa yang dihasilkan dimana glukosa tertinggi (3,189 g/L) dihasilkan dari TKKS 15%. Kadar etanol tertinggi (0,246 g/L) didapatkan pada fermentasi substrat TKKS 9% selama 3 jam. Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin rendah yield produk per substrat dimana yield tertinggi adalah 0,096 g/g pada konsentrasi TKKS 3%.
Sertifikasi halal (SH) pada suatu produk dianggap sangat penting karena nilainya sama dengan pengendalian kualitas tertinggi pada setiap rangkaian proses produksi produk, IKM (Industri Kecil dan Menengah) yang mempunyai SH penjualannya akan meningkat 5% setiap tahunnya. Walaupun demikian, dari 185.000 unit IKM baru 23.000 unit yang mendapatkan sertifikasi halal, dan 87.57% IKM belum mendapatkan sertifikasi halal karena menemukan kesulitan teknis maupun non teknis. Salah satu IKM yang sudah mendapatkan sertifikasi halal yaitu IKM Kelompok Tani Asri Rahayu (Ibu Popon) Majalengka yang bergerak pada bidang pengolahan bahan agroindustri khususnya buah-buahan. Prinsip, kiat atau cara yang dilakukan oleh IKM Ibu Popon untuk memenuhi persyaratan sertifikasi halal akan dianalisis menggunakan metode Soft System Methodology (SSM). Metode SSM ini menggunakan cara berpikir sistem yang cocok untuk menganalisis masalah dalam situasi yang tidak terstruktur kemudian digambarkan dalam bentuk yang terstruktur. Metode ini dimulai dari menggali informasi tentang kondisi IKM serta studi pustaka melalui Buku pedoman Sistem Jaminan Halal (SJH) yang dikeluarkan oleh LPPOM-MUI tahun 2008, menggambarkan informasi dalam rich picture diagram, analisis CATWOE, membandingkan kondisi IKM dengan pedoman SJH, disini ditemukan beberapa ketidaksesuaian diantaranya tentang pelaksanaan pelatihan eksternal, koordinator kebersihan, pengimplementasian SOP, dokumentasi yang kurang, dan jadwal audit internal. Kemudian dilakukan evaluasi perbaikan menggunakan metode brainstorming, terakhir menggambarkannya dalam model skematis.
Kulit kemiri sunan merupakan limbah yang mengandung hemiselulosa, selulosa, dan lignin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan enzim xilanase. Kulit kemiri sunan mengandung 44,48% hemiselulosa polimer dari xilan. Enzim xilanase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis hemiselulosa (xilan) menjadi xilosa. Enzim xilanase dapat dihasilkan melalui pemanfaatan suatu material yang didegradasi oleh mikroorganisme salah satunya Trichoderma sp. Proses prosuksi enzim xilanase menggunakan fermentasi fasa padat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu fermentasi dan konsentrasi substrat yang menghasilkan aktivitas tertinggi dalam produksi xilanase menggunakan Trichoderma sp dengan metode fermentasi fasa padat. Kondisi proses yang digunakan dalam produksi adalah temperatur 32,8 0C,. Waktu fermentasi dan konsentrasi substrat terbaik ditentukan dengan cara mengukur aktivitas enzim dan kadar protein pada berbagai waktu fermentasi yaitu 12, 24, 36, 48, 60 jam menggunakan konsentrasi substrat 2%, 4 %, 6%, dan 8% dalam 10 mL medium fermentasi (moistening solutions) dengan metode DNS untuk aktivitas enzim, dan metode Lowry untuk uji kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi substrat yang menghasilkan enzim tertinggi adalah konsentrasi 8 % pada jam ke 60 dengan nilai aktivitas enzim sebesar 672,039 U/mL. Kadar protein enzim pada substrat sebesar 0,590 mg/m dan aktivitas spesifik enzim xilanase tertinggi adalah 1137,638 U/mg.
