Browsing by Author "Syarif Hidayat"
Now showing 1 - 20 of 29
Results Per Page
Sort Options
Item Analysis of Pesticide Residue in Vegetables Cultivation Soil were Applying of Conventional Farming and Eco-Farming System at Sukamanah Village Sub District of Pangalengan District of Bandung(2015-10-19) TAUPIK; Ceppy Nasahi; Syarif HidayatThe use of synthetic pesticides are very intensive in conventional farming system, that cause of the accumulation of pesticide residues in soil. Cultivation technology of alternatif that can minimize the occurrence of pesticide residue accumulation, i.e. eco-farming system. The aim of this study was to find out the content of pesticide residues on soil cultivation system of applying conventional and eco-farming system. This study was conducted since October, 2014 – June, 2015. Housed in one of the vegetable production center in West Java, at Sukamanah Village, Subdistrict of Pangalengan. This study was carried out using survey method. Soil sample from conventional farming and eco farming were analyzed using Gas Chromatography with Elcetron Capture Detector. Result showed, the content of mankozeb fungicides residues were detected on conventional farming system are higher (0.055 mg/kg – 0,083 mg/kg), than eco-farming soil (mg/kg – 0,027 0,038 mg/kg). The amount of peak on kromatogram alleged other pesticide residues in conventional agricultural systems as much as 23 – 24 peak, whereas on land the eco-friendly agricultural system that is as much as 26 – 27 peak.Item Deteksi Aktivitas Anti Jamur Ekstrak Metanol Senyawa Metabolit Sekunder Bakteri Rhizosfer Kelapa Sawit Terhadap Ganoderma boninense Pat(2017-07-06) DEYANICA PUTRI; Syarif Hidayat; Ceppy NasahiABSTRAK Deyanica Putri. 2017. Deteksi Aktivitas Anti Jamur Ekstrak Metanol Senyawa Metabolit Sekunder Bakteri Rhizosfer Kelapa Sawit terhadap Ganoderma boninense pat. Dibimbing oleh Ceppy Nasahi dan Syarif Hidayat. Ganoderma boninense merupakan patogen penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit yang bersifat tular tanah. Alternatif pengendalian Ganoderma boninense yang bersifat ramah lingkungan adalah dengan menggunakan senyawa metabolit sekunder bakteri rhizosfer yang mampu menghambat pertumbuhan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ekstrak metanol senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan bakteri rhizosfer kelapa sawit terhadap Ganoderma boninense. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode well diffusion agar, yang terdiri dari dua lubang well dalam satu petridish. Hasil Penelitian menunjukan ekstrak metanol senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan bakteri rhizosfer kelapa sawit yang di uji mampu menghambat pertumbuhan koloni Ganoderma boninense. Penghambatan berkisar antara 32.73%-51.63%. Kata Kunci: Ekstrak Metanol, Metabolit Sekunder, Bakteri Rhizosfer, Pertumbuhan Koloni, Ganoderma boninense.Item DINAMIKA POPULASI SERANGGA HAMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PADA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus (Jack ex. Fr.) Kummer)(2015) RIZKA ANDRIANI RAHMAWATI; Syarif Hidayat; Ceppy NasahiSalah satu kendala utama dalam produksi jamur tiram adalah serangan berbagai macam hama, antara lain Cyllodes bifacies, Libnotes immaculipennis, Bradysia ocellaris, Euborellia spp dari famili Sciaridae ordo Diptera yang merupakan hama utama dalam budidaya jamur tiram. Salah satu upaya pengendalian yang tepat adalah dengan memahami dinamika populasi serangga hama tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi hama pada produksi jamur tiram dan pengaruhnya terhadap hasil panen. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan melakukan pencuplikan hama setiap minggu pada pertanaman jamur tiram berumur 2-10 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan populasi tertinggi terjadi pada umur pertanaman jamur tiram 2, 3, dan 10 minggu dengan kerapatan populasi masing-masing 249, 210, dan 235 ekor, sedangkan kerapatan populasi terendah terjadi pada pertanaman jamur tiram berumur 4 minggu dengan kerapatan populasi 83 ekor. Populasi hama pada pertanaman jamur tiram didominasi oleh serangga Bradysia ocellaris. Dinamika populasi hama pada pertanaman jamur tiram berpengaruh terhadap kerusakan hasil panen antara 15-35%.Item FLUKTUASI POPULASI LALAT BUAH Bactrocera dorsalis KOMPLEKS (DIPTERA : TEPHRITIDAE) PADA PERTANAMAN JERUK DI DESA MEKARWANGI, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT(2014-10-20) SENO ARIFANSYAH; Syarif Hidayat; Agus SusantoTanaman jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang sering diserang lalat buah Bactrocera dorsalis Kompleks. Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam pengendalian lalat adalah memahami dinamika populasi dari lalat buah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola fluktuasi populasi lalat buah dan korelasinya dengan kelimpahan buah matang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013 di Kampung Sindangwaas, Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan di Laboratorium Riset, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei, yang terdiri atas tiga pengamatan yaitu jumlah lalat buah yang terperangkap, jenis lalat buah yang tertangkap dan korelasi jumlah buah matang terhadap hasil tangkapan lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lalat buah yang tertangkap di pertanaman jeruk didominasi oleh Bactrocera papayae (90%, n = 54). Fluktuasi populasi lalat buah mencapai puncaknya pada bulan November, dengan jumlah rerata hasil tangkapan sebesar 26,08 ekor/perangkap/hari. Fluktuasi populasi lalat buah berkorelasi dengan kelimpahan buah matang (Y = 2,157x + 2,111; R2 = 0,56; P < 0,05). Perbandingan hasil tangkapan perangkap luar dan perangkap dalam menunjukkan perbedaan yang signifikan (P ≤ 0,05). Hal tersebut membuktikan bahwa distribusi spasial lalat buah dimulai dari bagian luar pertanaman jeruk.Item IDENTIFIKASI POTENSI KETAHANAN 59 KLON TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SERANGAN HAMA LANAS, Cylas formicarius F. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE)(2015-09-25) REZA DWI NURDINA; Syarif Hidayat; Toto SunartoABSTRAK Reza Dwi Nurdina. 2015. Identifikasi Potensi Ketahanan 59 Klon Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Terhadap Serangan Hama Lanas (Cylas Formicarius F.) (Coleoptera: Curculionidae). Dibimbing oleh Syarif Hidayat dan Toto Sunarto. Cylas formicarius F. merupakan hama penting pada tanaman ubi jalar. Kehilangan hasil ubi jalar akibat serangan hama ini dapat mencapai 97%. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu carauntuk mengendalikan hama lanas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi ketahanan klon baru ubi jalar terhadap hama lanas. Pengujian ini dilakukan terhadap 59 klon ubi jalar. Percobaan dilakukan di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada bulan Desember 2014 sampai April 2015. Percobaan dilakukan dengan menggunakan metode Augmented design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap klon yang diuji belum ditentukan potensi ketahanan secara genetik. Hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan tidak mendukung untuk pertumbuhan populasi hama lanas, sehingga ketahanan yang muncul merupakan ketahanan ekologis (pseudoresistance). Kata kunci : Hama lanas, potensi ketahanan, ubi jalar.Item Identifikasi Potensi Ketahanan 36 Klon Ubi Jalar [Ipomoea batatas (L.) Lamb] terhadap Hama Lanas (Cylas formicarius F.) (Coleoptera : Curculionidae) di Laboratorium.(2014-10-21) YUDA MUHAMMAD ZAELANI; Syarif Hidayat; Endah YuliaABSTRAK Yuda Muhammad Zaelani. 2014. Identifikasi Potensi Ketahanan 36 Klon Ubi Jalar [Ipomoea batatas (L.) Lamb] terhadap Hama Lanas (Cylas formicarius F.) (Coleoptera : Curculionidae) di Laboratorium. Dibimbing oleh Syarif Hidayat dan Endah Yulia. Hama lanas (Cylas formicarius F.) merupakan salah satu hama pada ubi jalar (Ipomoea batatas). Serangan hama lanas di gudang dapat menyebabkan kehilangan hasil ubi jalar mencapai 100%. Ketahanan pada ubi jalar merupakan salah satu dianggap upaya yang paling tepat dalam mengendalikan hama lanas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi ketahanan klon ubi jalar terhadap hama lanas. Pengujian ini dilakukan pada 36 klon ubi jalar yang berasal dari hasil seleksi yaitu klon 3(16), 12(140), 7(66), 2(43), 1(41), 52(107), 29(17), 8(57), 48(5), 14(79), 74(256), 42(10), 75(166), 36(135), 47(125), 5(57), 30(58), 46(133), 22(29), 54(21), 51(69), 