Pariwisata Keberlanjutan (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Pariwisata Keberlanjutan (S2) by Author "Tidak ada Data Dosen"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
Item Branding Pariwisata Halal Kota Bandung(2022-08-16) APING FIRMAN JULIANSYAH; Cipta Endyana; Tidak ada Data DosenBranding tempat pariwisata, baik branding bangsa (nation branding), branding kota (city branding), maupun branding tujuan wisata (destination branding) merupakan hal yang sudah umum diterapkan dalam dunia pariwisata sebagai bagian dari program pemasarannya. Namun untuk branding destinasi pariwisata halal, baru beberapa negara, provinsi, atau kota tertentu yang menerapkannya. Kota Bandung sebagai kota pariwisata unggulan di Indonesia telah menetapkan segmen wisatawan Muslim sebagai bagian dari sasaran kegiatan pemasarannya. Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana penerapan branding pariwisata halal di Kota Bandung, baik fakta di lapangan, nilai penting (importance), serta konsep idealnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari wawancara mendalam terhadap Kepala Dinas Budaya Dan Pariwisata Kota Bandung, Kepala Bidang Pariwisata Kota Bandung, ahli/konsultan pemasaran destinasi pariwisata, dan pelaku industri pariwisata halal. Pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik observasi lapangan, studi pustaka, dokumentasi dan pengisian angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data interaktif yang terdiri dari kondensasi data, display data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa branding pariwisata halal Kota Bandung belum diterapkan secara ideal. Meskipun program pemasaran pariwisata halal Kota Bandung sudah ditetapkan dalam jargon pemasaran Bandung Traveller Friendly City, sebagian besar wisatawan Muslim masih memerlukan branding pariwisata halal sebagai salahsatu faktor pengambilan keputusan untuk berkunjung. Penelitian juga menghasilkan beberapa saran mengenai branding pariwisata halal Kota Bandung yang ideal.Item MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA KERTAYASA KECAMATAN CIJULANG KABUPATEN PANGANDARAN(2020-12-27) RIFKI RAHMANDA PUTRA; Ute Lies Siti Khadijah; Tidak ada Data DosenPengembangan desa wisata berbasis masyarakat merupakan modal penting dalam pembangunan berkelanjutan. Tujuan utama penelitian ini yaitu menganalisis model pengembangan desa wisata berbasis masyarakat di Desa Wisata Kertayasa, yang diasumsikan sebagai desa percontohan atas peran serta masyarakatnya yang berhasil menjadikan desanya sebagai desa wisata terbaik pada tingkat nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method dengan desain concurrent triangulation. Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan kepada informan yang dipilih secara purposive sampling yaitu unsur Pemerintah Desa Kertayasa, Badan Usaha Milik Desa Guha Bau, dan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pangandaran untuk menggali informasi terkait gambaran umum pengembangan desa wisata berbasis masyarakat di Desa Kertayasa. Wawancara ahli dari kalangan praktisi, akademisi, dan komunitas pariwisata juga dilakukan untuk triangulasi data. Sedangkan pengambilan data kuesioner dan wawancara dilakukan secara pararel terhadap 98 sampel responden yang merupakan masyarakat setempat untuk menganalisis persepsi mereka terhadap pemberdayaan masyarakat. Data kualitatif pada penelitian ini dianalisis dengan model interaktif dan data kuantitatif dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan model pengembangan desa wisata berbasis masyarakat terbagi ke dalam empat komponen yaitu 1) Kebijakan perencanaan dan pengembangan desa wisata, 2) Sumber daya inti dan atraktor desa wisata, 3) Manajemen desa wisata, dan 4) Faktor pendukung yang saling terintegrasi dengan fungsi proses pemberdayaan masyarakat. Refocusing program pemberdayaan masyarakat pada tatanan individu perlu dilakukan untuk pemerataan pengembangan desa wisata. Dengan tersusunnya model tersebut, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi calon desa wisata lainnya dalam merintis pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat.Item PENGEMBANGAN MUSEUM RAMAH WISATAWAN TUNANETRA DI MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA KOTA BANDUNG(2023-02-13) WILLIONEL DHIMAS FERNANDO; Edwin Rizal; Tidak ada Data DosenMuseum menyimpan benda-benda bersejarah. Benda-benda tersebut menjadi atraksi wisata bagi museum. Namun, atraksi wisata museum akan sulit untuk dinikmati bagi penyandang tunanetra jika museum belum dapat diakses oleh wisatawan tunanetra. Pada penelitian ini dibahas pengembangan museum ramah tunanetra. Penelitian ini dilakukan di Museum Konperensi Asia Afrika di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan tunanetra menikmati atraksi museum dengan dua cara, yaitu mendengar dan menyentuh. Informasi akan diterima