S3 - Doktor
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S3 - Doktor by Author "Dicky Muslim"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Geomorfologi Tektonik Cekungan Bandung dan Implikasinya Terhadap Penataan Ruang Perkotaan(2022-10-10) NENDI ROHAENDI; Emi Sukiyah; Dicky MuslimKawasan Perkotaan Cekungan Bandung dikelilingi oleh pegunungan vulkanik dan dikontrol oleh tiga sesar aktif yaitu sesar Cimandiri, sesar Lembang, dan sesar Baribis. Beberapa riset yang masih berlangsung menduga masih ada sesar aktif lainya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gemorfologi tektonik sebagai pembuktian tingkat tektonik relatif dan implikasinya dalam perencanaan tata ruang di cekungan Bandung. Metode penelitian meliputi analisis geomorfologi berkaitan dengan tektonik menggunakan data Digital Elevation Model, metode geofisika (HVSR) di daerah terpilih, dan analisis Spatial Multi Criteria Evaluation untuk analisis penataan ruang. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam analisis data. Obyek penelitian mencakup 62 Daerah Aliran Sungai orde 4 dengan variabel asymmetry factor (Af), sinusitas muka gunung (Smf), hypsometry (Hi), indeks gradient panjang sungai (Sl), rasio lebar–tinggi lembah (Vf), bentuk cekungan (Bs), rasio cabang sungai (Rb), dan kerapatan pengaliran (Dd). Hasil analisis berkaitan dengan aspek geomorfologi tektonik menunjukkan nilai Af (-24 sampai 38), nilai Smf (1,15 sampai 1,98), nilai Vf (0,3 sampai 6,67), nilai Hi (0,12 sampai 0,57), nilai Sl (38,86 sampai 711,26), dan nilai Bs (0,56 sampai 8,38). Aspek kuantitatif geomorfologi lainnya yang dianalisis adalah orde sungai yaitu orde 1 sampai 7, Dd (1,97 sampai 4,64), dan (1,69 hingga 9). Sementara itu, hasil analisis HVSR berupa peta sebaran kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter (Vs30) dan peta bahaya gempa bumi. Berdasarkan kedua peta tersebut disimpulkan bahwa periode dominan pengukuran mikrotremor memiliki nilai variasi tinggi 0,4 – 1,4 detik yang ditafsirkan sebagai sedimen lunak tipis. Variasi nilai Vs30 dari 80 sampai 560 m/s yang menunjukkan batuan kelas E (tanah lunak) atau < 180 m/s, kelas D (tanah sedang) 180 < Vs30 <360 m/s, dan kelas C (tanah padat atau batuan lunak) atau 360 m/s < Vs30 < 720 m/s. Model profil kecepatan menunjukkan perbedaan kedalaman sedimen untuk setiap titik pengukuran. Anomali kecepatan terletak di Cimencrang (titik GBG014), sekitar GBLA (titik GBG021), dan Cipamokolan (titik GBG033), dengan nilai Vp/Vs cukup tinggi yang berarti berpotensi tinggi likuifaksi saat terjadi gempa bumi. Nilai PGA dari sesar Lembang adalah 0,17 – 0,25 g pada batuan dasar, sedangkan setelah mempertimbangkan geologi lokal dari inversi HVSR nilai percepatan spektral sekitar 0,5 – 0,95 g untuk kejadian yang dihasilkan oleh Sesar Lembang dan 0,08 - 0,14 g dari megathrust. Berdasarkan analisis geomorfologi secara terukur, maka penataan ruang penataan ruang di cekungan Bandung perlu dievaluasi. Hasil penelitian memberikan rekomendasi bahwa kawasan Cekungan Bandung dapat untuk kawasan lindung, kawasan budidaya pertanian dan pemukiman. Sementara itu, khusus kawasan karst Citatah dapat dikembangkan untuk geowisata. Berkaitan dengan mitigasi bencana, cekungan Bandung menunjukan tingkat tektonik yang relatif aktif. Di wilayah cekungan Bandung bagian tengah perlu diwaspadai kemungkinan liquifaksi. Perencanaan lahan di wilayah ini sebaiknya dibuat lebih detil.Item GEOMORFOLOGI TEKTONIK DAN INDIKASI AKTIVITAS NEOTEKTONIK DAERAH KARANGSAMBUNG, JAWA TENGAH(2023-02-13) EDI HIDAYAT; Zufialdi Zakaria; Dicky MuslimKarangsambung merupakan daerah yang menarik, unik, dan langka berdasarkan kompleksitas kondisi geologinya. Karangsambung sebagai salah satu lokasi penting yang menjadi bukti proses evolusi bumi terutama terkait dengan proses subduksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia pada Kapur-Paleosen. Kompleksitas kondisi geologi daerah Karangsambung tidak hanya dipengaruhi aktivitas tektonik Pra-Tersier dan Tersier, tetapi berlanjut hingga Kuarter. Berdasarkan data geologi dan geofisika menunjukkan bahwa daerah Luk Ulo, Karangsambung telah mengalami pengangkatan. Gaya kompresi subduksi selatan Pulau Jawa telah mereaktivasi jalur subduksi Kapur yang berarah Timur Laut- Barat Daya yang dimulai Pliosen hingga Kuarter menghasilkan zona sesar dupleks regional berupa sesar mendatar Karangsambung yang bergerak mengiri. Sesar ini telah mempengaruhi aktivitas sesar-sesar naik pada zona akresi Luk Ulo menjadi zona sesar dengan sistem positive flower structure mengakibatkan terangkatnya blok-blok