65(183), 68(216), 41(23), RANCING, 73(213), 58(27), 39(147), 49(7), 66(179), 20(124), 21(30), 28(106), 33(50), 23(89) dan 55(96). Percobaan dilakukan di Laboratorium Pestisida dan Toksikologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada bulan April 2014 sampai Juli 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang dua kali. Hasil menunjukkan bahwa dari semua klon ubi jalar yang diuji masuk kedalam tiga kriteria ketahanan yaitu ‘agak rentan’, ‘rentan’ dan ‘sangat rentan’. Karakter morfologis ubi jalar tidak memengaruhi ketahanan ubi jalar pada penelitian ini. Kata Kunci : Cylas formicarius F., Ipomoea batatas, ketahanan,Item Induksi Resistensi Tanaman Cabai terhadap Patogen Penyebab Penyakit Antraknosa (Colletotrichum acutatum J. H. Simmonds) dengan Khamir Rhodotorula minuta Saito(2019-04-16) LINDA TARINA; Syarif Hidayat; Sri HartatiSalah satu penyakit yang dapat menurunkan produktivitas cabai adalah antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum. Penggunaan khamir sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan khamir Rhodotorula minuta sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai varietas Unpad CB-2 terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh C. acutatum, mengetahui waktu terjadinya respon induksi resistensi terbaik setelah aplikasi khamir serta mengetahui ada tidaknya kenaikan aktivitas enzim peroksidase pada tanaman cabai yang telah diinduksi. Percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Persiapan percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dan analisis aktivitas enzim peroksidase pada tanaman dengan perlakuan induksi R. minuta dengan waktu inokulasi C. acutatum 7 hari setelah perlakuan khamir dilaksanakan di Laboratorium Biorin, PAU, Instititut Pertanian Bogor. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 perlakuan dan 5 ulangan. Pengaruh induksi resistensi diuji dengan perbedaan waktu inokulasi C. acutatum yaitu 3, 5, 7, dan 10 hari setelah perlakuan induksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khamir R. minuta memiliki potensi sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai terhadap penyakit antraknosa. Perlakuan khamir R. minuta dengan waktu inokulasi C. acutatum 7 hari setelah perlakuan khamir menghasilkan tingkat penekanan tertinggi terhadap penyakit antraknosa yaitu sebesar 47,33% dan dapat meningkatkan aktivitas enzim peroksidase sebesar 0,748 ∆A₄₂₀/menit.μg protein.Item INDUKSI RESISTENSI TANAMAN PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI [Xanthomonas oryzae pv. oryzae Ishiyama (Swing)] MENGGUNAKAN BEBERAPA EKSTRAK AIR TUMBUHAN(2017-03-15) AVISSA AYUNINGDIAS P; Syarif Hidayat; Fitri WidiantiniHawar daun bakteri merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang pertanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi hingga mencapai 50%. Penggunaan ekstrak air tumbuhan sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan ekstrak air tumbuhan sebagai agen penginduksi ketahanan tanaman padi dalam menghambat perkembangan penyakit hawar daun. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi dan Rumah Kaca Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada bulan Januari 2016 sampai Mei 2016. Uji induksi resistensi pada penelitian ini menggunakan 13 jenis tanaman. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan rancangan acak lengkap (RAL). Aplikasi yang dilakukan dengan dua metode yaitu seed treatment dan seedling treatment menggunakan ekstrak air tumbuhan. yang terdiri dari 13 perlakuan untuk perlakuan benih (seed treatment) dengan 3 kali ulangan dan 13 perlakuan untuk perlakuan bibit (seedling treatment) dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak tanaman yang berpotensi sebagai agen penginduksi ketahanan adalah eceng gondok baik sebagai seed treatment maupun seedling treatment. Sementara ekstrak kemangi baik diaplikasikan sebagai seedling treatment. Kedua ekstrak tersebut menunujukkan hasil yang konsisten sejak pengujian in planta di rumah kaca hingga detached leaf method di laboratorium. Kedua ekstrak tanaman menunjukkan potensi sebagai agen penginduksi ketika dilakukan pengujian in planta daun metode detached leaf di laboratorium.Item Karakteristik Morfologi dan Seleksi Marka Simple Sequence Repeats (SSR) yang Berhubungan dengan Ketahanan Genotip F1 Ubi Jalar Jingga terhadap Penyakit Kudis (Sphaceloma batatas Saw.)