dari edukator museum melalui narasi-narasi mengenai objek visual museum. Kemudian untuk menambah informasi, wisatawan tunanetra dapat menyentuh objek visual tersebut. Wisatawan tunanetra juga dapat menonton film di Museum Konperensi Asia Afrika sehingga dibutuhkannya peran visual reader untuk menjelaskan film tersebut kepada wisatawan tunanetra. Aksesibilitas yang perlu dikembangkan di Museum Konferensi Asia Afrika adalah ubin pemandu, tulisan Braille, dan media audio, serta edukator museum yang dapat mendampingi tunanetra secara khusus. Amenitas museum berupa toilet dan musala. Diperlukan ubin pemandu untuk menuju ke toilet dan musala serta penjelasan mengenai posisi benda-benda yang ada di kedua amenitas tersebut. Khusus di musala perlu adanya petunjuk untuk menentukan saf salat dan arah kiblat.Item PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH(2022-01-06) RIFQI ASYARI; Rusdin; Tidak ada Data DosenKajian pemberdayaan di bidang pariwisata kebanyakan di dominasi untuk menganalisa peran serta partisipasi masyarakat secara kualitatif, padahal peran pemangku kepentingan yang melaksankan pemberdayaan tidak kalah penting untuk diteliti. Sejatinya, pelaksanaan pariwisata berkelanjutan terwujud bilamana intergarsi antara peran pemangku kepentingan serta pemberdayaan masyarakat terwujud. Desa Wisata tidak hanya menjadi sebuah program namun juga wadah terwujudnya integrasi multisektor. Penelitian ini dibuat dengan menelaah model dari tiga variable yang ada yaitu peran pemangku kepentingan, pemberdayaan masyarakat dan pariwisata berkelanjutan. Metode yang dipergunakan merupakan survei penjelasan (Explanatory Survey Method) dengan pengujian hipotesis inferensial/verifikasi dengan Structural Equation Modeling (SEM). Subjek penelitian ini merupakan perwakilan dari pemangku kepentingan yang tersebar di 27 desa wisata di Kabupaten Pemalang. Objek penelitian ini merupakan pariwisata berkelanjutan dalam aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Peran pemangku kepentingan menjadi salah satu objek penelitian dalam hal ini keterkaitan pemerintah, keterkaitan swasta dan keterkaitan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini menjadi salah satu objek penelitian dalam aspek fungsi pemberdayaan atau pendampingan pariwisata. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hakekatnya ketiga variabel; peran pemangku kepentingan, pemberdayaan masyarakat, dan pariwisata berkelanjutan saling berhubungan secara positif sehingga membentuk siklus efektif yang dapat dilakukan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.Item STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA ALAM YANG BERKELANJUTAN DI SITU CILEUNCA, KABUPATEN BANDUNG(2017) FRIEDMAN CARLYO MANALU; Ute Lies Siti Khadijah; Tidak ada Data DosenPariwisata merupakan salah satu industri unggulan yang berekspansi dan dan mengalami diversifikasi berkelanjutan (Kemenpar, 2016), oleh sebab itu Situ Cileunca yang berada di wilayah Kabupaten Bandung, harus memiliki acuan dan strategi yang memaksimalkan produk wisatanya dengan sesusai prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Saat ini Situ Cileunca sebagai daya tarik wisata alam, belum memaksimalkan potensi alam yang ada disekitarnya, dan belum meningkatkan kualitas produk wisata alam yang sudah ada menjadi lebih berkelanjutan, sehingga menjadikan kawasan ini daerah tujuan wisata alam yang tidak begitu dilirik dikalangan wisatawan yang berkunjung ke wilayah Bandung Selatan. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis meneliti setiap permasalahan yang ada, dan kemudian menyusun dan merancangkan strategi pengembangan daya tarik wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Mix Methods), dengan menggambungkan konsep analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas dan Ancillary) (Kemenpar, 2017) dengan indikator pariwisata berkelanjutan (UNWTO, 2011), yang selanjutnya disempurnakan dengan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi pengembangan wisata alam yang berkelanjutan. Dari hasil studi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa Situ Cileunca memiliki potensi wisata alam dengan atraksi wisata air dan olahraga. Berdasarkan analisis produk wisata, Situ Cileunca secara umum memiliki produk wisata yang baik, namun secara prinsip pariwisata berkelanjutan masih cukup berkembang, dan untuk usulan strategi prioritas berdasarkan analisis SWOT, Situ Cileunca memiliki hasil diagram cartesiu yang berada diposisi rapid growth strategy, atau pendekatan strategi yang harus segera dilakukan (Urgent), maka dari hasil tersebut terpilihlah strategi S-O (Strengths - Opportunities) yang mengkombinasikan kekuatan dan peluang dengan rekomendasi strategi berupa pengembangan wisata air dan olahraga, membangun jaringan dengan wisata lain, bekerjasama dengan agen perjalanan, dan membuat website khusus.