Dermatologi dan Venereologi (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Dermatologi dan Venereologi (Sp.) by Author "Pati Aji Achdiat"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Kesesuaian Antara Pemeriksaan Lateral Flow Immunoassay Dengan Pewarnaan Gram Untuk Mendiagnosis Uretritis dan Servisitis Gonore(2023-10-10) ANNISA SUNDANI; Pati Aji Achdiat; Risa MiliawatiGonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pewarnaan Gram merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis gonore yang saat ini digunakan di layanan kesehatan di Indonesia. Namun, pemeriksan ini memerlukan alat laboratorium dan tenaga ahli. Diperlukan pemeriksaan alternatif yang tidak memerlukan hal tersebut tetapi memiliki kesesuaian dengan pewarnaan Gram untuk mendiagnosis uretritis dan servisitis gonore. Salah satu point of care testing (POCT) yang dikembangkan untuk mendiagnosis gonore adalah lateral flow immunoassay (LFIA). Alat ini bekerja dengan prinsip mendeteksi antigen Neisseria gonorrhoeae yang akan terbaca pada garis alat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara pemeriksaan LFIA dengan pewarnaan Gram untuk mendiagnosis uretritis dan servisitis gonore. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang dan pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling. Analisis statistik kesesuaian antara LFIA dan pewarnaan Gram menggunakan uji koefisien Kappa. Peserta penelitian adalah 98 orang yang terdiri dari 49 laki-laki dan 49 perempuan. Setiap jenis kelamin terdiri dari 25 peserta uretritis atau servisitis gonore dan 24 peserta uretritis atau servisitis non gonore yang didiagnosis berdasarkan pewarnaan Gram. Tempat penelitian adalah di beberapa fasilitas tingkat pertama di Kota Bandung selama bulan Februari hingga Mei 2023 dan seluruh peserta telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada peserta penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan venereologis, pewarnaan Gram, dan pemeriksaan LFIA dari sampel uretra laki-laki atau endoserviks. Hasil penelitian ini didapatkan 15 hasil LFIA positif dari 25 peserta uretritis gonore yang didiagnosis berdasarkan pewarnaan Gram dan 1 hasil LFIA positif dari 25 peserta servisitis gonore yang didiagnosis berdasarkan pewarnaan Gram. Kesesuaian pemeriksaan LFIA dengan pewarnaan Gram untuk mendiagnosis uretritis gonore adalah didapatkan nilai Kappa 0,595, (95% CI 0,39–0,8), p 0,05 yang berarti tidak terdapat kesesuaian. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan LFIA dapat digunakan sebagai pemeriksaan alternatif untuk mendiagnosis uretritis gonore dari apusan uretra bila pewarnaan Gram tidak dapat dilakukan, tetapi alat LFIA ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis servisitis gonore.Item Korelasi Kadar Calcitonin GeneRelated Peptide Serum dengan Nilai Hidrasi Kulit, Transepidermal Water Loss, dan ph Kulit pada Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus dengan Xerosis Kutis(2024-01-12) EVA YUSTIANA; Miranti Pangastuti; Pati Aji AchdiatInfeksi human immunodeficiency virus (HIV) menimbulkan disregulasi sistem imun dan kerusakan sel saraf di ganglia dorsalis yang akan menurunkan kadar calcitonin gene–related peptide (CGRP), yaitu suatu neuropeptida yang disekresikan pada saraf sensoris perifer yang menginervasi kulit. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan mikrosirkulasi yang menurunkan suplai nutrisi darah dan air ke kulit serta menimbulkan atrofi kelenjar keringat yang berakibat terjadinya gangguan fungsi sawar kulit. Adanya gangguan fungsi sawar kulit mencetuskan terjadinya xerosis kutis. Penilaian fungsi sawar kulit dapat dilakukan dengan pengukuran hidrasi kulit, transepidermal water loss (TEWL), dan pH kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar CGRP serum dengan nilai hidrasi kulit, TEWL, dan pH kulit pada pasien yang terinfeksi HIV dengan xerosis kutis. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional secara potong lintang terhadap 60 pasien terinfeksi HIV dengan xerosis kutis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan hidrasi kulit, TEWL, dan pH kulit setiap peserta penelitian dilakukan dengan alat korneometer, tewameter, dan pH–meter. . Sampel darah diambil untuk pengukuran kadar CGRP serum dengan metode quantitative competitive menggunakan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji korelasi Spearman. Hasil pengukuran kadar CGRP serum menunjukkan penurunan pada peserta penelitian dengan rerata kadar CGRP serum 28,18±11,477 pg/ml. Rerata hidrasi kulit didapatkan sebesar 41,78±3,213 arbitrary units (a.u) yang menunjukkan nilai hidrasi kulit yang rendah dan TEWL sebagian besar peserta penelitian meningkat dengan rerata sebesar 10,69±2,700 g/m2/jam. Namun, nilai pH kulit sebagian besar peserta penelitian ini masih berada dalam rentang normal dengan rerata sebesar 5,53±0,541. Hasil analisis korelasi CGRP serum dengan hidrasi kulit menunjukkan adanya korelasi positif kuat (p=0,0001) serta korelasi CGRP dengan TEWL (p=0,0001) dan pH menunjukkan adanya korelasi negatif kuat (p=0,0001). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pasien terinfeksi HIV dengan xerosis kutis terjadi penurunan kadar CGRP serum. Makin rendah kadar CGRP serum, maka makin rendah nilai hidrasi kulit dan makin tinggi TEWL serta pH kulit. Penurunan kadar CGRP serum dapat menjadi penanda terjadinya kerusakan sistem saraf perifer sehingga dapat menyebabkan terjadinya xerosis kutis pada pasien terinfeksi HIV. ABSTRACT The human immunodeficiency virus (HIV) infection disrupts immune system regulation and causes damage to nerve cells in the dorsal ganglia, leading to a decrease in levels of calcitonin gene-related peptide (CGRP). CGRP is a neuropeptide released by peripheral sensory nerves that innervate the skin. This leads to microcirculatory disturbances, which reduce the supply of blood and water nutrients to the skin and cause atrophy of sweat glands, leading to impaired skin barrier function. The disruption of skin barrier function precipitates the occurrence of xerosis cutis. Evaluation of skin barrier function involves measuring parameters such as skin hydration, transepidermal water loss (TEWL), and pH levels. This study aimed to determine the correlation of serum CGRP levels with skin hydration, TEWL, and skin pH in HIV–infected patients with xerosis cutis. This study adopts a cross–sectional observational analytical approach, involving 60 HIV–infected patients with xerosis cutis who met the inclusion and exclusion criteria. Skin hydration, TEWL, and skin pH of each study participant were assessed using a corneometer, tewameter, and pH–meter. Blood samples were collected to measure serum CGRP levels using a quantitative competitive method with an enzyme–linked immunosorbent assay (ELISA). The statistical analysis used in this research is the Spearman correlation test. The results of serum CGRP level measurements indicate a decrease in all study subjects, with a mean serum CGRP level of 28.18±11.477 pg/ml. The mean skin hydration was 41.78±3.213 arbitrary units (a.u), indicating low skin hydration, and TEWL increased in the majority of study subjects with a mean of 10.69±2.700 g/m2/h. However, skin pH values for most study subjects remained within the normal range, with a mean of 5.53±0.541. The correlation analysis between serum CGRP and skin hydration revealed a strong positive correlation (p=0.0001), while the correlation between CGRP with TEWL and pH showed a strong negative correlation (p=0.0001). Based on the results of this study, it can be concluded that HIV–infected patients with xerosis cutis experience a decrease in serum CGRP levels. The decrease in CGRP level corresponds to a decline in skin hydration, an increase in TEWL, and an elevation in skin pH. The reduction in serum CGRP levels can serve as an indicator of peripheral nervous system damage, potentially leading to the occurrence of xerosis cutis in HIV–infected patients. Keywords: Calcitonin gene–related peptide, human immunodeficiency virus, xerosis cutis