Browsing by Author "Farina Pramanik"
Now showing 1 - 20 of 24
Results Per Page
Sort Options
Item A DESCRIPTIVE STUDY OF BONE DENSITY BASED ON ANGLES MALOCCLUSION CLASSIFICATION ON FEMALE PATIENTS AGED 13-30 YEARS OLD ON PANORAMIC RADIOGRAPH(2017-03-09) LING PEI CHENG; Ria Noerianingsih; Farina PramanikMalocclusion can affect the stomatognathic system and induce changes in bone density that can be evaluated through a panoramic radiograph. The aim of this study was to determine bone density based on Angle’s malocclusion classification on female patients aged 13-30 years old on panoramic radiograph. In the current study, ninety digital panoramic radiographs of female patients aged 13-30 years old with 30 radiographs representing each of the Angle’s malocclusion classes (class I, class II, class III) were used. Bone density was measured by using ImageJ software with 20x20 pixels intensity by using a method based on the mental index (MI). The result of the current study revealed that the mean bone density of female patients aged 13-30 years old with Angle’s malocclusion of class I was 18.726% of cortical and 81.274% of marrow, class II was 16.804% of cortical and 83.196% of marrow, and class III was 15.911% of cortical and 84.089% of marrow. In conclusion, the bone density of female patients aged 13-30 years old with Angle’s class I malocclusion was higher than class II, and class II malocclusion has higher bone density than class III on panoramic radiograph.Item Analisi Radiografi Peri-implan Pasca Pemasangan Implan pada Radiograf Periapikal: Scoping Review(2021-07-09) LAZARO NEHEMIA BENEDICT DILENS; Azhari; Farina PramanikPendahuluan: Implan gigi merupakan perangkat yang populer dan umum digunakan dalam perawatan rehabilitasi kehilangan gigi. Hasil perawatan implan gigi sering tidak optimal serta mengalami komplikasi akibat informasi radiografi yang tidak tepat. Saat ini telah banyak dilakukan penelitian terkait evaluasi jaringan peri-implan pasca pemasangan implan menggunakan radiograf periapikal, namun belum terdapat cukup studi peninjauan terkait hal tersebut. Studi ini bertujuan untuk meninjau berbagai penelitian yang mengevaluasi perubahan ketinggian dan kepadatan tulang peri-implan pasca pemasangan implan menggunakan radiograf periapikal. Metode: Penelitian dilakukan dengan melakukan peninjauan literatur terkait evaluasi tulang peri-implan pasca pemasangan implan menggunakan radiograf periapikal. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed NCBI, Science Direct, Ebsco Host, dan Clinicalkey dengan kata kunci “((dental implant) AND (periapical radiograph)) AND (peri-implant) OR (alveolar bone))”. Penyaringan literatur dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Literatur terpilih kemudian ditinjau. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara radiografi terjadi perubahan ketinggian dan kepadatan tulang peri-implan pasca pemasangan implan. Besarnya perubahan ketinggian dan kepadatan tulang bervariasi pada implan dengan karakteristik yang berbeda. Simpulan: Tulang peri-implan mengalami perubahan ketinggian dan kepadatan dalam proses adaptasi tulang terhadap pembebanan pasca pemasangan implan. Besarnya perubahan ketinggian dan kepadatan tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor dapat dievaluasi melalui radiograf periapikal.Item Analisis Densitas dan Mikrostruktur Tulangdi Sekitar Dental Implant melalui Radiograf Panoramik pada Proses Osseointegrasi Dengan dan Tanpa Ekstrak Gambir (UNCARIA ROXB.) di Tibia Kelinci(2023-07-11) RAYHANNA RUFAIDA; Azhari; Farina PramanikPendahuluan: Dental implant diakui memiliki prognosis jangka panjang yang menguntungkan apabila osseointegrasi tercapai. Namun, kegagalan dapat saja terjadi khususnya pada fase awal osseointegrasi. Osseointegrasi merupakan kriteria keberhasilan suatu dental implant. Densitas dan mikrostruktur merupakan faktor stabilitas implan pada proses osseointegrasi. Gambir memiliki kandungan katekin yang dapat dijadikan sebagai anti-inflamasi dan mempercepat penyembuhan tulang. Radiografi merupakan salah satu metode dalam mengevaluasi osseointegrasi yang non- invasive dan praktis diantaranya adalah radiografi panoramik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan densitas dan mikrostruktur osseointegrasi dental implant di tibia kelinci dengan atau tanpa Gambir (Uncaria roxb.) berdasarkan interval waktu (hari ke-3, 14, dan 28) menggunakan gambaran radiografi panoramik. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitic observational comparative. Sampel terdiri dari 24 radiografi panoramik potongan tulang tibia kelinci yang telah dipasang dental implant selama 3, 14, dan 28 hari, baik tanpa (kontrol) dan dengan penambahan gambir. Data didapatkan dengan pengukuran menggunakan software ImageJ 2.3.0. Data dianalisis menggunakan Kruskal Wallis test, One-way ANOVA test, T test, dan Mann-Whitney test pada software SPSS 26.0. Hasil: Hasil analisis p-value menunjukan rata-rata per waktu pada kelompok kontrol dan gambir dengan p-value>0,05 di seluruh variabel, kecuali pada densitas dan Tb.Th kelompok gambir secara antar waktu dengan p- value<0,05. Simpulan: Terdapat perbedaan pada densitas dan Tb.Th pada kelompok gambir secara antar waktu terkecuali pada densitas dan mikrostruktur osseointegrasi dental implant secara antar perlakuan dan antar waktu menggunakan radiografi panoramik.Item DEKSKRIPSI BENTUK KEPALA KONDILUS PADA PASIEN KLIKING DAN TIDAK KLIKING DI RSGM FKG UNPAD DENGAN MENGGUNAKAN RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL(2018-07-12) RAMZY RAMADHAN; Farina Pramanik; Lusi EpsilawatiSalah satu gejala klinis awal gangguan sendi temporomandibular adalah kliking, tetapi tidak semua penderita gangguan TMJ memperlihatkan gejala kliking. Kliking berkaitan dengan perubahan bentuk dan posisi kepala kondilus. Bentuk kepala kondilus dapat terlihat pada radiograf panoramik digital. Karena. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk kepala kondilus pada pasien kliking dan tidak kliking di RSGM Unpad dengan menggunakan radiograf panoramik digital. Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sampel berjumlah 31 sampel radiograf panoramik digital pasien kliking dengan jumlah 11 dan tidak kliking dengan jumlah 20 pada bulan Juni dan Juli 2014 di RSGM Unpad. Hasil penelitian ini diperoleh bentuk kepala kondilus yang paling banyak ditemukan pada TMJ kliking adalah flattening, di sisi kanan adalah round dan di sisi kiri adalah flattening. Sisi kanan pasien tidak kliking mayoritas adalah round dan di sisi kiri mayoritas adalah round, pointed, dan flattening. Simpulan dari penelitian ini adalah bentuk kepala kondilus pada TMJ kliking dapat berbentuk normal atau patologis secara seimbang, pada TMJ tidak kliking mayoritas bentuk kepala kondilus kategori normal. Mayoritas bentuk TMJ pada TMJ kliking adalah flattening, tidak kliking adalah round.Item DESKRIPSI KEPADATAN TULANG TRABEKULA KONDILUS PENDERITA HIPERTENSI DITINJAU DARI RADIOGRAF PANORAMIK MENGGUNAKAN SOFTWARE IMAGEJ(2017-03-18) MEYTA RADHILA GWEN; Ria Noerianingsih; Farina PramanikHipertensi adalah salah satu penyakit sistemik dimana terjadi kondisi kurangnya kadar kalsium dan vitamin D dalam tubuh yang dapat berdampak pada sistem didalam tubuh sehingga mempengaruhi kepadatan tulang secara sistemik. Radiograf panoramik dapat menilai kepadatan tulang secara makrostruktur dan mikrostruktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan tulang trabekula kondilus penderita hipertensi ditinjau dari radiograf panoramik menggunakan software ImageJ. