Hubungan Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut dengan Sleep Disorder Breathing pada Penyandang Down Syndrome

Abstract

Bernapas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk yang umum terjadi pada penyandang Down syndrome, merupakan salah satu gejala dari sleep disorder breathing (SDB). SDB adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. SDB disebabkan karena penyempitan saluran napas atas dan mengakibatkan gangguan ventilasi dan kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan bernapas melalui mulut dengan SDB pada penyandang Down Syndrome. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan menggunakan Sleep Questionnaire for Children with Down syndrome menurut penelitian Emma Sanders, dkk. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling dan didapatkan 33 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah penyandang Down syndrome dengan usia 2-17 tahun dan orang tua penyandang Down syndrome yang bersedia menandatangani informed concent sebagai persetujuan mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah penyandang Down syndrome yang tidak kooperatif, orang tua penyandang Down syndrome yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap, dan 0rang tua yang memiliki keterbatasan khusus untuk mengisi kuisioner seperti keterbatasan fisik dan mental. Data diuji secara statistik menggunakan uji Ekstrak Fisher. Hasil penelitian menunjukkan persentase penyandang Down syndrome yang bernapas melalui mulut 27,3% dan penyandang Down syndrome yang mengalami SDB 42,4%. Penelitian dari 14 anak menunjukkan SDB sejumlah 4 orang anak memiliki kebiasaan bernapas melalui mulut dengan p-value = 1,0. Simpulan penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara kebiasaan bernapas melalui mulut dengan SDB.

Description

Keywords

Bernapas melalui mulut, Sleep disorder breathing, Down syndrome

Citation