Kosmologi dan Konservasi Alam pada Dayak Tamambaloh di Desa Saujung Giling Manik - Kecamatan Embaloh Hulu - Kabupaten Kapuas Hulu - Kalimantan Barat
No Thumbnail Available
Date
2014-10-10
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Kosmologi merupakan kebudayaan kognitif, hasil interaksi dan adaptasi manusia dengan lingkungan alam, digunakan sebagai alat adaptasi. Kosmologi ini membentuk pengetahuan ekologi tradisional yang bernilai konservatif. Dalam karya ini telah dikaji kosmologi dan konservasi pada Dayak Tamambaloh di Desa Saujung Giling Manik, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Kosmologi tersebut diamati dan dipelajari melalui mitologi, ritual-ritual serta penggunaan dan pemaknaan simbol alam dalam keseharian Dayak Tamambaloh. Tujuan dari kajian ini ialah untuk menemukan peran kosmologi Dayak Tamambaloh sebagai media konservasi alam di Kecamatan Embaloh Hulu.
Kajian ini, dikupas menggunakan metode Ekologi Budaya yang salah satu kajiannya tentang hubungan manusia dan lingkungannya, Materialisme Kebudayaan yang salah satu kajiannya tentang unsur materi yang membentuk gagasan, serta Interaksi Sistem Sosial dengan Ekosistem yang salah satu kajiannya tentang interaksi dan adaptasi manusia (sosial) dengan alam (ekosistem). Kajian ini didesain dengan metode gabungan kualitatif dan kuantitatif. Dirancang dalam model pendekatan desain dua tahap (sekuensial). Tahap pertama yang dilakukan ialah penelitian dengan pendekatan kualitatif yang kemudian diperkuat dengan pendekatan kuantitatif.
Kajian ini menunjukkan bahwa kosmologi pada Dayak Tamambaloh tidak sama dengan filsafat alam (filsafat metafisika) namun lebih tepat disebut sebagai etika semesta (filsafat normatif). Kosmologi Dayak Tamambaloh memandang semesta dibentuk oleh 3 unsur yakni manusia, alam dan supranatural yang berinteraksi membentuk keteraturan dan keharmonisan. Di dalam semesta, manusia merupakan bagian dari semesta yang kedudukannya setara dengan alam, sedangkan supranatural merupakan kekuatan yang transenden. Alam dipandang memiliki kehidupan dan sebagai hunian supranatural, karenanya pemanfaatan alam wajib melalui berbagai ritual. Alam juga digunakan sebagai simbol yang memberi pertanda bagi manusia. Alam dihargai dan diperlakukan secara beradat, tindakan yang tidak beradat terhadap alam akan mendatangkan bahaya, kecelakaan bahkan kahancuran dan kematian.
Sebesar 51% kosmologi dipahami oleh anggota komunitas Dayak Tamambaloh, sedangkan tingkat konservasi 35%. Dalam peranannya sebagai media konservasi, kosmologi berpengaruh kuat dan positif sebesar 62.88% terhadap konservasi Dayak Tamambaloh. Artinya, apabila pemahaman kosmologi tinggi, maka konservasi akan tinggi. Tingkat konservasi yang hanya sebesar 35%, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar kosmologi. Faktor-faktor tersebut ialah, inovasi teknologi, demografi, kualitas dan kuantitas alam, kemiskinan, pembangunan infrastuktur dan berbagi alasan ekonomi, yang berpengaruh rendah negatif sebesar 16,97% terhadap tindakan konservasi. Artinya apabila faktor-faktor tersebut meningkat, maka konservasi akan menurun.
Description
Keywords
Kosmologi, Konservasi Alam, Dayak Tamambaloh