S3 - Doktor
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S3 - Doktor by Author "Anne Nuraini"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Rekayasa Media Tumbuh Berbasis Amelioran dan Pupuk Hayati Bakteri Pelarut Fospat Indigenous untuk Meningkatkan Produksi Kentang di Dataran Medium(2024-01-06) LINLIN PARLINAH; Anne Nuraini; Jajang Sauman HamdaniProduksi kentang skala nasional masih belum memenuhi kebutuhan akan kentang untuk skala industry, hal ini terlihat dari import kentang masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan ekspor kentang. Peningkatan produksi kentang sangat berpotensi dalam peningkatan ketersediaan kentang untuk kebutuhan skala nasional. Penanaman kentang pada dataran medium merupakan salahsatu upaya untuk meningkatkan produksi kentang. Produksi kentang pada dataran medium belum mencapai produksi maksimal jika dibandingkan dengan penanaman kentang di dataran tinggi. Rekayasa media tumbuh berbasis amelioran dan pupuk hayati BPF indigenous diharapkan mampu meningkatkan produksi kentang kultivar Medians pada dataran medium. Penelitian bertujuan untuk menguji: 1). Komposisi (kotoran sapi/kospi + biochar batok kelapa/bi + dolomit/mit; (Kospibimit (8:1:1), Kospimit (8:2) dan Kospibi (8:2)) dan dosis amelioran 2). Pemilihan Isolat BPF Indigenouse (BI) Unggul dari ekosistem rezhosper tanaman yang berbeda; 3). Dosis BPF 4) Interaksi Kospibimit+BI pada jenis tanah berbeda terhadap pertumbuhan, hasil, sifat kimia, dan fisik tanah. Pengujian komposisi dan dosis amelioran menggunakan rancangan lingkungan RAK, perlakuan terdiri dari 9 dosis ameliorant per hektar yaitu tanpa amelioran; kospi 10 ton; kospi 20 ton; Kospibimit 10 ton; Kospibimit 20 ton; Kospimit10 ton; Kospimit 20 ton; Kospibi 10 ton; dan Kospibi 20 ton, perlakuan diulang 3 kali. Penentuan dosis untuk komposisis ameliorant Kospibimit (8:1:1) + NPK menggunakan rancangan RAK, dosis perlakuan per hektar terdiri dari tanpa ameliorant; 10 ton Kospibimit + 150 kg NPK; 20 ton Kospibimit + 150 kg NPK; dan 300 kg NPK tanpa Kospibimit, perlakuan diulang 6 kali. Pemilihan Isolat BPF Unggul dengan metoda penjaringan, penentuan jenis dan dosis BPF menggunakan rancangan lingkungan RAK dengan dosis perlakuan per hektar yaitu tanpa BPF; 50 kg Pseudacidovorax intermedius; 50 kg Agrobacterium fabrum; 50 kg Agrobacterium tumefaciens; 50 kg Serratia nematodiphila; 100 kg P. intermedius; 100 kg A. fabrum; 100 kg A. tumefaciens; 100 kg S. nematodiphila; 150 kg P. intermedius; 150 kg A. fabrum; 150 kg A. tumefaciens, 150 kg S. nematodiphila, perlakuan diulang 3 kali. Penentuan dosis A. fabrum dilapangan menggunakan rancangan RAK dengan pemberian perlakuan per hektar yaitu tanpa A. fabrum; 12,5 x 1013 CFU; 25 x 1013 CFU; dan 37,5 x 1013 CFU, perlakuan diulang 6 kali. Penentuan ameliorant dan pupuk hayati BPF pada jenis tanah berbeda menggunakan rancangan lingkungan split plot, petak utama yaitu Andisol dan Inceptisol sedangkan anak petak dosis per hektar yaitu tanpa ameliorant dan BPF; P. intermedius + 10 ton Kospibimit; A. fabrum + 10 ton Kospibimit; P. intermedius + 20 ton Kospibimit; A. fabrum + 20 ton Kospibimit, perlakuan diulang 3 kali. Hasil pengujian didapat bahwa perlakuan P. intermedius + 10 ton ha-1 Kospibimit (8:1:1) mampu meningkatkan produksi tanaman kentang di dataran medium.Item STUDI IDENTIFIKASI TOMAT MUTAN iaa9-3 dan iaa9-5 PADA FASE VEGETATIF DAN REPRODUKTIF SERTA RESPONNYA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN MELALUI TEKNIK IN VIVO DAN IN VITRO(2023-05-15) ERNI SUMINAR; Syariful Mubarok; Anne NurainiMutan iaa9-3 dan iaa9-5 merupakan hasil mutasi dari tomat Micro-Tom (WT-MT) yang introduksi dari Tsukuba University dengan karakteristik buah partenokarpi yang terbentuk sebelum terjadinya fertilisasi sebagai akibat dari mutasi pada gen Indole Acetic Acid 9 (IAA9). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon morfologi dan fisiologi mutan iaa9 dan WT-MT yang ditanam di Jatinangor serta responnya terhadap berbagai tingkat cekaman kekeringan pada kondisi in vivo dan in vitro. Penelitian ini terdiri dari tiga set percobaan, yaitu : percobaan I tentang identifikasi respon morfologi (vegetatif dan reproduktif) dan fisiologi tanaman tomat mutan yang ditanam di Jatinangor dengan susunan Rancangan Acak Lengkap satu faktor yaitu genotipe tomat yaitu WT-MT (G1), iaa9-3 (G2), dan iaa9-5 (G3); percobaan II tentang pengujian pada kondisi kekeringan in vivo disusun dengan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial terdiri dari faktor genotipe yaituWT-MT (G1), iaa9-3 (G2), dan iaa9-5 (G3) dan faktor volume penyiraman yaitu 25% (W1), 50% (W2), 75% (W3), dan 100% (W4); dan percobaan III tentang pengujian pada kondisi kekeringan in vitro yang terdiri dari faktor genotipe yaitu tomat WT-MT (G1), iaa9-3 (G2), dan iaa9-5 (G3) dan faktor konsentrasi polietilen glikol (PEG) yaitu PEG 0% sebagai kontrol (PEG0), PEG 5% (PEG5), PEG 10% (PEG10), dan PEG 15% (PEG15). Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa genotipe mutan iaa9-3 memiliki nilai tertinggi pada CCI, prolin, jumlah bunga, jumlah buah dan bobot buah sedangkan genotipe mutan iaa9-5 memiliki nilai tertinggi pada kandungan klorofil-a, klorofil-b, klorofil total, likopen, dan beta karoten. Percobaan II dengan induksi cekaman kekeringan in vivo menunjukkan bahwa genotipe mutan iaa9-3 dan iaa9-5 memiliki sifat unggul secara fisiologis dan pertumbuhan akar dibandingkan dengan WT-MT. Rendahnya sifat morfologis pada genotipe mutan jika dibandingkan dengan WT-MT menunjukkan bahwa adanya adaptasi atau sifat responsif terhadap cekaman kekeringan. Hasil percobaan III dengan induksi cekaman kekeringan in vitro menunjukan bahwa mutan iaa9-5 lebih toleran daripada mutan iaa9-3 dan WT-MT pada kondisi kekeringan secara in vitro. Kebaruan dari penelitian ini adalah informasi daya adaptasi berbasis karakteristik morfologi dan fisiologi dari mutan iaa9 dan WTMT-nya terhadap berbagai cekaman kekeringan dalam kondisi pengujian in vivo dan in vitro.