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode pengambilan sampel secara purposive sampling sehingga didapat 25 data sekunder arsip radiograf panoramik penderita hipertensi dengan usia 25-45 tahun pada bulan Oktober sampai Desember 2016. Analisa kepadatan tulang trabekula kondilus dilakukan dengan menggunakan software ImageJ dengan Region Of Interest (ROI) 50x50 pixel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan tulang trabekula kondilus kanan dan kiri penderita hipertensi ditinjau dari radiograf panoramik menggunakan software ImageJ pada area trabekula yaitu 29.720% dan 30.138% sedangkan pada area marrow 70.280% dan 69.862%. Simpulan hasil penelitian adalah kepadatan tulang trabekula kondilus pada penderita hipertensi ditinjau dari radiograf panoramik menggunakan software ImageJ cenderung mengalami penurunan.Item DESKRIPSI KUALITAS RADIOGRAF PERIAPIKAL DENGAN TEKNIK PARALEL DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS PADJADJARAN(2019-04-05) FARAH FATHIYYA; Farina Pramanik; Ria NoerianingsihPendahuluan:Radiografi sering digunakan untuk pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis kelainan periapikal dan yang paling sering digunakan adalah teknik intraoral periapikal. Menegakkan diagnosis agar tepat, maka harus memperperhatikan kualitas radiograf, karena digunakan sebagai alat bantu dalam penegakkan diagnosis, penentuan rencana perawatan, dan evaluasi pasca perawatan. Teknik periapikal paralel menjadi pilihan terbaik karena dapat menghasilkan radiograf dengan distorsi minimal, dan akurasi linier yang lebih akurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi kualitas radiograf periapikal dengan teknik paralel di RSGM Unpad. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh radiograf dengan teknik paralel pada tahun 2108. Sampel penelitian ditentukan dengan metode consecutive sampling pada bulan Oktober-Desember 2018, sehingga didapatkan sebanyak 52 sampel radiograf periapikal dengan teknik paralel. Hasil: Terdapat 27 radiograf periapikal (56%) memiliki kriteria penilaian sempurna, 22 radiograf periapikal (42%) memiliki kriteria penilaian dapat diterima secara diagnostic, dengan terdapat beberapa kesalahan, dan 3 radiograf periapikal (6%) memiliki penilaian tidak baik, sehingga tidak dapat diterima secara diagnostik berdasarkan National Radiological Protection Board serta pemenuhan kriteria kualitas paling banyak adalah kontras dan distorsi ukuran. Simpulan: Kualitas radiografi periapikal dengan teknik paralel di RSGM UNPAD secara umum dapat diterima secara diagnostik dengan penilaian kualitas berada pada ratting 1 yaitu, tidak adanya kesalahan dari persiapan pasien, eksposure, posisi film holder, dan pengolahan film serta dikatakan sempurna secara visual.Item Deskripsi Kualitas Radiograf Periapikal dengan Teknik Bisektris di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran(2019-03-28) ANNISA PERMATAHATI; Ria Noerianingsih; Farina PramanikPemeriksaan radiografi dalam bidang kedokteran gigi sangat membantu klinisi dalam penegakkan diagnosis. Diketahui bahwa teknik radiografi yang paling sering digunakan di RSGM Unpad adalah teknik intraoral periapikal bisektris. Kualitas radiograf dipengaruhi oleh proses pemeriksaan radiografi. Kualitas radiograf sangat berpengaruh terhadap penentuan penegakkan diagnosis, rencana perawatan, dan evaluasi pasca perawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi kualitas radiograf periapikal dengan teknik bisektris di RSGM Unpad. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah radiograf periapikal dengan teknik bisektris pada tahun 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah radiograf periapikal dengan teknik bisektris periode November sampai Desember 2018. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 90 radiograf. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria kualitas yang paling banyak terpenuhi adalah kriteria kontras dan distorsi bentuk dengan 97,78%, dan mayoritas radiograf bisektris yaitu pada rating 1 dengan 85,56%. Simpulan penelitian ini menunjukkan kualitas radiograf periapikal dengan teknik bisektris di RSGM Unpad secara umum berada pada rating 1 berdasarkan National Radiological Protection Board, yaitu sempurna yang berarti tidak ada kesalahan pada persiapan pasien, pemaparan sinar, pemosisian film, dan pengolahan film.Item DESKRIPSI RESORPSI TULANG ALVEOLAR PADA MANDIBULA PASIEN PEREMPUAN TIDAK BERGIGI PADA RADIOGRAF PANORAMIK(2018-07-12) FIRAS AFTIA K; Azhari; Farina PramanikResorpsi tulang alveolar merupakan masalah yang sering terjadi pada penderita edentulous, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Pemeriksaan radiografi panoramik dapat digunakan untuk melihat adanya resorpsi pada tulang alveolar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya resorpsi tulang alveolar dengan cara mengukur ketinggian tulang alveolar pada mandibula pasien perempuan tidak bergigi sebagian melalui radiograf panoramik. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 34 arsip radiograf panoramik pasien wanita tidak bergigi sebagian pada rahang bawah usia 20-45 tahun di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2017. Ketinggian tulang alveolar diukur menggunakan Metode Proksimal RABL (Radiographic Alveolar Bone Loss) dengan software Ez-Pax Plus. Nilai rata-rata resorpsi tulang alveolar tertinggi sebesar 12,96% terjadi pada kelompok usia 30-35 tahun dan nilai terendah sebesar 10,98% terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun. Disimpulkan bahwa ketinggian tulang alveolar pada mandibula pasien perempuan tidak bergigi sebagian mengalami resorpsi ringan.Item Differences in The Assessment of Dental Implant Osseointegration with Changes in Orthopantomography Exposure Settings on The Rabbit Tibia(2022-07-08) LINDIA AYU HAFSHAH; Farina Pramanik; AzhariAim: This study investigates the differences in assessing dental implant osseointegration with changes in orthopantomography (OPG) exposure setting in the rabbit tibia. Material and methods: This research design is quasi-experimental. The sample of this research is 18 panoramic radiographs of rabbit tibia bone that had been installed with a dental implant for 28 days with different exposure settings and were divided into two groups of settings based on exposure time (14s and 16s). Data were obtained by measuring bone density and fractal dimension using ImageJ 2.3.0 software. Data were analyzed using the Kruskal Wallis test, independent t-test, one-way ANOVA test, and Post Hoc test at p-value 0.05), the largest bone density value was 0.1827, and the largest fractal dimension value was 0.7990 (p-value < 0.05). Conclusion: There is a difference in bone density and fractal dimension in the 14s and 16s exposure setting variation groups. Clinical Significance: Differences in assessing dental implant osseointegration in different OPG exposure setting groups can obtain the best exposure setting to evaluate dental implant osseointegration.Item Evaluasi Tinggi dan Lebar Tulang Pada Radiografi Panoramik Sebelum Pemasangan Implan Gigi: Scoping Review(2021-07-10) SHELY LEVITA ASMARANI; Azhari; Farina PramanikPendahuluan: Pemeriksaan radiografi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan sebelum pemasangan implan gigi untuk melihat tinggi dan lebar yang tepat dari alveolar ridge. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tinggi dan lebar tulang pada radiografi panoramik sebelum pemasangan implan gigi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode scoping review. Artikel yang digunakan berupa artikel yang dipublikasikan pada tahun 2010-2021, berbahasa Inggris dan Indonesia. Pencarian artikel menggunakan databased PubMed dan PMC dengan kata kunci “((Evaluation) AND (Presurgical)) AND (Dental Implant) AND (Radiograph) AND (Panoramic))”, Science Direct: presurgical evaluation dental implant in panoramic radiograph. Proses pencarian artikel menggunakan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-analysis Scoping Review (PRISMA-Scr). Hasil: Hasil penelitian mendapatkan bahwa menggunakan radiografi panoramik sebelum pemasangan implan gigi dalam menilai tinggi tulang alveolar yang tersedia sekitar 7,95 – 23,42 mm dan lebar tulang alveolar sekitar 7,04 - 10,41 mm. Simpulan: Radiografi panoramik dapat digunakan untuk evaluasi tinggi dan lebar tulang alveolar sebelum pemasangan implan gigi.Item Gambaran Densitas Tulang Alveolar kerangka Manusia Pawon Menggunakan Radiograf CBCT 3D(2016-10-14) MOCH. IQBAL FAUZAN; Farina Pramanik; SuhardjoDensitas tulang alveolar Manusia Pawon dapat menggambarkan rekaman hidup atau perilaku pada masa lalu seperti pola makan dan budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran densitas tulang alveolar kerangka Manusia Pawon menggunakan radiograf CBCT 3D. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif sampel berupa data sekunder Radiograf CBCT 3D tiga maksila dan tiga mandibula Manusia Pawon. Penelitian ini dilakukan menggunakan software Ez Implant. Hasil penelitian rata-rata densitas maksila anterior sebesar 709 HU dan maksila posterior sebesar 629 HU serta rata-rata densitas maksila tulang alveolar manusia pawon sebesar 628 HU, sedangkan rata-rata densitas tulang alveolar mandibula anterior 601 HU dan mandibula posterior sebesar 711 HU dengan rata-rata tulang alveolar mandibula sebesar 708 HU. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa secara deskriptif nilai densitas tulang alveolar rahang bawah cenderung lebih tinggi dari nilai densitas tulang alveolar rahang atas dan regio posterior kiri rahang bawah merupakan regio densitas tertinggi dari Manusia Pawon.Item Gambaran Bentuk dan Inklinasi Eminensia Artikularis serta Kedalaman Fossa Glenoidalis Berdasarkan Usia Ditinjau dari Radiograf Panoramik di RSGM Unpad(2020-03-02) SALSABILA AFNIA; Azhari; Farina PramanikPendahuluan: Eminensia artikularis dan fossa glenoidalis mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada fase postnatal dan mengalami perubahan bentuk serta ukuran karena pengaruh dari gerakan fungsional. Perubahan bentuk dan ukuran eminensia artikularis serta fossa glenoidalis selama masa pertumbuhan ini dapat dilihat dan diukur melalui radiograf panoramik. Tujuan penelitian ini untuk meneliti gambaran bentuk dan inklinasi eminensia artikularis serta kedalaman fossa glenoidalis berdasarkan usia ditinjau dari radiograf panoramik di RSGM Unpad. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 60 radiograf panoramik pasien RSGM Unpad pada bulan Januari – Mei 2018 menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Bentuk eminensia, inklinasi eminensia dan kedalaman fossa diukur menggunakan aplikasi ImageJ dengan melakukan invert pada foto. Hasil: Mayoritas bentuk eminensia artikularis pada tiap kelompok usia adalah sigmoid. Rata-rata inklinasi eminensia artikularis adalah 42º pada usia ≤ 10 tahun, 44º pada usia 11 – 20 tahun dan 58º pada usia 21 – 30 tahun. Rata-rata kedalaman fossa glenoidalis adalah 4,62 mm pada usia ≤ 10 tahun, 5,71 mm pada usia 11 – 20 tahun dan 7,52 mm pada usia 21 – 30 tahun. Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah bentuk mayoritas eminensia artikularis selama masa pertumbuhan adalah sigmoid, serta inklinasi eminensia artikulalis dan kedalaman fossa glenoidalis nilai rata-ratanya semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia selama masa pertumbuhan.Item Gambaran Nilai Ketajaman Radiograf Panoramik di RSGM UNPAD(2020-04-17) NISA NUR FATHMI; Ria Noerianingsih; Farina PramanikPendahuluan: Ketajaman radiograf merupakan kemampuan suatu gambar radiograf memperlihatkan batas tegas objek, sehingga memiliki bentuk dan detail yang jelas. Tidak tajam dan buramnya gambaran radiograf dapat menyebabkan diagnosis serta rencana perawatan menjadi kurang tepat, lesi karies tidak teridentifikasi dengan baik, menyulitkan evaluasi perkembangan gigi-geligi dan menyebabkan pasien terekspos radiasi berlebih, karena dibutuhkan pengulangan pengambilan gambar radiograf. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran nilai ketajaman radiograf panoramik di RSGM UNPAD. Metode: Penelitian merupakan deskriptif dengan populasi yaitu data arsip radiograf panoramik di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran selama bulan September – November 2019. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dan diperoleh sebanyak 85 sampel. Analisis ketajaman dilakukan secara visual dengan melakukan pengamatan dan penilaian data radiograf panoramik. Hasil: Penelitian menunjukan sebanyak 62 radiograf panoramik (73%) memiliki ketajaman baik, 21 radiograf panoramik (25%) memiliki ketajaman sedang dan 2 radiograf panoramik (2%) memiliki ketajaman buruk. Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian radiograf panoramik di RSGM UNPAD memiliki gambaran nilai ketajaman baik.Item GAMBARAN POSISI FORAMEN MENTALE TERHADAP PUNCAK TULANG ALVEOLAR ANTARA GIGI PREMOLAR 1 DAN 2 MENGGUNAKAN RADIOGRAF PANORAMIK(2017-03-22) SILMINA RUKMANA; Farina Pramanik; AzhariTingkat kegagalan anestesi daerah mandibula lebih tinggi dibandingkan maksila, dengan persentase tertinggi adalah blok nervus alveolaris inferior. Salah satu tindakan alternatif apabila terjadi kegagalan adalah blok nervus mentalis, yang terletak pada foramen mentale. Sehingga pengetahuan anatomi foramen mentale diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam melakukan anestesi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Objek penelitian adalah radiograf panoramik pasien yang berada di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjajaran, Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 352 radiograf panoramik. Penelitian ini mengukur jarak vertikal dan horizontal foramen mentale terhadap puncak tulang alveolar antara gigi premolar 1 dan 2. Hasil penelitian ini didapatkan jarak vertikal foramen mentale terhadap puncak tulang alveolar dengan nilai sebesar 13,43 mm. Jarak horizontal foramen mentale terhadap gigi premolar 1 didapatkan nilai sebesar 6,97 mm dan jarak horizontal foramen mentale terhadap gigi premolar 2 sebesar 2,80 mm. Simpulan dari penelitian adalah posisi foramen mentale berada lebih dekat terhadap gigi P2 dilihat secara horiozontal dan dilihat secara vertikal posisi foramen mentale berada dibawah apex gigi.Item GAMBARAN POSISI TULANG HYOID PADA PASIEN BERDASARKAN RELASI SKELETAL DITINJAU DARI RADIOGRAF SEFALOMETRI(2020-04-17) NI WAYAN NANDA PRASANTHI; Ria Noerianingsih; Farina PramanikPendahuluan: Tulang hyoid merupakan tulang yang tidak memiliki hubungan langsung dengan tulang lainnya, namun terhubung dengan kranium dan mandibula melalui perlekatan otot, sehingga posisinya dipengaruhi oleh otot yang melekat. Relasi skeletal memiliki variasi hubungan maksila dan mandibula terhadap basis cranium, sehingga dapat memengaruhi posisi dari tulang hyoid. Hal ini dapat ditinjau dari radiograf sefalometri dengan metode segitiga hyoid. Metode: jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian arsip radiograf sefalometri pasien berdasarkan relasi skeletal pada tahun 2018-2019 di PPDGS Ortodonti FKG Unpad. Metode pengmabilan sampel digunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 65 radiograf. Hasil: Posisi Tulang Hyoid berdasarkan Metode Segitiga Hyoid pada kelas I skeletal terdapat segitiga positif 68%, pada kelas II skeletal terdapat segitiga positif 53,12% dan pada kelas III skeletal terdapat 62,5% segitiga positif. Posisi tulang hyoid berdasarkan jarak H-C3 pada kelas II skeletal didapatkan rerata jarak terkecil dibandingkan dengan kelas I dan III skeletal yaitu 34,51 mm. Simpulan: Posisi tulang hyoid pasien berdasarkan relasi skeletal bervariasi namun lebih banyak berada di atas garis C3-RGn dan membentuk segitiga positif serta untuk rerata jarak tulang H-C3 pada kelas II skeletal memiliki rerata jarak terkecil dibandingkan pada kelas I dan kelas III skeletal.Item Gambaran Proses Penyembuhan Lesi Periapikal pada Radiograf Periapikal Menggunakan Software Image J(2018-07-11) BILQIS QUINTA F; Rahmi Alma Farah Adang; Farina PramanikLesi periapikal adalah lesi yang berada di daerah apikal dan dapat dirawat dengan perawatan endodontik. Perawatan endodontik merupakan perawatan yang dilakukan untuk menangani lesi periapikal untuk mencapai penyembuhan. Proses penyembuhan lesi periapikal dapat dievaluasi dengan pemeriksaan radiografis dengan menggunakan radiograf periapikal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan gambaran yang terjadi pada proses penyembuhan lesi periapikal pada radiograf periapikal menggunakan software image J. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah arsip radiograf periapikal yang terdapat di Instalasi PPDGS Konservasi Gigi RSGM Unpad. Sampel berjumlah 30 pasang pada saat diagnosis, pengisian, dan kontrol perawatan endodontik. Proses penyembuhan ini dilihat dari luas dan densitas lesi dengan menggunakan software image J. Hasil penelitian menunjukkan gambaran proses penyembuhan lesi periapikal pada perawatan endodontik dapat dilihat dari rata-rata pengurangan ukuran luas lesi sebesar 13.25±10.77 mm2 dan peningkatan densitas rata-rata sebesar 9.95±7.26% yang dilihat dari foto diagnosis, pengisian, dan kontrol. Simpulan penelitian ini adalah gambaran penyembuhan lesi periapikal terjadi pengurangan ukuran luas lesi terbesar pada tahap diagnosis ke pengisian dan peningkatan densitas terbesar pada tahap pengisian ke kontrol pada perawatan endodontik yang dilihat dari radiograf periapikal menggunakan software image J.Item Hubungan antara Usia dengan Kualitas Tulang Mandibula pada Radiograf Panoramik di RSGM Unpad(2018-07-12) IRMAYANTI MEITRIEKA; Ria Noerianingsih; Farina PramanikSeiring dengan bertambahnya usia, kualitas tulang seseorang dapat berubah dan dapat terlihat pada keadaan tulang mandibula. Pemeriksaan radiografi panoramik dapat digunakan untuk menilai perubahan kualitas tulang mandibula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia dengan kualitas tulang mandibula ditinjau dari radiograf panoramik di RSGM Unpad. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan rancangan studi cross sectional. Penelitian ini melibatkan 48 sampel berupa arsip radiograf panoramik di Instalasi Radiologi RSGM Unpad dengan usia pasien 13 – 59 tahun saat dilakukan pengambilan foto. Kualitas tulang mandibula diukur pada radiograf panoramik dengan metode Mandibular Alveolar Bone Resorption Index (MM Ratio) menggunakan piranti lunak EzPax – Plus. Nilai rata-rata MM Ratio tertinggi sebesar 2,384 dan nilai paling rendah yaitu 2,286. Koefisien korelasi rank Spearman (rs) sebesar -0,046 (¬p-value=0,757) antara usia dengan MM Ratio mandibula kanan dan rs=-0,058 (¬p-value=0,697) antara usia dengan MM Ratio mandibula kiri. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan kualitas tulang mandibula kiri dan kanan ditinjau dari radiograf panoramik di RSGM Unpad berdasarkan MM Ratio.Item Hubungan Usia Kronologis dengan Ukuran Densitas Tulang pada Radiograf Panoramik Pasien Perempuan Usia 5-35 Tahun(2017-04-17) LAILATUL RAHMI; Belly Sam; Farina PramanikTingkat perkembangan dan maturasi seorang pasien tidak dapat diketahui secara pasti dari usia kronologis, dikarenakan adanya variasi waktu percepatan pertumbuhan pubertas pada setiap individu, maka perlu ditentukan usia biologisnya. Usia biologis ini dapat ditentukan dari usia tulang berupa kualitas tulang yang dapat dilihat dari ukuran densitas tulang. Radiograf panoramik dapat menilai kualitas kepadatan (densitas) tulang secara makrostruktur dan mikrostruktur. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan usia kronologis dengan ukuran densitas tulang pada radiograf panoramik pasien perempuan khususnya pada populasi Indonesia. