Bioteknologi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Bioteknologi (S2) by Author "Ani Melani Maskoen"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Hubungan Tingkat Stres Oksidatif dengan Jenis Mutasi Gen Globin Beta pada Pasien Thalassemia Beta di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung(2017-06-13) NUR IMANIATI SUMANTRI; Ani Melani Maskoen; Ani Melani MaskoenEritropoiesis yang tidak efektif dan transfusi darah berulang menyebabkan kondisi iron overload yang ditandai dengan tingginya kadar feritin pada pasien thalassemia β. Besi memiliki kemampuan untuk mengkatalis pembentukan reactive oxygen species (ROS), yang berbahaya jika terdapat dalam jumlah yang tinggi. Proses ini dapat dicegah oleh aktivitas superoxide dismutase (SOD) dan glutathione peroxidase (GPx) sebagai enzim antioksidan intraseluler. Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan kadar ROS dan antioksidan, dan aktivitas SOD dan GPx dapat mengindikasikan tingkat stres oksidatif pada pasien thalassemia β, seperti pasien IVS1nt5 homozigot dan IVS1nt5/HbE. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi tingkat stres oksidatif dengan mengukur aktivitas SOD dan GPx, serta kadar feritin pada pasien thalassemia β. Sampel darah didapatkan dari 58 pasien dengan mutasi IVS1nt5 homozigot dan IVS1nt5/HbE yang datang ke Poliklinik Thalassemia Anak dan Poli Hemato-Onkologi RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Aktivitas SOD dan GPx (Randox Kit) diukur dan dibandingkan antara IVS1nt5 homozigot dan IVS1nt5/HbE. Kadar feritin didapatkan dari catatan medis. Analisis Kruskal-Wallis dilakukan untuk melihat hubungan kadar feritin, aktivitas SOD dan GPx dengan jenis mutasi. Analisis Spearman dilakukan untuk melihat hubungan aktivitas SOD dan GPx, serta hubungan kadar feritin dengan aktivitas SOD dan GPx pada masing-masing mutasi. Sebanyak 45 pasien IVS1nt5 homozigot dengan rentang usia 1-18 tahun dan 13 pasien IVS1nt5/HbE dengan rentang usia 2-26 tahun menjadi subjek penelitian. Pasien IVS1nt5 homozigot menunjukan median (min-maks) kadar feritin 3.784 (791-12.340,33) μg/L, aktivitas SOD 172,12 (54,51-276,26) U/ml dan aktivitas GPx 227,12 (8,41-1.329,10) U/l, sedangkan pasien IVS1nt5/HbE secara berurutan menunjukan 3.555 (1.785-8.135) μg/L, 167,55 (94,31-228,94) U/ml dan 319,66 (16,82-1.753,04) U/l. Tidak terdapat hubungan antara kadar feritin, aktivitas SOD dan GPx dengan jenis mutasi. Tidak terdapat hubungan aktivitas SOD dan GPx pada IVS1nt5 homozigot (r=0,106, p=0,488) dan pada IVS1nt5/HbE (r=-0,294, p=0,329). Tidak terdapat hubungan kadar feritin dengan aktivitas SOD (r=-0,073, p=0,634) dan kadar feritin dengan aktivitas GPx (r=-0,115, p=0,389) pada IVS1nt5 homozigot. Tidak terdapat hubungan kadar feritin dengan aktivitas SOD (r=0,094, p=0,761) dan kadar feritin dengan aktivitas GPx (r=-0,052, p=0,865) pada IVS1nt5/HbE. Tingkat stres oksidatif pada pasien thalassemia β cenderung tidak berhubungan dengan jenis mutasi gen globin β. Kehadiran jenis mutasi thalassemia β mayor dapat memperberat kondisi klinis pasien IVS1nt5/HbE.Item Polymorphism of KLF1 genes in β-Thalassemia and Effects Levels of HBF Levels, HB Levels and Blood Transfusion Frequencies(2022-11-03) MUTIA SYAFIRA; Yunia Sribudiani; Ani Melani MaskoenPolymorphism of KLF1 genes in β-Thalassemia and Effects Levels of HBF Levels, HB Levels and Blood Transfusion Frequencies Mutia Syafira,1 Yunia Sribudiani,2 Ani Melanie Maskoen3 1 Program Studi Magister Bioteknologi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Padjajaran Bandung, Indonesia 2 Departemen Ilmu Kedokteran Dasar , Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran Bandung, Indonesia 3 Departemen Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran Bandung, Indonesia ABSTRACT β-Thalassemia is an autosomal recessive inherited red blood cell disorder, a problem that often occurs in cases throughout the world, especially in the `Thalassemia belt` area. β-Thalassemia is caused by a defect in the β-globin gene due to reduced or absent synthesis of the β-globin chain. This leads to mild or severe symptoms with certain classifications such as dependence on blood transfusions and iron chelating drugs and physical characteristics that cause complications in several other organs. Genetic modifiers is an opportunity in the future for the transition of therapy more specifically to people with thalassemia, initiation of progress and clinical trials that are widely triggered there are several