(2015-07-10) NURFITRIANI RISTA; Syarif Hidayat; Fitri WidiantiniNurfitriani Rista. 2015. Karakteristik Morfologi dan Seleksi Marka Simple Sequence Repeats (SSR) yang Berhubungan dengan Ketahanan Genotip F1 Ubi Jalar Jingga terhadap Penyakit Kudis (Sphaceloma batatas Saw.). Di bawah bimbingan Syarif Hidayat dan Fitri Widiantini. Penyakit kudis (Sphaceloma batatas Saw.) merupakan penyakit penting yang dapat menurunkan produktivitas ubi jalar hingga 60%. Ketahanan morfologi yang merupakan pertahanan fisik perlu diketahui sebagai parameter penciri genotip tahan dan rentan. Penggunaan SSR (Simple Sequence Repeats) sebagai penanda molekuler dapat mempersingkat proses seleksi dalam pengembangan tanaman varietas tahan. Sampai saat ini belum diketahui marka SSR yang spesifik untuk ketahanan ubi jalar terhadap penyakit kudis. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui karakter-karakter morfologi pada ubi jalar yang berhubungan dengan ketahanan terhadap kudis, 2) mendapatkan marka molekular SSR yang berhubungan dengan ketahanan ubi jalar terhadap penyakit kudis, serta 3) mengetahui hubungan antara karakter morfologi dan marka SSR terkait dengan ketahanan genotip F1 ubi jalar terhadap penyakit kudis. Penelitian ini menggunakan 5 genotip tahan dan 5 genotip rentan ubi jalar jingga, serta 21 primer SSR. Karakter morfologi yang diamati yaitu jumlah stomata, lentisel, dan trikhoma. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter jumlah trikhoma pada daun muda, lentisel pada tangkai, dan lentisel pada batang memiliki pengaruh terhadap ketahanan tanaman. Hasil analisis Biplot menunjukkan beberapa alel pada marka yang digunakan dapat menjadi penanda terkait ketahanan tanaman terhadap penyakit kudis. Marka penciri genotip tahan memiliki keterkaitan dengan karakter lentisel pada batang, lentisel pada tangkai, dan stomata pada daun tua, sedangkan marka penciri genotip rentan memiliki keterkaitan dengan karakter stomata pada daun tua dan trikhoma pada daun muda.Item Keefektifan Ekstrak Kasar Daun Pepaya (Carica papaya Linn.) Terhadap Serangan Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum MILL.)(2015-10-20) RANGGA NUGRAHA; Syarif Hidayat; Sadeli NatasasmitaSerangan nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman tomat. Salah satu cara pengendalian Meloidogyne spp. dapat dilakukan dengan menggunakan nematisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh serta mendapatkan konsentrasi ekstrak kasar daun pepaya yang paling efektif dalam menekan serangan nematoda bengkak akar pada tanaman tomat. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 8 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah ekstrak kasar daun pepaya dengan konsentasi 0,35%, 0,7%, 1,4%, 2,8%, 4,2%, 5,6%, pembanding Karbofuran 3% 2 gr/pot, serta Kontrol (tanpa nematisida). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ekstrak kasar daun pepaya dengan konsentrasi 5,6% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan indeks gall, jumlah gall, menekan jumlah larva II Meloidogyne spp. dalam tanah, menekan jumlah larva II Meloidogyne spp. dalam akar, dan memiliki keefektifan yang sama dengan nematisida pembanding Karbofuran 3% 2 gr/pot.Item KEMAMPUAN Bacillus subtilis DAN Lysinibacillus sp. DALAM SERAT KARBON DAN SILIKA NANO UNTUK MENEKAN Ralstonia solanacearum SECARA IN VITRO(2018-10-02) MUTHIA RAHMA MURSYIDI; Syarif Hidayat; HersantiRalstonia solanacearum merupakan patogen penyebab penyakit layu bakteri pada berbagai tanaman solanaceae. Penyakit layu bakteri umumnya dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan, tetapi ketahanannya dapat terpatahkan dengan mudah. Penggunaan mikroba antagonis seperti Bacillus subtilis dan Lysinibacillus sp. dapat dijadikan alternatif pengendalian R. solanacearum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan B. subtilis dan Lysinibacillus sp. dalam menekan R. solanacearum dan mendapatkan campuran B. subtilis, Lysinibacillus sp., serat karbon, dan silika nano yang mampu menekan R. solanacearum secara in vitro. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Juni sampai dengan Juli 2018. