Kedokteran (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Kedokteran (S1) by Author "Agus Hadian Rahim"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item CLINICAL OUTCOME OF IDIOPATHIC SCOLIOSIS CORRECTION SURGERY AT HASAN SADIKIN GENERAL HOSPITAL BANDUNG IN 2018-2023(2023-07-14) SHOFIA; Agus Hadian Rahim; FathurachmanIntroduction: Idiopathic scoliosis is a complex three-dimensional deformity of the spine without any apparent causes nor underlying diseases. One of the treatment options, especially for severe scoliosis curves, is a spinal fusion surgery that aims and is proven effective to correct the scoliosis curve and improve the patients’ quality of life. Despite of the benefits, scoliosis correction surgery may also cause some postoperative complications, such as neurological injuries. Objective: This study aims to evaluate the idiopathic scoliosis surgical outcome in terms of the curve correction and neurological condition. Methods: This is an observational study that uses cross-sectional design and analytic research method. Secondary data were collected from medical records of thirty-eight idiopathic scoliosis patients who went through a scoliosis correctional surgery between 2018-2023 in Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Patients’ clinical, radiological, and neurological aspects were reported. Analytical statistics were applied to see the significance of scoliosis curve changes and correlations between the radiographic profiles and the surgical outcome. Results: Mean preoperative Cobb angle was reduced from 68.75±19.199o to a mean postoperative Cobb angle of 28.77±16.211o (P=.0001). The mean curve correction rate is 59.48±18.925%. No significant different curve correction rate was found between lower and higher Risser stages (P=.962). While preoperative Cobb angle strongly correlates with postoperative Cobb angle (R=.664; P=.0001), preoperative Cobb angle has a small yet insignificant correlation with curve correction rate (R= -.256; P=.121). Risser stage does not correlate with preoperative Cobb angle (R=.013; P=.937) nor with curve correction rate (R=.123; P=.463). All patients had normal motoric, sensory, and autonomic functions before and after surgery but three patients (7.9%) had one or more normal reflex absent. Conclusion: Scoliosis correction surgery resulted in a significant curve reduction that has a moderate correlation with patients’ curve severity before surgery and did not serious neurological complications afterwards. Keywords: idiopathic scoliosis, scoliosis correction surgery, Cobb angle, Risser sign, neurological complicationsItem Karakteristik Nyeri Punggung Bawah pada Komunitas Sepeda di Bandung Raya Tahun 2022(2023-02-19) SITI SAARAH KHAIRUNNISA; Agus Hadian Rahim; Putri Halleyana Adrikni RahmanNyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang memiliki prevalensi tinggi dan seringkali berhubungan dengan aktivitas fisik seseorang. Posisi tertekuk pada pengendara sepeda yang berkepanjangan dapat meningkatkan tekanan mekanis pada tulang belakang bagian lumbal, yang mengakibatkan nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari kejadian nyeri punggung bawah pada pesepeda di Bandung Raya pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner secara daring yang diisi langsung oleh anggota komunitas sepeda di Bandung Raya dengan responden yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi dalam penelitian ini sebanyak 96 responden dari keseluruhan responden yaitu 220 orang. Dari 96 responden, diperoleh sebagian besar responden yang mengalami nyeri punggung bawah memiliki indeks massa tubuh obese (35,41%), berjenis kelamin laki-laki (100,00%), berada di rentang usia 26 – 35 tahun (33,33%), memiliki pendidikan terakhir hingga perguruan tinggi (81,25%), serta status pekerjaan saat ini adalah pegawai swasta (31,25 %). Karakteristik nyeri yang dirasakan paling banyak berupa nyeri punggung bawah akut (93,75%), dengan nyeri lokal atau tidak menjalar (62,50%), serta tingkat keparahan nyeri dengan distribusi frekuensi terbanyak dalam skala keparahan dengan no disability (79,16%). Distribusi frekuensi karakteristik bersepeda terbanyak pada penelitian ini didapatkan sepeda yang paling sering digunakan adalah sepeda balap (road bike) (47,90%), dengan frekuensi bersepeda yaitu 1-2 kali/minggu (62,50%), jenis lintasan sepeda datar, mendaki, menurun (63,54%), bersepeda dengan pesepeda lain (85,41%), serta responden yang jarang melakukan pemanasan sebelum bersepeda (75,00%). Anggota komunitas sepeda di Bandung Raya yang mengalami NPB memiliki distribusi yang bervariasi dengan beberapa dominasi pada setiap variabel. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode desain analitik untuk menentukan bagaimana variabel berhubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah.Item Pengaruh Pemberian Yoghurt Probiotik Empat Bakteri Starter terhadap Kadar Kalsium Serum Total pada Tikus Galur Wistar Betina(2023-02-20) FIKRY HAERUSULISTIO DIREZA; Putri Teesa Radhiyanti Santoso; Agus Hadian RahimOsteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang. Penyakit ini memiliki dampak yang luas bagi masyarakat. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan asupan mineral, seperti kalsium yang merupakan penyusun tulang. Yoghurt probiotik diketahui dapat meningkatkan penyerapan kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut hubungan antara yoghurt dan kalsium serum total dengan menggunakan tikus galur wistar betina. Penelitian eksperimental semikuantitatif ini dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2022 di laboratorium fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sebanyak 16 ekor tikus galur wistar betina dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kontrol (diet standar saja) dan perlakuan (yoghurt probiotik dengan 4 bakteri starter [Bifidobacterium, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus]). Sampel kalsium serum total diambil pada akhir penelitian dan dianalisis dengan Roche`s Cobas 6000. Independent T-Test digunakan untuk menganalisis dan membandingkan variabel rata-rata dari kedua kelompok. Kadar kalsium serum total rata-rata pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol, tetapi tidak berbeda secara signifikan ketika dianalisis secara statistik (p>0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian yoghurt probiotik dengan empat bakteri starter tidak berpengaruh terhadap kadar kalsium serum total tikus galur wistar betina secara statistik. Kata kunci: osteoporosis; yoghurt probiotik; kalsium serum total