Bedah Mulut dan Maksilofasial (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Bedah Mulut dan Maksilofasial (Sp.) by Author "Harmas Yazid Yusuf"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item HUBUNGAN PROFIL LIPID DENGAN DERAJAT KEPARAHAN PADA PASIEN INFEKSI ODONTOGENIK SPASIA WAJAH(2023-07-10) STEPHANUS CHRISTIANTO; Harmas Yazid Yusuf; Abel Tasman YuzaPendahuluan. Infeksi odontogenik merupakan infeksi yang sering ditemukan pada daerah wajah. Terdapat berbagai faktor risiko yang berperan penting dalam meningkatkan derajat keparahan infeksi odontogenik. Sistem imunitas merupakan kondisiDislipidemia merupakan salah suatu kondisi yang dapat terjadi akibat adanya proses infeksi dan inflamasi, selain itu profil lipid dapat berfungsi sebagai sistem imunitas. Beberapa penelitian menujukan adanya hubungan antara profil lipid dengan keparahan infeksi. Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk melihat hubungan antara profil lipid dengan derajat keparahan infeksi pada pasien dengan infeksi odontogenik spasia wajah Metode Penelitian dilakukan pada 30 pasien infeksi odontogenik spasia wajah yang datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dilakukan pengambilan sampel darah dari profil lipid dan skoring derajat keparahan infeksi. Data dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji rank spearman. Hasil Hasil penelitian ini menunjukan adanya korelasi positif antara derajat keparahan dengan kolestrol total dan trigliserida, sedangkan didapatkan korelasi negatif antara derajat keparahan dengan kadar LDL dan HDL, namun hasil yang signifikan hanya terdapat pada kadar trigliserida (nilai P<0.05). Simpulan Hasil penelitian ini menunjukan adanya korelasi antara derajat keparahan dengan profil lipid pada pasien dengan infeksi odontogenik spasia wajah.Item Korelasi Antara Kadar Prealbumin Serum dan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Saliva dengan Penyembuhan Luka Pasca Palatoplasti(2023-08-03) AYU VIDYA PUTRI; Harmas Yazid Yusuf; R. Agus NurwiadhPendahuluan: Anomali kraniofasial merupakan masalah besar dalam bidang kesehatan anak yang penting untuk diperhatikan. Salah satu kelainannya adalah pasien dengan celah langit – langit dan memiliki risiko adanya gangguan dalam mendapatkan nutrisi yang dapat menyebabkan status gizi yang buruk. Tata laksana dari kondisi ini merupakan tindakan operasi penutupan celah langit-langit, dan penyembuhan luka operasi menjadi penentu utama. Dalam penyembuhan luka status gizi menjadi faktor penting dalam proses penyembuhan luka. Prealbumin menjadi penanda klinis dalam menilai status gizi. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan faktor pertumbuhan dalam proses penyembuhan luka. Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk melihatkorelasi kadar prealbumin serum dengan penyembuhan luka yang dinilai dengan VEGF saliva dan skor penilaian klinis menggunakan Photographic Wound Assesment Tool (PWAT). Metode : Penelitian ini dilakukan pada 31 pasien dengan kasus celah langit-langit yang dilakukan palatoplasty. Subjek penelitian sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dnegan teknik non probability sampling yang berjenis purposive sampling untuk memenuhi tujuan penelitian. Pengambilan sampel darahsebelum palatoplasti dilakukan untuk menilai kadar prealbumin, kemudiandilakukan pengambilan sampel saliva 5 hari pasca operasi untuk menilai kadarVEGF dan dilakukan pengukuran skor PWAT. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson Product dan Rank Spearman. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang positif kuat dan signifikan antara kadar prealbumin serum dan VEGF saliva serta menunjukkan adanya korelasi negatif cukup kuat dan signifikan antara prealbumin serum dan skor PWAT serta VEGF saliva dan skor PWAT pada pasien yang dilakukan palatoplasti. Nilai koefisien korelasi prealbumin serum dan VEGF saliva r= 0.610 (p<0.001), nilai koefisien korelasi prealbumin serum dan skor PWAT r= -0.574 (p<0.001). Nilai koefisien korelasi VEGF saliva dan skor PWAT r= -0.442 (p<0.001). Kesimpulan: Semakin tinggi kadar prealbumin serum maka penyembuhan luka akan semakin baik sejalan dengan penilaian klinis dan biologis.Item Korelasi Antara Surgical Complication Assessment Scale In Third Molar Surgery (SCATM) Dengan Kadar Prostaglandin