batuan mélange Luk Ulo sampai permukaan. Keberadaan struktur sesar mendatar regional Karangsambung, salah satunya dapat diwakili dengan pengukuran bidang sesar N72oE/55o, pitch 80o, analisis data kekar, serta kelurusan struktur dengan pola arah Timur Laut-Barat Daya. Aktivitas sesar mendatar Karangsambung mempengaruhi juga lipatan antiklin Karangsambung yang semakin terangkat membentuk lipatan sungkup dengan arah Barat-Timur. Proses pengangkatan tersebut mempengaruhi proses erosi vertikal, sehingga membentuk morfologi amfiteater. Tingkat aktivitas tektonik relatif di daerah penelitian dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan geomorfologi tektonik yaitu berupa indeks geomorfik yang terdiri atas lengkungan muka pegunungan (Smf), perbandingan lebar dasar lembah dan tinggi lembah (Vf), indeks gradien panjang sungai (SL), asimetri daerah aliran sungai (AF), indeks bentuk cekungan (Bs), kerapatan pengaliran (Dd), hipsometri Integral (HI) menghasilkan indeks aktif tektonik relatif (IAT) dengan kategori nilai IAT 1,5-2 masuk kelas 1 (aktivitas tektonik tinggi, sebanyak 11%), nilai IAT 2-2,5 masuk kelas 2 (aktivitas tektonik menengah/sedang, sebanyak 54%), nilai IAT >2,5 masuk kelas 3 (aktivitas tektonik rendah, sebanyak 35%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong aktif tektonik menengah artinya aktivitas tektonik lebih besar pengaruhnya dibandingkan erosi pada proses pembentukan morfologi daerah penelitian. Analisis singkapan teras sungai yang terangkat dan terdeformasi, serta keberadaan sumber gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 1 sampai 5 pada kedalaman dangkal kurang dari 70 km merupakan indikasi sesar aktif, menunjukkan bahwa daerah penelitian dipengaruhi oleh aktivitas neotektonik.Item Peranan Aneka Variabel Pembentukan Air Asam Tambang Pada Tambang Batubara Formasi Balikpapan Dan Formasi Pulaubalang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timursi(2023-02-09) SRI WIDAYATI; Dicky Muslim; R. Febri HirnawanABSTRAK Penambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis. Dampak lingkungan yang sering timbul dari kegiatan penambangan adalah terbentuknya potensi air asam tambang, diakibatkan oleh terberainya unsur sulfida dan berinteraksi dengan air, dan oksigen. Identifikasi awal tentang air asam tambang ini, bisa dilihat dari beberapa faktor, yaitu batuan pengapit batubara berupa data log bor, karakteristik batubara, dan air tanah di daerah penelitian. Untuk pengelolaan lingkungan secara holistik diperlukan analisis berbagai parameter, baik dari lingkungan pengendapan geologi, hubungan dengan karakteristik batubara maupun lapisan batuan dari formasi, dan kualitas air tanah. Nisbah batupasir/batulempung menjadi salah satu penentu, apakah daerah tersebut berpotensi asam atau tidak. Beberapa parameter tersebut berkorelasi dengan pembentukan secara Potensial Acid Forming (PAF) atau Non Acid Forming (NAF) air asam tambang di wilayah pembentukan batubara. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Data yang akan diolah berupa data log bor, karakteristik batubara dan air tanah pada voids atau pit di lokasi kegiatan tambang. Dalam penelitian ini, data yang dijadikan dasar untuk analisis menjawab hipotesis berupa data bor, data hasil analisis ultimat dan proksimat batubara, hasil uji statik PAF dan NAF perlapisan batuan dari formasi, serta hasil uji kondisi hidrokomia air tanah di lokasi penelitian. Dari hasil kajian lingkungan pengendapan dapat disimpulkan bahwa Formasi Pulaubalang lebih berpotensi membentuk air asam tambang. Hal ini disebabkan oleh tebalnya lapisan batulempung yang terbentuk, jika dibandingkan dengan Formasi Balikpapan. Karakteristik batubara Formasi Pulaubalang juga mempunyai kandungan total sulfur yang tinggi sebagai penyebab dalam pembentukan air asam tambang. Nilai total sulfur Formasi Pulaubalang rata-rata 0,9%(adb), sedangkan Formasi Balikpapan rata-rata 0,2% (adb). Hasil uji statistik terhadap hipotesis geologi pada daerah penelitian memperlihatkan bahwa Formasi Pulaubalang lebih berpotensi terbentuk air asam tambang daripada Formasi Balikpapan. Hal ini terbukti dari analisis nisbah batupasir/batulempung dengan kriteria PAF jika nilai tersebut < 1, uji statik terhadap data log bor juga memberikan hasil < 4,5 yang berpotensi PAF, analisis karakteristik batubara serta air tanah pada Formasi Pulaubalang < 5. Dari semua uji yang dilakukan menunjukkan bahwa Formasi Pulaubalang lebih berpotensi membentuk air asam tambang dibandingkan dengan Formasi Balikpapan. Kata kunci :Air Asam Tambang, NAF, Nisbah batupasir/batulempung, PAF.