Enzim selulase memiliki peran yang sangat penting di dunia industri, khususnya dunia industri kertas. Industri kertas membutuhkan enzim selulase sebagai bahan tambahan untuk menghaluskan bubur kertas yang nantinya diperuntukkan produkse kertas. Pentingnya peran enzim selulase, maka penyeleksian bakteri penghasil selulase yang mampu menghasilkan selulase penting untuk dilakukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit. Hasil dari penelitian ini semua sampel menghasilkan zona bening dan nilai tertinggi ada pada isolat dengan kode T3 dengan nilai 73,06%±0,0386 yang ditumbuhkan pada media BSM-CMC-CR. Hasil pewarnaan Gram bakteri di hasilkan dengan ciri Gram negatif dan berbentuk batang, mengindikasikan termasuk ke dalam bakteri Pseudomonas sp. Penelitian dilanjutkan dengan mengukur nilai pertumbuhan sel bakteri yang ditumbuhkan di media nutrient broth dengan variasi waktu 8 jam, 24 jam, 32 jam, dan 48 jam menghasilkan nilai paling tinggi ada pada kode isolat T5 yang bernilai absorbansi 1,0392 pada waktu ke 32. Pengujian uji aktivitas enzim yang menghasilkan nilai tertinggi pada kode isolat kode T4 yang bernilai 0,0007202 U/mL pada jam ke 48. Kesimpulan yang didapat adalah isolat terindikasi menghasilkan selulase karena adanya zona bening dan adanya nilai tertinggi pada uji aktivitas enzim di waktu ke 48.
Kata kunci: seleksi, zona bening, uji aktivitas selulase
Perbandingan Metode Degumming CPO (Crude Palm Oil) Terhadap Karakteristik Lesitin Yang Dihasilkan
(2019)
Lesitin merupakan emulsifier alami dan mempunyai sifat fosfolipid yang amphifilik dengan daerah polar dan non polar sehingga penggunanya sudah banyak diaplikasikan dalam industri pangan dan non pangan. Lesitin berbasis minyak nabati dihasilkan dari CPO (Crude Palm Oil) secara dua metode degumming yang dengan menghasilkan karakteristik dari standar mutu lesitin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode degumming parsial (asam sitrat) dan degumming bertingkat (asam sitrat dilanjutkan air) untuk menghasilkan rendemen lebih tinggi, bilangan asam, nilai acetone insoluble dan toluene insoluble yang mendekati standar mutu lesitin. Penelitian dilakukan dengan dua metode yaitu acid degumming parsial dan degumming bertingkat. Faktor yang diteliti adalah konsentrasi asam sitrat (2,5% , 3%, dan 3,5%) dan asam sitrat dilanjutkan air (2,5% , 3%, dan 3,5%) serta lama proses degumming (20 menit dan 30 menit). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode RAL Faktorial. Data dianalisis menggunakan TWO WAY ANOVA dengan uji lanjut Duncan 5%. Pengujian menghasilkan mendekati standar mutu lesitin EFEMA (European Food Emulsifier Manufacturers Association) pada metode acid degumming parsial terdapat pada konsentrasi 2,5% yang menghasilkan rendemen 4,12%, bilangan asam 32,6 mgKOH/g, acetone insoluble 52,8%, dan toluene insoluble 0,66%. Hasil pada metode degumming bertingkat terdapat pada konsentrasi 2,5% yang menghasilkan rendemen 4,12%, bilangan asam 32,6 mgKOH/g, acetone insoluble 53,2%, dan toluene Insoluble 0,62%
Perkembangan industri kelapa sawit sangat potensial, produk utama berupa Crude Palm Oil (CPO) dengan jumlah produksi CPO sebesar 31,02 juta ton pada tahun 2016. CPO umumnya berwarna oranye kemerahan karena mengandung senyawa karotenoid. Karotenoid berperan sebagai persekusor vitamin A yang bermanfaat bagi tubuh, yaitu sebagai antioksidan, tetapi zat warna ini banyak dibuang saat pemurnian CPO, untuk memperoleh senyawa karotenoid didalam CPO harus dilakukan proses ekstraksi, yaitu menggunakan ekstraksi pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap ekstrak karoten yang dihasilkan, dengan menggunakan tiga jenis pelarut, yaitu n-heksan, diatil eter:aseton 1:3 dan aseton 65% dengan komposisi bahan dan pelarut 1:3. Penelitian ini menggunakan proses transesterifikasi kemudian proses ekstraksi dan penguapan pelarut. Analisis total karotenoid dilakukan dengan metode PORIM yang selanjutnya dikonversi menjadi vitamin A menggunakan persaman Gross. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi karotenoid tertinggi dengan nilai 485,4 ppm didapat dari ekstraksi dengan pelarut n-heksan, disusul ekstrak CPO dengan pelarut dietil eter:aseton 1:3 senilai 479.8 ppm dan nilai terkecil didapatkan oleh eksrak CPO dengan pelarut aseton 65% dengan nilai 464,8 ppm yang kemudian di konversi menjadi vitamin A. Nilai vitamin A senilai 80,9 RE atau 269,4 IU dihasilkan oleh pelarut n-heksan, pelarut aseton 65% senilai 77,5 RE atau 258 IU dan terakhir pelarut dietil eter:aseton 1:3 senilai 80 RE atau 266,3 IU. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelarut n-heksan merupakan pelarut dengan hasil ekstrak karotenoid tertinggi dengan nilai akhir 485,4 ppm.
KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HIJAU DAUN RAMI (BOEHMERIA NIVEA (L.) GAUD) BERDASARKAN METODE PELAYUAN
(2019)
Rami (Boehmeria nivea (L.) Gaud.) merupakan salah satu tanaman penghasil serat alam. Produksi serat rami menghasilkan biomassa buangan berupa daun rami sebanyak 40% yang masih belum dimanfaatkan. Selain mengandung senyawa protein yang tinggi, daun rami juga mengandung senyawa bioaktif yang tinggi dan setara dengan kandungan pada teh hijau yakni flavonoid sebanyak 19.8 mg/ml, polifenol sebanyak 149 mg/g, dan katekin sebanyak 35,25-50,75 mg/kg. Teh hijau merupakan salah satu produk herbal yang memiliki kandungan senyawa bioaktif lebih tinggi dibandingkan dengan teh lainnya seperti teh oolong dan teh hitam. Teh hijau diolah dengan cara menginaktivasi enzim polifenol oksidase. Inaktivasi enzim polifenol oksidase terjadi pada saat proses pelayuan. Proses pelayuan pada teh hijau dibedakan menjadi dua metode yaitu proses pelayuan teh hijau China (Panning) dan pelayuan teh hijau Jepang (Steaming). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan proses pelayuan yang optimal dalam memproduksi teh hijau daun rami dengan aktivitas antioksidan tertinggi. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dan analisis data menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktorial. Teh hijau daun rami dibuat dengan perlakuan metode pelayuan steaming dengan variasi waktu 1, 2, 3 menit dan metode pelayuan panning menggunakan udara dengan variasi waktu 5 dan 10 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi pada teh hijau daun rami adalah pada metode pelayuan steaming 1 menit dengan nilai IC50 47,44 ppm (tergolong aktivitas antioksidan sangat kuat) serta kadar polifenol dan tanin sebanyak 207,71 ppm dan 4,41% tanin.
West Java, as one of the provinces with the highest economic growth in Indonesia, half of West Java`s economic growth rate is contributed by MSMEs which continue to grow, especially in big cities like its capital, Bandung City. The business sector that is most involved in MSME business in Bandung City are food and beverage. In the second quarter to third quarter of 2017 the food and beverage industry experienced a growth of 7.19% to 9.46%. The purpose of this research is to measure the performance of innovations carried out by the food sector MSMEs in Kota Bandung. This research will be held on the field of MSMEs in food sector in Bandung City for three months, start on December 2018 and end up on January 2019. The stages of research carried out in this research were data collection, data analysis and then drawing conclusions. Instruments used in this research is the performance index assessment instrument of innovation and sustainable competitive advantage which was later built into a monogram graph. Conclusion of this study is that all business categories, both micro, small and medium food sector in Kota Bandung, have innovated and have innovative behavior that tends to be the same which is in line with the existence of a sustainable competitive advantage in all business categories.
