Dermatologi dan Venereologi (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Dermatologi dan Venereologi (Sp.) by Author "Risa Miliawati"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Efektivitas dan Efek Samping Kombinasi Sabun Sulfur 8% dan Aloe vera sebagai Terapi Ajuvan Sampo Ketokonazol 2% Dibandingkan Monoterapi Sampo ketokonazol 2% pada Pasien Pitiriasis Versikolor(2024-01-12) NADIA OCTAVIA; Risa Miliawati; Hendra GunawanKetokonazol masih menjadi baku emas antifungal topikal untuk tata laksana pitiriasis versikolor (PV). Sulfur merupakan terapi topikal PV nonspesifik dengan efek keratolitik. Ketokonazol dan sulfur memiliki berbagai efek samping seperti kulit kering, gatal, rasa terbakar, dan kemerahan. Aloe vera (A. vera) merupakan bahan herbal dengan kandungan acemannan yang memiliki efek humektan sehingga meningkatkan kadar air di stratum korneum. Kombinasi sabun sulfur 8% dan A. vera dapat meningkatkan penetrasi sampo ketokonazol ke dalam stratum korneum, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas, dengan efek samping yang minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efek samping kombinasi sabun sulfur 8% dan A. vera sebagai terapi ajuvan sampo ketokonazol 2% dibandingkan monoterapi sampo ketokonazol 2% pada pasien PV. Penelitian ini merupakan suatu penelitian klinis, analitik, desain eksperimental open-label trial, dengan metode simple randomization. Peserta penelitian merupakan pasien PV di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, Bandung, yang terdiri dari 42 peserta penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dibagi menjadi dua kelompok (A dan B) yang masing-masing berjumlah 21 orang. Kelompok A diberi kombinasi sabun sulfur 8% dan A. vera dua kali per hari selama empat minggu ditambah sampo ketokonazol 2% satu kali per hari, tiga kali per minggu pada minggu pertama. Kelompok B diberi bland soap dua kali per hari selama empat minggu ditambah sampo ketokonazol 2% satu kali per hari, tiga kali per minggu pada minggu pertama. Evaluasi dilakukan pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 yang meliputi pemeriksaan klinis dan mikologis, serta efek samping berdasarkan pemeriksaan klinis, nilai hidrasi kulit, dan pH kulit. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji Friedman, Mann Whitney, Chi square, Exact Fisher, Kolmogorov-Smirnov, dan T tidak berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok A terdapat perbaikan klinis yang lebih baik secara signifikan berupa penurunan derajat pruritus dan skuama dibanding kelompok B pada hari ke-7 dan 14 (p 0,05. Efek samping berupa gatal, kulit kering, rasa terbakar, dan kemerahan lebih rendah secara signifikan pada kelompok A dibanding kelompok B di hari ke-7 dan 14 (p < 0,05). Pada hari ke-7, 14, 21, dan 28, rerata nilai hidrasi kulit kelompok A lebih tinggi secara signifikan dibanding kelompok B (p < 0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai pH kulit pada kedua kelompok. Simpulan penelitian ini ialah kombinasi sabun sulfur 8% dan A. vera sebagai terapi ajuvan sampo ketokonazol 2% lebih efektif secara klinis dan mikologis, memiliki efek samping lebih sedikit, dan hidrasi kulit lebih baik dibandingkan dengan monoterapi sampo ketokonazol 2% pada pasien PV. Kombinasi sabun sulfur 8% dan A. vera dapat direkomendasikan sebagai terapi ajuvan sampo ketokonazol 2% pada pasien PV.Item Kesesuaian Antara Pemeriksaan Lateral Flow Immunoassay Dengan Pewarnaan Gram Untuk Mendiagnosis Uretritis dan Servisitis Gonore(2023-10-10) ANNISA SUNDANI; Pati Aji Achdiat; Risa MiliawatiGonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pewarnaan Gram merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis gonore yang saat ini digunakan di layanan kesehatan di Indonesia. Namun, pemeriksan ini memerlukan alat laboratorium dan tenaga ahli. Diperlukan pemeriksaan alternatif yang tidak memerlukan hal tersebut tetapi memiliki kesesuaian dengan pewarnaan Gram untuk mendiagnosis uretritis dan servisitis gonore. Salah satu point of care testing (POCT) yang dikembangkan untuk mendiagnosis gonore adalah lateral flow immunoassay (LFIA). Alat ini bekerja dengan prinsip mendeteksi antigen Neisseria gonorrhoeae yang akan terbaca pada garis alat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara pemeriksaan LFIA dengan pewarnaan Gram untuk mendiagnosis uretritis dan servisitis gonore. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang dan pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling. Analisis statistik kesesuaian antara LFIA dan pewarnaan Gram menggunakan uji koefisien Kappa. Peserta penelitian adalah 98 orang yang terdiri dari 49 laki-laki dan 49 perempuan. Setiap jenis kelamin terdiri dari 25 peserta uretritis atau servisitis gonore dan 24 peserta uretritis atau servisitis non gonore yang didiagnosis berdasarkan pewarnaan Gram. Tempat penelitian adalah di beberapa fasilitas tingkat pertama di Kota Bandung selama bulan Februari hingga Mei 2023 dan seluruh peserta telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada peserta penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan venereologis, pewarnaan Gram, dan pemeriksaan LFIA dari sampel uretra laki-laki atau endoserviks. Hasil penelitian ini didapatkan 15 hasil LFIA positif dari 25 peserta uretritis gonore yang didiagnosis berdasarkan pewarnaan Gram dan 1 hasil LFIA positif dari 25 peserta servisitis gonore yang didiagnosis berdasarkan pewarnaan Gram. Kesesuaian pemeriksaan LFIA dengan pewarnaan Gram untuk mendiagnosis uretritis gonore adalah didapatkan nilai Kappa 0,595, (95% CI 0,39–0,8), p 0,05 yang berarti tidak terdapat kesesuaian. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan LFIA dapat digunakan sebagai pemeriksaan alternatif untuk mendiagnosis uretritis gonore dari apusan uretra bila pewarnaan Gram tidak dapat dilakukan, tetapi alat LFIA ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis servisitis gonore.