KORELASI ANTARA INTENSITAS SINAR ULTRAVIOLET-B DAN POLA MAKAN TINGGI VITAMIN D TERHADAP KADAR SERUM 25(OH)D PADA ANAK YANG TINGGAL DI DAERAH PANTAI

Abstract

Vitamin D memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh dan kulit. Sumber utama vitamin D berasal dari paparan sinar ultraviolet (UV)-B dan pola makan tinggi vitamin D. Indonesia merupakan negara yang sepanjang tahun mendapatkan paparan sinar UV yang cukup. Adanya perbedaan sudut jatuhnya sinar matahari pada permukaan bumi dapat berpengaruh dalam produksi vitamin D pada kulit. Oleh karena itu, nilai kadar serum 25-hidroksi vitamin D (25(OH)D) masih bervariasi pada individu yang tinggal di daerah pantai. Selain itu, kekurangan vitamin D masih dapat terjadi pada individu yang mengonsumsi makanan tinggi vitamin D. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai korelasi intensitas sinar UV-B dan pola makan tinggi vitamin D terhadap kadar serum 25(OH)D, terutama pada anak yang tinggal di daerah pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara intensitas sinar UV-B serta pola makan tinggi vitamin D terhadap kadar serum vitamin D pada anak yang tinggal di daerah pantai. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional secara potong lintang yang bersifat prospektif pada 50 anak sehat yang tinggal di daerah pantai. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Pangandaran, Jawa Barat. Sampel darah diambil untuk pengukuran kadar serum 25(OH)D; pengukuran intensitas sinar UV-B dilakukan dengan menggunakan UV meter merek UVP UVX Radiometer®; pola makan tinggi vitamin D diukur dengan menggunakan Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) yang telah divalidasi dan dimodifikasi yang berisi: daftar makanan, minuman, dan suplemen yang mengandung vitamin D, serta frekuensi makan subjek penelitian. Hasil pengukuran kadar serum 25(OH)D menunjukkan defisiensi vitamin D pada 10 subjek penelitian (20%), insufisiensi vitamin D pada 28 subjek penelitian (56%), dan sufisiensi vitamin D pada 12 subjek penelitian (24%). Pengukuran pola makan tinggi vitamin D menunjukkan pola makan cukup pada 38 subjek penelitian (76%) dan kurang pada 12 subjek penelitian (24%). Pengukuran intensitas sinar UV-B menunjukkan intensitas sinar UV-B memiliki rentang 6,91¬–7,31 mJ/cm2, dengan rerata intensitas sebesar 7,19±0,164 mJ/cm2. Rerata pada kelompok defisiensi vitamin D sebesar 7,09±0,189 mJ/cm2, pada insufisiensi vitamin D sebesar 7,22±0,149, dan pada sufisiensi vitamin D sebesar 7,23±0,152 mJ/cm2. Hasil analisis korelasi intensitas sinar UV-B terhadap kadar serum 25(OH)D pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif lemah dan tidak erat antara kedua variabel tersebut (p=0,004). Hasil analisis korelasi pola makan tinggi vitamin D terhadap kadar serum 25(OH)D pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif kuat antara kedua variabel tersebut (p=0,0001). Dari analisis multivariat pola makan (p=0,000) memiliki korelasi positif yang lebih kuat dibandingkan intensitas sinar UV-B (p=0,040) Simpulan penelitian ini, terdapat korelasi positif pada intensitas sinar UV-B dan pola makan tinggi vitamin D terhadap kadar serum 25(OH)D dan terdapat korelasi yang lebih kuat antara pola makan tinggi vitamin D dibandingkan intensitas sinar UV-B terhadap kadar serum 25(OH)D pada anak yang tinggal di daerah pantai.

Description

Keywords

Anak, pantai, pola makan tinggi vitamin D

Citation