Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik by Author "AANG WITARSA ROFIK"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item NAHDLATUL ULAMA DAN CIVIL SOCIETY DI INDONESIA: STUDI ATAS PERAN NU PASCA KHITTAH 1926 (1984 2004)(2016-04-15) AANG WITARSA ROFIK; R. Abdul Musyawardi Chalid; Dede MarianaNU secara institusi merupakan organisasi yang concern terhadap pemberdayaan sosial, kemasyarakatan, dan pesantren. Dalam perjalanannya NU memiliki banyak proses transformasi yang relatif cepat. Awalnya sebagai gerakan sosial dan keagamaan hingga masuknya NU dalam gerakan politik serta harus kembali lagi pada gerakan sosial yang tidak murni sebagai gerakan sosial, tetapi lebih kental nuansa politisnya ketimbang gerakan sosialnya. Elit-elit NU yang terlibat dalam politik selalu menciptakan sebuah dikotomisasi yang pada akhirnya membuat kegamangan bagi jam’iyyah NU itu sendiri dan itu dialami hingga mengalami proses perpolitikan, baik internal dan eksternal NU, serta mengalihkan wacana civil society hanya sebatas acuan program pemberdayaan an sich. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitaian adalah: Apa yang melatarbelakangi NU kembali ke Khittah 1926? Bagaimana elit NU menarik simpati warga NU ketika Khittah 1926 sedang menjadi perdebatan? dan Bagaimana peran civil society dalam tradisi NU pasca kembali Khittah 1926? Penelitian ini menggunakan disain penelitian kualitatif, khususnya metode studi kasus. Hal ini untuk bertujuan untuk menemukan jawaban atas masalah penelitian dalam rangka memberikan gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Civil Society di Indonesia terhadap peran NU Pasca Khittah 1926. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang kembalinya NU pada Khittah 1926 merupakan sarana untuk mempertegas posisi NU dalam memperjuangkan gerakan sosial keagamaan. NU menguatkan posisinya pada Khittah NU, ini merupakan sebuah strategi politik semata yang tidak lain merupakan akumulasi kekecewaan terhadap penguasa Orde Baru yang mendeskreditkan NU ketika menjadi partai politik. Agenda civil society tidak hanya sebatas pada wilayah sosial keagamaan saja, melainkan mencoba memainkan peranannya pada aspek politik. NU dalam hal ini, tidak konsisten sebagai elemen dari gerakan civil society di tengah perdebatan di kalangan internal maupun eksternal NU sendiri.