PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PEREKAT PADA BEBERAPA FORMULASI RODENTISIDA TERHADAP PREFERENSI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, Berkenhout) GALUR WISTAR

Abstract

Tikus merupakan hama bagi manusia di permukiman dan di bidang pertanian. Salah satu upaya pengendalian tikus dilakukan dengan menggunakan rodentisida. Umumnya rodentisida menggunakan parafin sebagai bahan perekat, namun parafin memiliki kelemahan relatif mahal, dapat menutupi aroma pada umpan, dan tidak tahan simpan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi Rattus norvegicus terhadap formulasi rodentisida dengan bahan perekat alternatif yang berbeda. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2020 di Rumah Kaca Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan lima ulangan. Metode yang digunakan adalah uji pilihan (choice test) selama tujuh hari dengan menggunakan umpan tanpa bromadiolon dan selanjutnya pemberian umpan dengan bromadiolon hingga tikus mati. Perlakuan bahan perekat yang digunakan adalah 2% tepung agar + 3% tepung jelly, 10% tepung beras, 10% tepung tapioka, dan 10% tepung kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung agar + tepung jelly, tepung beras, tepung tapioka, dan tepung kentang mampu memadatkan umpan dengan baik selama 14 hari di dalam ruangan. Perlakuan yang memiliki daya pikat tertinggi dengan biaya pembuatan rendah adalah 10% tepung beras (pada formulasi umpan 5% esens cokelat + 5% gula + 40% beras + 3% minyak sawit + 0,5% vetsin + 0,5% asam benzoat + 5% Bromadiolon 0,005% + 10% telur + air) dengan daya pikat sebesar 95,34% terhadap kontrol.

Description

Keywords

Bromadiolon, daya pikat, perekat alternatif

Citation