Ketahanan pangan bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi yang cukup, aman, bermutu dan bergizi berimbang bagi suatu wilayah. Ketahanan pangan suatu wilayah dikatakan berhasil jika telah mencapai target dalam SPM bidang ketahanan pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan dan analisis Neraca Bahan Makanan di Kota Bandung tahun 2018 guna mengetahui kondisi ketahanan pangan Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2018 dengan menggunakan data pada tahun 2017. Tujuan penelitian ini adalah : 1) menganalisis jumlah ketersediaan pangan masyarakat Kota Bandung tahun 2018, 2) menganalisis situasi keragaman pangan masyarakat Kota Bandung tahun 2018, 3) mengevaluasi ketersediaan pangan Kota Bandung tahun 2018 dengan SPM bidang ketersediaan pangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan metode analisis Neraca Bahan Makanan dan analisis Pola Pangan Harapan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) ketersediaan pangan masyarakat Kota Bandung tahun 2018 per harinya dalam energi, protein, dan lemak masing-masing adalah 2.298,15 kkal; 85,82 gr; dan 76,99 gr, 2) keragaman pangan di Kota Bandung pada tahun 2018 sudah beragam karena terdapat tujuh dari sembilan kelompok pangan yang tersedia untuk dikonsumsi, hal ini selaras dengan capaian skor PPH Kota Bandung tahun 2018 yaitu 91,69. Skor PPH yang dicapai belum ideal karena skor PPH ideal adalah 100. 3) ketersediaan pangan di Kota Bandung tahun 2018 telah memenuhi SPM yang ditetapkan, namun tingkat konsumsi beras, daging dan ikan di Kota Bandung tahun 2018 belum memenuhi standar yang ditetapkan, dimana konsumsi beras dan daging berlebih sedangkan konsusmi ikan masih kurang.
Kota Bandung merupakan kota metropolitan dengan penduduk lebih dari 2,4 juta jiwa. Hal ini berdampak pada aktifitas ekonomi yang tinggi di Kota Bandung. Aktifitas ekonomi yang tinggi menjadikan Kota Bandung perlu mengetahui tingkat ketahanan ekonominya. Ketahanan ekonomi merupakan kondisi dimana tercapaianya kemandirian ekonomi dan stabilitas ekonomi. Ketahanan ekonomi meliputi 3 faktor, yaitu letak geografis, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. Mengukur ketahanan ekonomi berkaitan dengan informasi mengenai kondisi demografis di wilayah tersebut. Informasi tersebut meliputi, infrastruktur, kepadatan penduduk, lahan pertanian dan peternakan, tingkat pendidikan, dan tingkat pekerjaan. Peta ketahanan ekonomi dapat digunakan untuk mengetahui kondisi sebuah wilayah yang berimplikasi pada pembangunan industri di suatu wilayah. Industrialisasi akan berdampak pada tingkat ketahanan ekonomi. Industrialisasi baik skala mikro, kecil, dan menengah dapat tercipta dengan diketahuinya informasi mengenai kondisi demografis wilayah tersebut. Keberadaan lahan pertanian dan peternakan yang ditunjang oleh sumber daya manusia yang baik, serta keberadaan lahan kosong dapat menentukan arah pembangunan untuk industrialisasi kedepannya. Mengukur ketahanan ekonomi menggunakan metode pengambilan keputusan (Multi Criteria Decision Making) dengan pendekatan Simple Additive Weighting memudahkan pengukuran disertai analisis mengenai kondisi demografis di Kota Bandung. Ketahanan ekonomi di Kota Bandung perlu diukur mengingat semakin sempitnya lahan pertanian dan peternakan. Kota Bandung memiliki lahan pertanian kurang dari 3 persen. Hal tersbut tentu akan berpengaruh pada tingkat ketahanan ekonomi di Kota Bandung. Terdapat 22 kecamatan di Kota Bandung memiliki indeks ketahanan ekonomi lebih dari 21 persen dengan rata-rata 24 persen.