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dan terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode kertas saring, dan perlakuan yang diujikan adalah B. subtilis, Lysinibacillus sp., B. subtilis + Lysinibacillus sp., B. subtilis + serat karbon + silika nano, Lysinibacillus sp. + serat karbon + silika nano, B. subtilis + Lysinibacillus sp. + serat karbon + silika nano, serat karbon + silika nano, dan kontrol. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan B. subtilis + Lysinibacillus sp. dapat menekan R. solanacearum dengan zona hambat tertinggi, yaitu sebesar 1,43 mm. Penambahan serat karbon dan silika nano pada formula menyebabkan tingkat penghambatan yang lebih rendah.Item Kemampuan Campuran Lysinibacillus sp., Bacillus subtilis, dan Pseudomonas fluorescens dengan Serat Karbon dan Silika Nano dalam Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Stek K(2020-02-25) ARIA DIPA ITNA ERLANGGA; Syarif Hidayat; HersantiPenyakit layu bakteri yang disebabkan oleh R. solanacearum merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman kentang. Dewasa ini upaya yang dapat dilakukan dengan pengendalian yang ramah lingkungan adalah pemanfaatan agen pengendali hayati. Dalam percobaan ini bakteri Lysinibacillus sp., B. subtilis, dan P. fluorescens dicampur dengan bahan pembawa berupa serat karbon dan diperkaya dengan unsur hara mikro berupa silika dalam ukuran nano. Percobaan ini bertujuan untuk menguji kemampuan campuran Lysinibacillus sp., B. subtilis, dan P. fluorescens dengan serat karbon dan silika nano untuk mengendalikan penyakit layu bakteri yang disebabkan R. solanacearum pada stek kentang. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dan di kebun kentang milik petani Baruajak, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat dari bulan Juli 2019 sampai dengan Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 11 perlakuan dan empat ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa campuran Lysinibacillus sp., B. subtilis, dan P. fluorescens dengan serat karbon dan silika nano mampu mengendalikan penyakit layu bakteri pada stek kentang. Sampai dengan 28 hari setelah tanam, campuran Lysinibacillus sp. dengan serat karbon dan silika nano serta campuran Lysinibacillus sp. dan B. subtilis dengan serat karbon dan silika nano menunjukkan persentase penekanan yang sama yaitu sebesar 100%. Penggunaan campuran Lysinibacillus sp. dengan serat karbon dan silika nano lebih efisien dibandingkan campuran Lysinibacillus sp. dan B. subtilis dengan serat karbon dan silika nano.Item KERAGAMAN SERANGGA PADA AGROEKOSISTEM PERTANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN PANGALENGAN(2014-07-08) MOCHAMAD RIDAM R; Syarif Hidayat; Siska RasiskaStabilitas agroekosistem diantara lain ditentukan oleh keragaman serangga dan interaksi antar komponen ekosistem. Penurunan keragaman serangga terkait dengan perluasan sistem tanam monokultur, perubahan iklim dan penggunaan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaman serangga dan peranannya, serta pengaruh lingkungan biotik dan abiotik yang mempengaruhi keragaman serangga di dalam agroekosistem. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari – April 2014 di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan, yang merupakan Desa konservasi keanekaragaman hayati. Pencuplikan serangga dilakukan dengan menggunakan perangkap nampan kuning, pitfall trap, sweeping net dan pengamatan secara langsung dari 50 tanaman sampel pada areal lahan pengamatan dengan luas 1 ha. Serangga yang diperoleh diidentifikasi secara morfo sepesies dan dianalisis menggunakan indeks keragaman Shannon. Hasil dari penelitian diperoleh 2665 individu, yang terdiri dari 10 ordo, 54 famili dan 113 spesies. Indeks keragaman tertinggi diperoleh saat 5 Minggu Setelah Tanam, sebesar 3.36, sedangkan terendah saat 8 Minggu Setelah Tanam, sebesar 2.47. Keragaman serangga selama penelitian tergolong sedang hingga tinggi. Curah hujan serta penggunaan pestisida menjadi faktor lingkungan abiotik yang memberikan pengaruh terhadap keragaman serangga.Item KETAHANAN ENAM KLON DAN 10 VARIETAS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KUDIS (Sphaceloma batatas Saw.)