Browsing by Author "ANNISA NADIAH APRILIA"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item KEEFEKTIFAN HERBISIDA 2,4-D dimetilamina 870 g/l TERHADAP PENEKANAN GULMA PADA PERTANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa )(2020-03-12) ANNISA NADIAH APRILIA; Yayan Sumekar; Uum UmiyatiGulma merupakan masalah utama dalam peningkatan produksi padi sawah, karena gulma menjadi pesaing utama dalam pertanaman padi sawah . Pengendalian gulma dengan herbisida dipilih karena diniai lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan pengendalian lain. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetilamina 870 g/l untuk mengendalikan gulma umum pada budidaya tanaman padi sawah. Percobaan dilakukan di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada bulan Juni sampai Oktober 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan dan 7 perlakuan. Perlakuan terdiri dari dosis herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetilamina 870 g/l yaitu dosis 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5 l/ha, penyiangan secara manual dan perlakuan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Hasil percobaan menunjukkan bahwa herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetilamina 870 g/l mulai dosis 1,5 s/d 3,5 l/ha dapat mengendalikan gulma Ludiwigia octovalvis, Sphenochloa zeylainica, Fimbristylis miliacea, Cyperus iria dan gulma total hingga 6 MSA tanpa menimbulkan efek keracunan pada pertanaman padi sawah.Item UJI RESISTENSI GULMA Echinochloa crus-gall, dan Leptochloa chinensis ASAL SULAWESI SELATAN TERHADAP HERBISIDA BERBAHAN AKTIF METAMIFOP(2022-09-11) ANNISA NADIAH APRILIA; Uum Umiyati; Denny KurniadieJajagoan (Echinochloa crus-galli) dan Timunan (Leptochloa chinensis) diakui sebagai gulma paling bermasalah di areal persawahan Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Herbisida metamifop sudah digunakan selama 5 tahun untuk mengendalikan gulma tersebut pada areal pertanaman padi sawah di Sulawesi Selatan dengan intensitas aplikasi yang cukup tinggi. Hal tersebut menimbulkan E. crus-galli dan L chinensis yang sulit dikendalikan dan diperkirakan resisten terhadap herbisida metamifop. Namun demikian, kasus resistensi gulma terhadap herbisida metamifop di Indonesia belum banyak dilaporkan dan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi (1) adanya resistensi gulma E. crus-galli dan L chinensis terhadap metamifop, (2) tingkat resistensi yang terjadi pada gulma E. crus-galli dan L chinensis terhadap metamifop dan (3) mekanisme resistensi khususnya mekanisme Target Site Resistance. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dari bulan November 2021 hingga Juni 2022. Uji tingkat resistensi dilakukan dengan metode Whole Plant Pot Test menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tempat asal gulma yaitu gulma terpapar (Sidrap,Maros, Pinrang) dan tidak terpapar herbisida asal Karawang. Anak petak adalah dosis herbisida, untuk metamifop : 0, 31.25, 62.5, 125, 250, 500 dan 1000 g b.a/ha. Hasil Penelitian menunjukan bahwa gulma E. crus-galli asal Pinrang tergolong ke dalam resistensi rendah sedangkan E. crus-galli asal Sidrap dan Maros masih tergolong sensitif terhadap aplikasi metamifop. Untuk L chinensis hasil penelitian menunjukan L chinensis asal Sidrap dan Maros tergolong kedalam resistensi rendah sedangkan L chinensis asal Pinrang tergolong sensiti terhadap aplikasi metamifop. Sekuensing DNA dilakukan terhadap semua sampel L chinensis dengan primer L.C1-R & L.C1-R dengan metode PCR untuk mengetahui mekanisme Target Site Resistance . Hasil sekuensing menunjukan terdapat 40 subtitusi asam amino untuk sampel asal Sidrap dan 1 subtitusi asam amino untuk sampel asal Maros yaitu perubahan triptofan menjadi sistein. Informasi kasus resistensi gulma terhadap herbisida sangat dibutuhkan untuk mencegah ataupun mengatasi penyebaran gulma resisten.