S2 - Magister
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Magister by Author "Adjat Sudradjat"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Karakteristik Endapan Debris Avalanches G. Papandayan dan Prediksi Erupsi Mendatang Terhadap Kawasan Rawan Bahaya di Kabupaten Garut, Jawa Barat(2014-02-13) ASEP NURSALIM; Adjat Sudradjat; Nana SulaksanaABSTRAK Aktifitas gunung api di Indonesia merupakan salah satu fenomena alam yang dapat terjadi setiap saat. Kerugian baik materi maupun korban jiwa akan selalu terjadi setiap saat di khususnya yang berhadapan langsung dengan gunung api tersebut. Upaya mitigasi harus selalu dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan kerugian material yang lebih besar. Salah satu hasil dari aktifitas gunung api tersebut menghasilkan endapan debris avalanches. Endapan tersebut merupakan bahan campuran berupa rombakan yang menjadi salah satu potensi bahaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan endapan debris avalanches. Potensi endapan yang bisa menimbulkan bahaya, oleh karena itu perlu pengkajian untuk mencari solusi dalam pembuatan kebijakan tata ruang dan wilayah. Penelitian endapan debris avalanches ini dilakukan di komplek Gunung api Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Metode yang digunakan yaitu dengan cara interpretasi data citra resolusi tinggi, morfometri sub DAS untuk aspek morfologinya, parameter fisik di lapangan dan uji statistik berupa uji korelasi dan uji komparatif. Interpretasi data citra sebagai tahap awal melakukan pengamatan di lapangan. Kerapatan pengaliran sungai untuk mengetahui respon resistensi batuan dimana endapan debris avalanches diendapkan. Parameter fisik berupa kandungan komponen yang terdapat pada endapan, sehingga bisa diketahui hubungan ukuran rata-rata diameter komponen dengan jauhnya jarak dari pusat erupsi. Sementara uji statistik berupa uji korelasi dan uji komparatif untuk mengetahui apakah data tersebut normal dan ada korelasi diantara kedua endapan. Hasil interpretasi data citra menunjukkan adanya perbedaan arah kelurusan punggungan dari kedua endapan. Parameter fisik memperlihatkan adanya perbedaan pada prosentase rata-rata ukuran diameter komponen dan matrik. Debris avalanches hasil erupsi 1772 dominan matrik sementara debris avalanches hasil erupsi 2002 menunjukkan dominan komponen. Sementara dari uji statistika berupa uji korelasi dan uji normalitas menunjukkan perbedaan, untuk debris avalanches hasil erupsi 1772 hasilnya menunjukkan berdistribusi normal sedangkan debris avalanches hasil erupsi 2002 berdistribusi tidak normal. Sedangkan uji korelasi debris avalanches hasil erupsi 1772 menunjukan tingkat sedang dan Debris avalanches hasil erupsi 2002 menunjukkan tingkat sangat tinggi. Berdasarkan catatan sejarah dan hasil penelitian, prediksi erupsi di masa yang akan datang tidak jauh berbeda dengan erupsi-erupsi sebelumnya untuk endapan debris avalanches. Debris avalanches menjadi sumber dari endapan lahar yang akan menjadi potensi yang melanda kawasan pemukiman di bantaran sungai yang berhulu di puncak. Kata Kunci: Erupsi, Debris avalanches, G. PapandayanItem KONDISI GEOLOGI SEBAGAI FAKTOR DALAM PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN DENGAN METODE ANALISIS GEOSPASIAL DI KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR(2013) ROHADIAN YOSEP; Nana Sulaksana; Adjat SudradjatABSTRACT Berau Regency is one of the regencies administration in East Kalimantan Province blessed with several natural resources including coal and mineral resources. Coal and mineral resources has been exctracted by mining business activities conducted under Mining Business Permit (IUP). According to the Law Number 4/2009, mining businesss activities shall be carried out within Mining Area (WP). Furthermore, Mining Business Area (WUP) is a part of Mining Area that already has data, potential and/or information about geology informations. Geospatial analysis methode used in determining of Mining Business Area, meanwhile Analytical Hierarchy Process (AHP) Methode used in prioritizing Mining Business Area. Geological conditions as criterias for Mining Business Area prioritizing, several factors were considered such as : mining commodity, resources aspect, land status and geographical location. Based on respondens answers analyzed by AHP methode showed that the highest weight is resources aspect with 38.7%, then mining commodity weight is 37.4 %, land status weight is 13.0 % and geographical location weight is 10.9%. Therefore, geological conditions are a major factor in determining priority of Mining Business Area. The results of spatial analysis based on geological condition and limitation factors yield 19 (nineteen) blocks of Mining Business Work Area consist of 5 (five) blocks Metal Mining Business Area, 8 (eight) blocks Non Metal Mining Business Area, 2 (two) blocks Rocks Mining Business Area and 4 (four) blocks Coal Mining Business Area. The result of weighting process of 19 (nineteen) Mining Business Area Blocks are 3 (three) types of rank of Mining Business Area Priority such as : Fisrt Priority Mining Business Area consist 2 (two) blocks of Metal Mining Business Area, Second Priority of Mining Business Area consist 3 (three) blocks of Metal Mining Business Area, 4 (four) blocks of Non Metal Mining Business Area and 4 (four) blocks of Coal Mining Business Area and Third Priority of Mining Business Area consist 5 (five) blocks of Non Metal Mining Business Area and 2 (two) blocks of Rocks Mining Business Area. The results of spatial analysis and weighting process with AHP method showed that geological factors and spatial planning of Berau Regency influenced of determining and prioritizing of Mining Business Area.