(2017-10-26) SELVY NURMALA SARI; Fitri Widiantini; Syarif HidayatSelvy Nurmala Sari. 2017. Ketahanan Enam Klon Dan Sepuluh Varietas Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Terhadap Serangan Penyakit Kudis (Sphaceloma batatas Saw.). Dibimbing oleh Syarif Hidayat dan Fitri Widiantini. Penyakit kudis merupakan penyakit penting pada tanaman ubi jalar. Kehilangan hasil ubi jalar akibat serangan penyakit ini dapat mencapai 30%. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara untuk mengendalikan penyakit kudis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ketahanan 6 klon dan 10 varietas tanaman ubi jalar serta hubungan stomata, lentisel dan trikhoma dengan ketahanan tanaman ubi jalar terhadap penyakit kudis. Pengujian ini dilakukan di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Percobaan dilakukan dengan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukan terdapat 8 tanaman yang tergolong dalam kategori tahan dan 8 tanaman ubi jalar yang tergolong kategori rentan. Tanaman ubi jalar yang tergolong tahan adalah klon 15 (112), klon 57 (97), klon 80 (109), klon 35 (180), varietas AC putih, varietas Ayamurasaki, varietas Rancing, dan varietas Awachy 5. Ubi jalar yang tergolong rentan adalah klon 54 (160), klon 68 (120), varietas Awachy 1, varietas Awachy 2, dan varietas Awachy 4. Ubi jalar yang tergolong kriteria agak rentan yaitu varietas Beniasuma, varietas Naruto kinotoki dan varietas Keriting maja. Kerapatan stomata dan lentisel berkorelasi terhadap ketahanan tanaman dengan nilai korelasi masing masing 0,868 dan 0,532, sedangkan karakter trikhoma tidak menunjukkan korelasi terhadap ketahanan tanaman ubi jalar terhadap penyakit kudis. Kata Kunci : Penyakit Kudis, Ketahanan Tanaman, Ubi Jalar.Item Penambahan Mikrob Antagonis pada Air Rendaman Kascing untuk Menekan Penyakit Bercak Cokelat (Alternaria solani Sor.) pada Tanaman Tomat(2021-09-06) SHANDIE WIJAYA; Syarif Hidayat; Noor IstifadahPenyakit bercak cokelat (Alternaria solani Sor.) adalah penyakit penting pada tanaman tomat. Pengendalian dengan mikrob antagonis dan air rendaman kascing merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini dikaji interaksi antara jenis mikrob antagonis dan jenis air rendaman kascing serta kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan A. solani secara in vitro dan menekan penyakit bercak cokelat pada tanaman tomat. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fitopatologi dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan Januari sampai April 2021. Percobaan in vitro menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial, sementara percobaan in vivo menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Faktor pertama yaitu mikrob antagonis dengan empat taraf (tanpa mikrob antagonis, isolat bakteri KB3, isolat khamir SB1 dan campurannya). Faktor kedua adalah air rendaman kascing dengan tiga taraf (tanpa air rendaman kascing, air rendaman kascing berbahan dasar kotoran sapi, dan air rendaman kascing berbahan dasar kotoran domba). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil percobaan menunjukkan terdapat interaksi antara jenis isolat mikrob antagonis dan jenis air rendaman kascing dalam menghambat pertumbuhan A. solani secara in vitro dan menekan penyakit bercak cokelat pada tanaman tomat. Mikrob antagonis secara tunggal (isolat bakteri KB3 atau isolat khamir SB1), serta penambahan isolat mikrob antagonis (isolat bakteri KB3 atau isolat khamir SB1) pada air rendaman kascing berbahan dasar kotoran sapi menunjukkan tingkat penghambatan pertumbuhan A. solani secara in vitro paling baik sebesar 70,20 - 76,23% dan penekanan penyakit bercak cokelat paling baik sebesar 33,44 – 57,34% dibandingkan dengan kontrol.Item PENGARUH APLIKASI TUNGGAL DAN CAMPURAN EKSTRAK AIR BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa), DAUN KERSEN (Mutingia calabura) DAN MINT (Mentha arvensis) TERHADAP HAMA PENGGEREK UBI KENTANG, Phthorimaea oper(2021-07-13) NOVI ARNI NURMADES; Syarif Hidayat; Toto SunartoNovi Arni Nurmades. 