CV Rosalia Jaya di Kota Cimahi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pangan olahan ikan, produknya adalah cuanki instan. CV Rosalia Jaya memberdayakan pekerja disabilitas berjumlah hampir 30% dari total karyawan pada bagian produksi. Jenis disabilitas yang bekerja adalah tuna rungu. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis sistem kerja yang ada pada perusahaan untuk selanjutnya dicocokkan dengan kemampuan yang dapat dilakukan oleh penyandang disabilitas sehingga membuka peluang bagi penyandang disabilias lainnya (selain tuna rungu) untuk berkesempatan bekerja pada perusahaan sejenis, dan (2) memberikan referensi mengenai jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh penyandang disabilitas, (3) sebagai gambaran aktivitas bagi perusahaan lainnya. Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian jenis pekerjaan pada pekerja disabilitas adalah mengukur tiga aspek yaitu waktu kerja, kualitas yang dihasilkan, dan error yang ada. Penelitian ini menggunakan metode percobaan, pengamatan dan penelusuran yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara jenis pekerjaan yang ada pada CV. Rosalia Jaya dengan kemampuan penyandang disabilitas dilihat dari tiga aspek yaitu waktu kerja, kualitas yang dihasilkan, dan error yang ditimbulkan. Data yang digunakan untuk analisis kesesuaian jenis pekerjaan penyandang disabilitas yang diperoleh melalui penelusuran berupa hasil wawancara dengan ahli, melalui percobaan berupa pengukuran waktu kerja, pengukuran kualitas produk yang dihasilkan dan kelalaian yang ditimbulkan, dan yang diperoleh melalui studi pustaka dan literatur berupa bahasan yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan adanya kesesuaian jenis pekerjaan yang ada pada perusahaan CV. Rosalia Jaya dengan kemampuan penyandang disabilitas. Secara lebih rinci disimpulkan bahwa proses sortasi, sealer, penempelan label dan perakitan dapat dilakukan oleh semua jenis penyandang disabilitas, sedangkan proses pengguntingan hanya dapat dilakukan oleh penyandang tuna rungu saja.
Balanced Scorecard (BSC) adalah salah satu alat ukur kuantitatif sebagai sistem pengukuran, sistem manajemen, dan alat komunikasi untuk mencapai visi yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan itu telah dilakukan penelitian yang membahas seperangkat parameter pengukuran kinerja berbasis pada metode BSC. Pengukuran kinerja juga menjadi bahan evaluasi bagi suatu organisasi untuk berkembang. Dari pengukuran kinerja didapat komponen mana saja yang perlu mendapatkan perbaikan dan komponen mana saja yang sudah baik. Setiap IKM sangat berbeda dengan IKM lainnya, perbedaan tersebut dapat berupa komoditas, jenis produk yang dihasilkan dan juga besarnya jenis usaha tersebut sehingga diperlukan parameter-parameter pengukuran kinerja yang berbeda untuk menentukan setiap IKM. Dalam kasus ini penulis melakukan evaluasi terhadap parameter pengukuran kinerja dari IKM makanan ringan sehingga parameter tersebut dapat digunakan untuk IKM briket arang. Dimana kedua IKM ini memiliki perbedaan antara sektor pangan dan sektor non-pangan. Evaluasi parameter pengukuran kinerja ini dilakukan dengan menganalisis setiap parameter apakah masih layak dengan mendapatkan informasi dan masukan dari pekerja, pemilik IKM, dan akademisi. Analisis dilakukan dengan melakukan focus group discussion dengan pihak terkait. Dari ke-32 parameter awal ternyata ditemukan perbaikan parameter seperti parameter “banyaknya produk baru”. Parameter tersebut ternyata tidak diperlukan dalam IKM briket arang dikarenakan IKM tersebut tidak mungkin menghasilkan produk baru dari bahan baku yang dimiliki, namun hanya dapat menghasilkan varian baru.