candidate genes, one of which is polymorphisms in the KLF1 gene. The polymorphisms at the KLF1 were identified the nucleotide positions of c.325C>T and c.304C>T, this may be associated with an increase in HbF levels which in turn can decrease the severity of symptoms in β-Thalassemia. This study is aimed to identify KLF1 polymorphisms and study their effect on HbF levels and disesease severity in β-Thalassemia patients in Bandung, West Java. Disease severity in this study are presented as level of Haemoglobin (Hb) and frequency of blood transfusion. Fourty two DNA samples of patients with β-thalassemia major and intermedia stored in Pusat Studi Genetik Medis, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran were used in this study. All exons of KLF1 were amplied and mutation analysis was performed by using Sanger Sequencing. The polymorphisms that were identified were rs117351327 and rs2072597 in nine subjects with MAF values of 0.047 and 0.0059 respectively. In this study we showed that there was no significant difference in HbF levels between b-thalassemia patients with and without KLF1 polymorphisms. And there is no association of KLF1 polymorphism with HbF levels, Hb levels and frequency of blood transfusions in patients with -thalassemia with and without KLF1 polymorphisms. Found Polymorphism KLF1 RS2072597 and RS117351327 with changes in nucleotides C.325C> T and C.304C> T or (P.Pro109SER and P.Ser102Pro) with a MAF value of 0.047 at RS117351327 and 0.059 in RS2072597. There is no significant difference in HBF levels between people with β-thalassemia and and without KLF1 polymorphism. In the association value there is no significant difference in KLF1 polymorphism with HBF levels in people with β-thalassemia. And at the difference in the HB level and the frequency of blood transfusion in people with β-thalassemia with and without polymorphism KLF1 there is no significant difference. Key Words : β-Thalassemia, KLF1 polymorphism, HbF levelItem PROFIL HbA2 PADA PEMBAWA SIFAT THALASSEMIA BETA DENGAN MUTASI IVSInt5 DAN KODON 26 GEN BETA GLOBIN(2018-02-14) JOICE SISCA; Ani Melani Maskoen; Lelani ReniartiSkrining pembawa sifat thalassemia beta merupakan salah satu cara untuk menurunkan jumlah penyandang thalassemia beta. Kendala dalam menskrining pembawa sifat thalassemia beta adalah hasil pemeriksaan darah lengkap cenderung normal atau bahkan hanya anemia mikrositik hipokrom. Penggunaan analisis hemoglobin varian menjadi kunci penting keberhasilan dari skrining pembawa sifat thalassemia beta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil HbA2 pada pembawa thalassemia beta dengan mutasi IVSInt5 dan kodon 26. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode non-randomized sampling. Sebanyak 196 sampel dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 117 sampel dilakukan pemeriksaan varian hemoglobin dengan alat mini cap Sebia. Setelah itu dilakukan deteksi mutasi dengan metode sekuensing (Sanger). Uji beda pengaruh mutasi terhadap profil HbA2 di analisis dengan menggunakan uji independent T-test dengan nilai kemaknaan (p<0.05). Varian HbE dan HbF tidak dilakukan analisis uji beda namun dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 30 sampel dengan kadar HbA2 ≥ 4% dan 28 sampel memiliki varian HbE. Mutasi beta globin yang terdeteksi terdiri dari mutasi IVSInt5 heterozigot sebanyak 28 sampel, mutasi kodon 26 sebanyak 27 sampel, dan 2 mutasi lain yaitu kodon8-9 dan kodon 19 (Hb Malay). Deskripitif dari varian HbE pada pembawa kodon 26 rata-rata yaitu 24.06±0.95%. Varian HbF pada pembawa IVSInt5 antara 0.2-0.9%, sedangkan pada pembawa kodon 26 antara 0.4-1%. Hasil independent T-test menunjukkan bahwa kadar varian HbA juga HbA2 pada pembawa sifat IVSInt5 dan pembawa sifat kodon 26 berbeda signifikan (p<0.05). Mutasi IVSInt5 mempengaruhi proses splicing pada pematangan mRNA sehingga menyebabkan tidak diproduksinya rantai beta globin dan berpengaruh signifikan meningkatkan kadar HbA2 pada pembawa sebesar 4.65±0.41% dan menurunkan kadar HbA sebesar 95.24 ± 0.47%, sedangkan mutasi kodon 26 mengubah asam amino yang dihasilkan dari glutamin menjadi lisin sehingga menyebabkan rantai beta globin yang dihasilkan tidak normal serta meningkatkan kadar HbA2 sebesar 3.18±0.31% dan menurunkan kadar HbA sebesar 72.51 ± 0.98%. Kesimpulan dari penelitian ini, profil HbA2 pada pembawa beta thalassemia dengan mutasi IVSInt5 memiliki kadar HbA2 lebih tinggi dibandingkan pembawa beta thalassemia dengan mutasi kodon 26.