E2 (PGE2) Pada Saliva Pasca Odontektomi Gigi Impaksi Molar Ketiga Mandibula(2023-07-10) AGNESTHESIA RUTH STEVHANY; Harmas Yazid Yusuf; Farah Asnely PutriKorelasi Antara Surgical Complication Assessment Scale In Third Molar Surgery (SCATM) Dengan Kadar Prostaglandin E2 (PGE2) Pada Saliva Pasca Odontektomi Gigi Impaksi Molar Ketiga Mandibula Pendahuluan: Penatalaksanaan pada gigi molar ketiga merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan. Tindakan odontektomi bisa menyebabkan cedera dan rusaknya jaringan lunak dan keras serta menimbulkan suatu risiko dan komplikasi diantaranya adalah respon inflamasi, nyeri, edema, alveolar osteitis dan abses. Inflamasi dimulai saat cedera jaringan mulai terjadi dan berlangsung 3 sampai 5 hari pasca odontektomi. Surgical Complication Assessment Scale in Third Molar Surgery (SCATM) merupakan instrumen baru untuk mengukur skala penilaian risiko dan komplikasi pasca odontektomi pada molar ketiga mandibula. Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis korelasi antara Surgical Complication Assessment Scale in Third Molar Surgery (SCATM) dengan kadar Prostaglandin E2 (PGE2) pada saliva pasca odontektomi gigi impaksi molar ketiga mandibula. Metode: Penelitian dilakukan pada 25 pasien dengan kasus impaksi molar ketiga mandibula yang dilakukan odontektomi dalam anastesi lokal di Poli Bedah Minor Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Padjadjaran. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan subjek peneltian untuk kelompok uji dilakukan secara acak. Setelah di lakukan tindakan odontektomi, di lakukan pengukuran SCATM dan kadar PGE2 (T0). Selanjutnya dilakukan pengukuran pada jam ke-72(T1) serta jam ke-120 (T2). Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan bermakna secara statistik antara SCATM dengan kadar PGE2 pada saliva pasca odontektomi gigi impaksi molar ketiga mandibula pada jam ke-72 dan jam ke-120. Nilai koefisien korelasi jam ke-72 r=0.672 (p<0.001) dan jam ke-120 r=0.728 (p<0.001). simpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara antara nilai Surgical Complication Assessment Scale in Third Molar Surgery (SCATM) dengan kadar Prostaglandin E2 (PGE2) pada saliva pasca odontektomi gigi molar ketiga mandibula pada jam ke-72 dan jam ke-120. Kata Kunci: Odontektomi, Komplikasi, SCATM, Prostaglandin E2Item Korelasi Kadar Prealbumin Serum Dengan Penyembuhan Luka Paska Labioplasti Berdasarkan Kadar FGF-2 Saliva Dan Skala Reeda(2023-08-03) RANI SEPTIKASARI; Harmas Yazid Yusuf; R. Agus NurwiadhCelah bibir dan/langit-langit (CB±L) adalah kelainan kongenital yang mengenai area orofasial, sering menimbulkan masalah kesulitan makan menyebabkan status gizi menjadi buruk. Penatalaksanaan celah bibir (CB) membutuhkan prosedur operasi dan proses penyembuhan luka. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka adalah status gizi. Pemeriksaan status gizi menggunakan prealbumin menghasilkan penilaian yang lebih tepat dan objektif. Pada sisi lain faktor pertumbuhan seperti FGF-2 dapat mempercepat dan menginduksi penyembuhan luka. Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk melihat korelasi kadar prealbumin serum dengan penyembuhan luka yang dinilai dengan FGF-2 saliva dan skala reeda. Metode: Penelitian dilakukan pada 29 pasien dengan kasus CB±L satu sisi yang dilakukan prosedur labioplasti. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik non probability sampling yang berjenis purposive sampling untuk memenuhi tujuan penelitian. Pengambilan sampel darah sebelum labioplasti dilakukan untuk menilai kadar prealbumin, kemudian dilakukan pengambilan sampel saliva 5 hari setelah labioplasti untuk menilai kadar FGF-2 dan dilakukan pengukuran skala Reeda pada hari ke 7 setelah labioplasti. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang positif kuat dan signifikan antara kadar prealbumin serum dan FGF-2 saliva serta menunjukkan adanya korelasi negatif kuat dan signifikan antara prealbumin serum dan skala Reeda pada pasien yang dilakukan labioplasti. Nilai koefisien korelasi prealbumin serum dan FGF-2 saliva r = 0.862 (p<0.001), dan nilai koefisien korelasi prealbumin serum dan skala Reeda r = -0.770 (p<0.001). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi kadar prealbumin serum maka penyembuhan luka akan semakin baik.