CV. Rosalia Jaya di Cimahi telah beroperasi dari tahun 2013 menjual cuanki instan hingga ke supermarket bahkan hingga mengekspornya melalui pihak ketiga. Dengan produk yang telah terkomersialisasi, maka kualitas produk perlu dijaga. Salah satu hal yang diperlukan dalam penjagaan kualitas yaitu adanya dokumen sistem dan manajemen. Dokumen ini diperlukan pula ketika ingin mendapatkan sertifikasi. Penelitian ini berfokus pada penyusunan dokumen standar yang berbentuk Standard Operating Procedures (SOP) yang berisikan sistem dan tata cara kerja produksi CV. Rosalia Jaya di Cimahi, Jawa Barat. Dalam penyusunan SOP, dilakukan melalui 3 tahapan utama yaitu pengamatan terhadap produksi secara partisipatif, dilanjutkan dengan analisis sistem termasuk cara kerja yang berlaku. Kemudian hasil analisis digunakan untuk merekayasa satu standar kerja yang lebih baik sesuai dengan pedoman Good Manufacturing Practices (GMP). Dalam menganalisis, dilakukan pembuatan peta proses operasi melalui pengamatan langsung. Pengambilan data waktu dilakukan dengan alat bantu berupa stopwatch serta dilakukan wawancara, formchecklist dan dokumentasi sebagai data pendukung. Faktor kelonggaran yang digunakan untuk analisis waktu standar adalah perhitungan Westinghouse. Hasil dari yang diperoleh dari penelitian ini adalah SOP yang bermanfaat untuk memperbaiki proses produksi cuanki instan di CV. Rosalia Jaya. SOP ini dinilai dapat sangat penting dan mutlak dapat diterapkan. SOP yang disusun meliputi perbaikan sebesar 45% dari total aktivitas produksi dalam kondisi riil yang dilakukan usulan perbaikan berdasarkan GMP dari BPOM 2012. Sebagai tambahan parameter kriteria dalam SOP yaitu suhu dan waktu baku proses produksi cuanki instan adalah 1 jam 25 menit.
Minimnya pasar terhadap Hanjeli menunjukkan perlu adanya pengembangan produk untuk membuka pasar Hanjeli di Indonesia, sehingga juga meningkatkan minat petani dalam menanam tanaman tersebut. Perintisan bisnis Hanjeli Bakery yang bergerak pada pengolahan tepung Hanjeli menjadi berbagai macam produk Bakery yang menjadi salah satu cara dalam penyerapan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengebangkan produk olahan tepung Hanjeli yang dilakukan secara iterasi sehingga menghasilkan produk turunan bakery yang diterima oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Jatinangor kec. Sumedang, Jawa Barat pada bulan Juli sampai bulan april 2019 dengan pendekatan Lean Startup yang memiliki siklus Build-Measure-Learn (BML) dalam tahapannya dan mengumpulkan data dari responden berupa kritik, saran dan penilaian dan melakukan Minimum Viable Product (MVP) yang dibantu dengan Lean canvas untuk menjadi acuan dalam pengembangan produk. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa bisnis Hanjeli Bakery menghasilkan produk turunan hanjeli yang mulai diterima masyarkat, dan bisnis Hanjeli Bakery harus terus melakukan pendekatan ini untuk menghasilakan nilai tambah produk dan produk yang lebih baik lagi sehingga produk semakin diterima dikalangan masyarakat. Kesimpulan hasil pendekatan lean Start up melalui proses evaluasi Minimum Viable Product (MVP) produk turunan hanjeli yang memiliki peluang untuk dikembangkann dalam dunia bisnis adalah pudding brownies hanjeli dan brownies hanjeli.