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan rancangan studi cross sectional berdasarkan pilihan waktu. Populasi penelitian menggunakan data primer dari seluruh radiograf panoramik digital pasien perempuan usia 5-35 tahun pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Padjadjaran dengan jumlah sampel 64 orang. Analisa densitas tulang trabekula mandibula dilakukan dengan menggunakan software ImageJ dengan Region of Interest (ROI) 4x4mm. Hasil penelitian diperoleh rata-rata ukuran densitas tulang: Trabekula pada kelompok usia 5-11 tahun 17.54%, kelompok usia 12-16 tahun 21.06%, kelompok usia 18-25 tahun 24.01 %, dan kelompok usia 26-35 tahun 25.96% dengan hasil korelasi Pearson r = 0.827. Kesimpulan penelitian ini yaitu semakin bertambah usia kronologis maka semakin bertambah juga nilai densitas tulang pada radiograf panoramik.Item Korelasi Usia Kronologis dan Pola Tumbuh Kembang Gigi Molar Ketiga Mandibula Perempuan Ditinjau dari Radiograf Panoramik(2017-04-21) MAGDALENA NAPITUPULU; Belly Sam; Farina PramanikPertumbuhan dan perkembangan seorang manusia dapat dilihat dari usianya. Usia kronologis saja kadang tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat maturasi seseorang, sehingga perlu ditentukan usia dentalnya. Estimasi usia memiliki peran penting dalam bidang kedokteran gigi yaitu menunjang suatu diagnosis, rencana perawatan, serta prognosis suatu kasus. Gigi menyediakan informasi yang sangat membantu untuk perkiraan usia. Penelitian ini menggunakan metode modifikasi Demirjian karena kategorisasinya mudah dan klasifikasinya sederhana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi usia kronologis dan pola tumbuh kembang gigi molar ketiga mandibula perempuan ditinjau dari radiograf panoramik. Perkembangan gigi molar ketiga mandibula pada penelitian ini dinilai dengan menggunakan metode modifikasi Demirjian dari mulai tahap A-H. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan rancangan studi crosssectional. Sampel yang diperoleh sebanyak 78 sampel, pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi antara usia kronologis dan pola tumbuh kembang gigi molar ketiga mandibula yang dihitung dengan menggunakan rumus korelasi rank-Spearman didapatkan sebesar 0.89. Simpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi positif antara usia kronologis dengan pola tumbuh kembang gigi molar ketiga mandibula perempuan ditinjau dari radiograf panoramik yaitu semakin bertambah usia kronologis maka semakin bertambah juga pola tumbuh kembang gigi molar ketiga mandibula perempuan.Item Perbandingan mikrostruktur tulang disekitar implan gigi antara implan gigi prototipe dan komersial menggunakan mikro-CT (Uji in vivo pada tibia kelinci)(2023-04-11) SUSI SUSANTI; Farina Pramanik; Ina HendianiLatar Belakang: Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di Indonesia saat ini adalah kehilangan gigi. Terapi rehabilitasi dengan implan gigi masih merupakan perawatan yang menantang untuk dilakukan karena bahan implan yang digunakan harus diimpor, harganya mahal dan pembuatan dalam negeri masih memiliki keterbatasan hasil penelitian. Desain implan gigi prototipe dalam negeri harus menjalani pengujian in vivo untuk mengevaluasi bagaimana bahan implan gigi berinteraksi dengan jaringan di sekitarnya. Tujuan: Menganalisis perbedaan mikrostruktur tulang disekitar implan gigi antara implan gigi prototipe dan komersial pada tibia kelinci dengan mikro-CT. Bahan dan Metode: Lima belas kelinci New Zealand jantan (usia 8 bulan dan berat 3 kg) dimasukkan dalam penelitian ini. Tiga puluh implan gigi (lebar 4 mm, panjang 8 mm) didistribusikan secara acak dalam dua kelompok, dengan lima belas implan gigi prototipe ditanamkan di metafisis tibia kiri dan lima belas implan gigi komersial ditanamkan di metafisis tibia kanan. Setelah hari ke-14, hari ke-28, dan hari ke-42 penyembuhan, kelinci diterminasi untuk evaluasi osseointegrasi implan gigi menggunakan micro-CT. Analisis data menggunakan uji ANAVA dan uji t berpasangan dengan nilai p0,05) pada rata-rata nilai BV/TV, TbTh, TbN dan TbSp. Berdasarkan rata-rata parameter trabekula, kelompok prototipe memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok komersial. Simpulan: Tidak ada perbedaan bermakna mikrostruktur tulang (BV/TV, TbTh, TbN, dan TbSp) antara implan gigi prototipe dan komersial, namun implan prototipe memiliki nilai mikrostruktur tulang trabekula yang lebih tinggi dibandingkan implan komersial.