2021. Pengaruh Aplikasi Tunggal dan Campuran Ekstrak Air Batang Brotowali (Tinospora crispa), Daun Kersen (Mutingia calabura) dan Mint (Mentha arvensis) Terhadap Hama Penggerek Ubi Kentang, Phthorimaea operculella Zell. (Lepidoptera: Gelechiidae). Dibimbing oleh Syarif Hidayat dan Toto Sunarto Hama penggerek ubi kentang (Phthorimaea operculella atau Potato tuber moth) merupakan hama yang sangat penting yang menyerang tanaman kentang dan ubi kentang di penyimpanan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk pengendalian hama ini adalah insektisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan ekstrak air batang brotowali, daun kersen dan mint serta campuran insektisida ketiganya dalam menekan populasi P. operculella pada ubi kentang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan terdiri dari 10 perlakuan, yaitu 3 perlakuan ekstrak tunggal, 6 perlakuan kombinasi dan 1 perlakuan kontrol (tanpa ekstrak) diulang tiga kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak air tunggal dan kombinasi dari ketiga bahan tanaman mampu menekan P. operculella. Ekstrak air brotowali dengan konsentrasi 7,5% memberikan hasil paling tinggi dengan mortalitas P. operculella sebesar 63,33%. Perlakuan ini juga mampu menurunkan jumlah pupa sebesar 57%, menyebabkan pupa gagal menjadi imago sebesar 69,24%, menurunkan jumlah telur sebesar 91,65% dan menurunkan fertilitas sebesar 83,33%. Perlakuan tunggal ekstrak air batang brotowali memiliki sifat antagonistik terhadap campuran ekstraknya, sehingga lebih baik diaplikasikan secara tunggal. Kata kunci: Antagonistik, Insektisida Nabati, Aplikasi CampuranItem Pengaruh Beberapa Formula Emposan terhadap Mortalitas Mencit Putih (Mus musculus L.)(2014-09-08) NIZAR SYAFRIZAL; Syarif Hidayat; Wahyu Daradjat NatawigenaNizar Syafrizal. 2014. Pengaruh Beberapa Formula Briket Emposan terhadap Mortalitas Mencit Putih (Mus musculus L.). Dibimbing oleh Wahyu Daradjat Natawigena dan Syarif Hidayat. ABSTRAK Pengemposan tikus merupakan salah satu cara dalam mengendalikan hama tikus. Bahan yang digunakan dalam pengemposan dapat disiapkan dalam bentuk briket. Bahan organik yang berpotensi digunakan untuk pembuatan formula briket emposan adalah serbuk gergaji kayu jati, serbuk gergaji kayu pinus, sabut kelapa, blotong tebu, dan jerami padi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula briket emposan tikus yang dapat mengakibatkan mortalitas tertinggi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dari bulan Januari 2014 sampai Mei 2014. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah serbuk gergaji kayu jati (14 g) + sabut kelapa (7 g) + belerang (9 g), serbuk gergaji kayu pinus (14 g) + sabut kelapa (7 g) + belerang (9 g), blotong tebu (14 g) + sabut kelapa (7 g) + belerang (9 g), jerami padi (14 g) + sabut kelapa (7 g) + belerang (9 g), jerami padi (14 g) + sabut kelapa (7 g) + belerang (9 g)[non-briket], sabut kelapa (21 g) + belerang (9 g), formula yang biasa digunakan petani (29,5 g sabut kelapa + 20 g belerang) dan kontrol (tanpa briket). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula briket emposan (14 g serbuk gergaji kayu pinus + 7 g sabut kelapa + 9 g belerang) dan (21 g sabut kelapa + 9 g belerang) dapat mengakibatkan mortalitas tertinggi (100%) serta sama dengan formula yang biasa digunakan petani. Kata Kunci: Briket, mencit putih, mortalitasItem Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Ketul (Bidens pilosa) dan Tembakau (Nicotiana tabacum) terhadap Pertumbuhan Botrytis cinerea secara In Vitro(2022-10-14) MUHAMMAD ADITAMA; Hersanti; Syarif HidayatJamur Botrytis cinerea merupakan penyebab penyakit kapang kelabu yang termasuk penyakit penting pada tanaman stroberi sebelum dan sesudah panen. Jamur patogen ini perlu dikendalikan secara tepat. Metabolit sekunder bahan tanaman merupakan salah satu fungisida alternatif. Ektrak daun ketul dan daun tembakau dalam pelarut metanol diketahui memiliki potensi antifungi. Namun, aktivitasnya terhadap B. cinerea perlu diketahui. Uji pengaruh ekstrak tunggal dan campurannya secara in vitro bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan mendapatkan konsentrasi ekstrak metanol daun ketul dan tembakau dalam pengaruhnya pertumbuhan jamur B. cinerea. Percobaan dilakukan dari Oktober 2019 - Desember 2019 dan Januari 2022 - Febuari 2022 di Laboratorium Pestisida dan Toksikologi Lingkungan serta Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran. Pengujian dilakukan dengan metode poison food pada Potato Dextrose Agar. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji ekstrak tunggal yang terdiri dari 11 perlakuan dan tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan ekstrak campuran terdiri atas tujuh perlakuan dan tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian ekstrak metanol daun ketul dan daun tembakau secara tunggal maupun campurannya mampu menghambat pertumbuhan jamur B. cinerea. Ekstrak metanol daun ketul konsentrasi 3% dan ekstrak metanol daun tembakau konsentrasi 2% secara tunggal mampu menghambat pertumbuhan jamur B. cinerea terbaik dengan penghambatan diameter koloni berturut-turut sebesar 49,92% dan 45,47%. Perlakuan pencampuran ekstrak metanol daun ketul konsentrasi 1,5% dengan ekstrak metanol daun tembakau konsentrasi 1% merupakan konsentrasi campuran terbaik dalam menghambat pertumbuhan koloni jamur B. cinerea sebesar 44,06%.Item PENGARUH MINERAL KAOLIN TERHADAP POPULASI KUTU DAUN (Aphis gossypii Glover) PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)(2022-10-14) THEODORA SHITTA CHRISWORODYTA; Syarif Hidayat; Yusup HidayatKutu daun (Aphis gossypii) merupakan hama utama yang sering menyerang tanaman cabai merah. Namun, dalam mengendalikan A. gossypii digunakan insektisida kimia sintetik, maka dari itu perlu dicari alternatif dalam mengendalikan A. gossypii. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan formulasi kaolin dan mendapatkan konsentrasi formulasi kaolin yang paling efektif dalam menekan populasi A. gossypii pada tanaman cabai. Percobaan dilakukan di rumah kaca Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan April 2022 hingga Juni 2022. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas formulasi mineral kaolin dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, wetting agent + dispersant agent, kontrol (Air), dan Deltametrin 25 g/L (1 mL/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas A. gossypii tertinggi (82,75%) dan rata-rata jumlah nimfa terendah (8,75 ekor) terdapat pada perlakuan formulasi kaolin dengan konsentrasi 5%. Pada perlakuan kontrol, mortalitas kutu daun A. gossypii hanya 3,75% dan rata-rata jumlah nimfa yang dihasilkan 35 ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa formulasi mineral kaolin yang diuji berpotensi mengendalikan serangan A. gossypii pada tanaman cabai.Item Pengaruh Tanaman Inang Terhadap Populasi Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera : Noctuidae)(2021-12-16) RIMA RAHMAWATI; Syarif Hidayat; Luciana DjayaUlat grayak Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera : Noctuidae) merupakan serangga polifag yang mampu menimbulkan kerusakan pada berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman pangan dan sayuran, seperti jagung, padi, kedelai, tomat dan bawang daun. Informasi mengenai pengaruh jenis inang terhadap populasi penting diketahui guna memprediksi perkembangan populasi di lapangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perkembangan populasi S. frugiperda pada berbagai jenis inang dan mengkaji inang yang paling cocok bagi S. frugiperda. Percobaan dilakukan dengan metode eksperimen. Satu pasang imago S. frugiperda diinfestasikan ke dalam kurungan berisi inang yang ditanam dalam polybag. Percobaan terdiri dari lima perlakuan jenis tanaman, yaitu tanaman jagung, padi, kedelai, tomat, dan bawang daun, yang diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan inang yang digunakan tidak berpengaruh terhadap jumlah telur yang diletakkan oleh imago S. frugiperda dan fertilitas telurnya, namun perbedaan jenis inang berpengaruh terhadap jumlah pupa dan jumlah imago yang terbentuk. S. frugiperda mampu menyelesaikan siklus hidupnya pada inang jagung, padi dan bawang daun. Pakan yang dikonsumsi semasa larva memengaruhi perkembangan S. frugiperda selama stadia pupa dan imago. Rata-rata jumlah pupa S. frugiperda yang terbentuk pada jagung sebanyak 4,33 pupa, padi sebanyak 2,33 pupa dan bawang daun sebanyak 0,33 pupa. Rata-rata jumlah imago yang terbentuk pada jagung sebanyak 4,27 ekor, padi 2,67 ekor, dan bawang daun 0,33 ekor. Dengan demikian, inang yang paling cocok bagi S. frugiperda secara berturut-turut, yaitu tanaman jagung, padi, dan bawang daun.