Pandan wangi merupakan tanaman yang mudah dijumpai di daerah tropis dan di daerah yang tanahnya cukup lembab seperti di Indonesia. Daun pandan wangi sudah lama dikenal sebagai pemberi aroma pada produk makanan ataupun sebagai pelengkap bahan masakan serta sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri. Pengolahan daun pandan wangi menjadi minyak atsiri dapat meningkatkan produktivitas dan menciptakan nilai tambah atsiri Indonesia karena terciptanya minyak atsiri baru. Salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri pandan wangi adalah dengan menggunakan metode penyulingan air dan uap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama waktu penyulingan yang menghasilkan rendemen dan mutu minyak pandan wangi terbaik. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan analisis deskriptif. Penelitian ini menggunakan 5 variasi lama penyulingan dan dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Variasi lama waktu penyulingan yang digunakan adalah 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Parameter yang diamati untuk menentukan perlakuan terbaik terdiri dari jumlah rendemen yang dihasilkan serta parameter mutu yang meliputi bobot jenis, indeks bias, bilangan asam, kelarutan dalam alkohol 90%, dan bilangan ester. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, lama waktu penyulingan untuk menghasilkan rendemen terbaik adalah perlakuan 8 jam dengan nilai rendemen sebesar 0,55%, sedangkan lama waktu penyulingan untuk menghasilkan mutu terbaik adalah perlakuan 6 jam dengan besar bobot jenis 1,0563 g/mL, indeks bias 1,3473, bilangan asam 3,274 mg KOH/g, kelarutan dalam alkohol 90% (1:1), dan bilangan ester sebesar 96,06 mL HCl/g.
Tingkat Kesiapan SDM di IKM Roti Arsya dalam Pelaksanaan Standar Good Manufacturing Practice (GMP)
(2018)
Roti Arsya merupakan industri kecil yang bergerak di bidang pangan, perlu menjamin bahwa produk yang dijual bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Good Manufacturing Practice (GMP) merupakan pedoman dalam proses produksi yang digunakan oleh industri pangan dalam rangka penjaminan kualitas dan keamanan produknya. Roti Arsya yang tergolong dalam Industri Kecil Menengah (IKM) memiliki potensi besar untuk menerapkan GMP, namun dari sisi sumberdaya manusianya dianggap masih kurang professional dalam penguasaan teknologi dan pemasaran. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pengetahuan tentang standar kompetensi yang akan digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan SDM di pabrik Roti Arsya dalam pelaksanaan standar keamanan pangan yaitu GMP. Mengukur tingkat kesiapan SDM dalam pelaksanaan GMP membutuhkan standar kompetensi. Standar kompetensi dibuat berdasarkan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap kerja (attitude), yang selanjutnya dilakukan pembobotan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP). Pengukuran tingkat kesiapan SDM dalam pelaksanaan GMP dilakukan dengan metode rating scale terhadap kesesuaian kompetensi yang telah dibuat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis dengan pendekatan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapan pemilik IKM dan karyawan dalam pelaksanaan standar GMP baru mencapai nilai 58 yang artinya baru memenuhi sebagian kompetensi.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin pada ketersediaan pangan yang cukup, memenuhi gizi yang baik dan aman serta akses yang mudah untuk untuk mendapatkannya. Ketahanan pangan bagi suatu daerah adalah hal yang penting karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup. Adanya pemetaan ketahanan pangan dapat menjadi acuan dan informasi berbagai potensi atau masalah pangan dalam suatu daerah. Jawa Barat termasuk ke dalam salah satu pemasok padi terbesar di Indonesia. Kontribusi yang signifikan terhadap penyediaan kebutuhan pangan ditingkat nasional menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu daerah penyangga pangan yang harus diperkuat kemampuan dan keberlanjutan pembangunan ketahanan pangannya. Tujuan penelitian ini adalah memetakan kondisi ketahanan pangan di Jawa Barat Wilayah Bakorwil III yang mampu mendukung pengambilan keputusan dan dilaksanakan di wilayah Bakorwil III. Metode yang digunakan dalam menghitung variabel-variabel tersebut adalah Food Security Quotient (FSQ) yang merupakan modifikasi dari metode Location Quotient. Terdapat tiga indikator ketahanan pangan menurut FAO yakni ketersediaan, aksesibilitas dan mutu pangan dengan beberapa variabelnya masing-masing. Berdasarkan hasil perhitungan FSQ Wilayah III Jawa Barat yang meliputi Kabupaten Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Kota Cirebon memiliki nilai FSQ di atas 0,75, yaitu termasuk kategori aman pangan, dengan nilai tertinggi pada Kabupaten Kuningan yaitu sebesar 1,114 dan nilai terendah pada Kota Cirebon yaitu 0,823. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Wilayah Bakorwil III Jawa Barat sudah aman pangan.
Meningkatnya kebutuhan kopi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan semakin ketatnya persaingan pada pasar kopi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi rantai pasok kopi, pengukuran kinerja pemasok, dan perhitungan nilai tambah produk yang dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif di pasar dan alternatif penentuan strategi perusahaan. Identifikasi rantai pasok diperlukan untuk mengetahui aliran yang terjadi sepanjang rantai pasok sehingga dapat dilakukan pengelolaan rantai pasok yang baik. Pengukuran kinerja pemasok diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasok, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengelolaan pasokan bahan baku perusahaan. Perhitungan nilai tambah diperlukan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang diberikan perusahaan terhadap produk yang diciptakan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara kepada anggota rantai pasok, dan studi pustaka. Metode Hayami digunakan untuk menganalisis nilai tambah dan metode Data Envelopment Analysis (DEA) digunakan untuk menganalisis efisiensi kinerja pemasok. Penelitian dilakukan pada perusahaan agroindustri kopi yaitu Kadatuan Koffie yang berada di Bandung. Hasil penelitian identifikasi rantai pasok digambarkan menggunakan Rich Picture Diagram untuk menjelaskan sistem rantai pasok secara menyeluruh. Sistem rantai pasok Kadatuan Koffie terdiri dari anggota primer yaitu kelompok tani sebagai pemasok buah kopi, Kadatuan Koffie sebagai perusahaan pengolah kopi, dan konsumen. Anggota sekunder terdiri dari pemasok kemasan dan mitra penyangraian. Terdapat tujuh pemasok buah kopi yang ada pada rantai pasok Kadatuan Koffie yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, terdapat tiga pemasok dengan kinerja yang telah efisien. Hasil perhitungan nilai tambah pada kelompok tani dan Kadatuan Koffie menunjukkan bahwa aktivitas yang diberikan oleh kedua pihak tersebut telah memberikan nilai tambah terhadap produk.
Masa yang akan datang sistem perdagangan internasional akan bebas dan lebih terbuka. Dampak dari perdagangan internasional yaitu industri makanan dan minuman tidak jauh dari isu keamanan pangan, sehingga para produsen harus memperhatikan syarat-syarat untuk mengurangi resiko yang dapat merugikan kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi prodak pangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan GMP pada Industri Rumahan Telur Asin “LS” dengan maksud untuk meningkatkan kualitas dan menjamin mutu produk telur asin industri rumahan yang aman dan sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Penelitian ini merupakan studi kasus penerapan GMP pada industri rumahan telur asin “LS” yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Teknik Pengumpulan data analisis Balanced Scorecard dilakukan untuk mengevaluasi penerapan GMP dengan cara melakukan observasi lapangan. Teknik pengambilan data analisis Balanced Scorecard kualitatif dilakukan dengan mengambil sampel menggunakan form checklist sebagai responden untuk mengevaluasi penerapan GMP pada Industri Rumahan Telur Asin “LS”.Berdasarkan hasil penelitian diketahui Industri rumahan telur asin “LS” baru memenuhi 95 parameter pada 6 kategori atau 83,33% dari 114 parameter pada 13 kategori pemenuhan GMP. Tidak terpenuhinya kategori GMP pada industri rumahan telur asin “LS” disebabkan Key Person belum mengetahui dan memahami kriteria GMP. Untuk itu disarankan agar industri rumahan telur asin “LS” agar proaktif untuk memahami dan mengimplementasikan GMP sesuai dengan peraturan yang berlaku.