Browsing by Author "An-Nissa Kusumadewi"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
Item efektifitas lama desinfeksi ekstra Bush Marah (Pandanus conoideus Lam) pada asilo cetkan polyvinyl silvan(2019-10-25) I GUSTI AYU KADE IRA PURBASARI; Rasmi Rikmasari; An-Nissa KusumadewiPolyvinyl siloxan banyak digunakan prostodontis sebagai bahan cetak karena memiliki stabilitas dimensi yang sangat baik, namun hasil cetakan polyvinyl siloxane yang terdapat darah dan saliva mengandung kolonisasi bakteri, sehingga harus didesinfeksi menggunakan larutan desinfektan untuk mencegah transmisi silang dari pasien ke dokter gigi, asisten, maupun pekerja laboratorium. Saat ini, tanaman herbal seperti Buah Merah sedang dikembangkan manfaatnya sebagai bahan desinfeksi alami. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas lama desinfeksi Buah Merah terhadap hasil cetakan dengan bahan cetak polyvinyl siloxan. Dua puluh empat hasil cetakan gigi mahasiswa FKG UNPAD dibagi kedalam 4 kelompok. Kelompok pertama didesinfeksi dengan ekstrak Buah Merah 6% selama 5 menit, kelompok kedua selama 10 menit, kelompok ketiga selama 12 menit, dan kelompok keempat selama 15 menit. Setiap hasil cetakan di-swab sebelum dan setelah didesinfeksi, kemudian ditanam dalam media agar BHI dan diinkubasi selama 24 jam, lalu hasil kolonisasi bakteri dihitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah kolonisasi bakteri yang signifikan diantara kelompok sampel sebelum dan setelah desinfeksi. Penurunan kolonisasi bakteri paling signifikan pada kelompok sampel 10 menit. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, desinfeksi dengan ekstrak Buah Merah 6% efektif berada pada rentang 5-10 menit. Ekstrak Buah Merah 6% efektif digunakan sebagai bahan desinfeksi alami pada cetakan polyvinyl siloxan. Lama desinfeksi yang paling efektif pada hasil cetakan menggunakan ekstrak Buah Merah 6% adalah 10 menit.Item Efektivitas Perendaman Pelat Akrilik Pada Asam Sitrat Sebagai Larutan Pembersih Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538(2019-07-09) ZASKI FATMA TRI BUMI; An-Nissa Kusumadewi; Taufik SumarsongkoPendahuluan: Gigi tiruan berbahan dasar akrilik merupakan gigi tiruan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, karena salah satu keuntungan gigi tiruan berbahan dasar akrilik adalah estetik dan cara pembuatan yang mudah. Kerugian menggunakan gigi tiruan berbahan dasar akrilik yaitu dapat menjadi tempat penumpukan plak,stain, dan tar yang efeknya dapat menimbulkan penyakit pada rongga mulut. Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang dapat dijadikan sebagai disinfektan. Larutan pembersih gigi tiruan yang dibuat oleh pabrik di Indonesia sudah tidak dijual bebas di pasaran. Asam sitrat merupakan salah satu larutan pembersih yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk pembersih gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari asam sitrat yang digunakan sebagai larutan pembersih pada pelat akrilik terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538. Metode: 20 buah sampel pelat akrilik berdiameter 10 mm dengan ketebalan 2 mm berbentuk piringan direndam pada suspensi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538. Sampel pelat akrilik direndam pada asam sitrat konsentrasi 3% dan 4% dengan waktu perendaman 15 menit dan 30 menit. Hasil: Nilai rata- rata jumlah bakteri Staphyloccus aureus ATCC 6538 setelah perendaman pada asam sitrat mengalami penurunan yang sangat signifikan (p<0,01)/(p<0,05). Penurunan jumlah Staphylococcus aureus ATCC 6538 yang sangat signifikan terjadi pada kelompok AS-4-30 (16±1,71).Pembahasan: Tingkat efektivitas asam sitrat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama waktu perendaman. Semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu perendaman yang digunakan semakin efektif kerja dari asam sitrat. Simpulan: Larutan asam sitrat efektif untuk mengurangi jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538.Item Frekuensi Diagnosis Gangguan Sendi Temporomandibula pada Petinju(2017-04-21) ERKI RAMDHANI F; Rasmi Rikmasari; An-Nissa KusumadewiPetinju berupaya memberikan pukulan tinju ke arah lawan dalam latihan maupun pertandingan termasuk area wajah. Petinju seringkali mendapat gaya mekanis yang berulang dari pukulan tinju lawan. Efek trauma dari gaya mekanis ini diserap oleh otot-otot wajah dan struktur sendi temporomandibula. Gaya mekanis yang diberikan terus menerus ini dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi diagnosis gangguan sendi temporomandibula pada petinju. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada 30 petinju profesional maupun amatir yang aktif berlatih tinju dalam 1 tahun terakhir secara latih tanding. Pemeriksaan dan diagnosis gangguan sendi temporomandibula berdasarkan kategori pemeriksaan fisik dan algoritma DC-TMD Aksis I revisi 2014. Hasil penelitian ini pada 30 sampel petinju menunjukkan diagnosis gangguan sendi temporomandibula berdasarkan DC/TMD Aksis I yang ditemukan adalah mialgia (20%), mialgia lokal (16,6%), nyeri miofasial (3,3%), nyeri alih miofasial (3,3%), artralgia (13,3%), sakit kepala berhubungan dengan gangguan sendi temporomandibula (26,6%), pergeseran diskus dengan reduksi (36,7%), pergeseran diskus tanpa reduksi dengan keterbatasan buka mulut (3,33%), pergeseran diskus tanpa reduksi tanpa keterbatasan buka mulut (10%), dan penyakit degeneratif sendi (23,3%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mendiagnosa gangguan sendi temporomandibula berdasarkan DC/TMD Aksis I, dapat disimpulkan bahwa 83,3% petinju di dalam penelitian ini mengalami gangguan sendi temporomandibula dengan frekuensi diagnosis gangguan sendi temporomandibula pada petinju yang paling sering adalah pergeseran diskus dengan reduksi, diikuti dengan sakit kepala berhubungan dengan gangguan sendi temporomandibula dan penyakit degeneratif sendi.Item Pengaruh Pemasangan Presurgical Nasoalveolar Molding Dengan Nasal Stent Terhadap Koreksi Deformitas Nasal Bayi Celah Bibir dan Langit-Langit Unilateral Komplit Pra-Labioplasti(2021-12-31) GIAN NUR ALAMSYAH; An-Nissa Kusumadewi; Lisda DamayantiPendahuluan: Bayi dengan celah bibir dan langit-langit komplit memperlihatkan deformasi nasal yang khas. Penanganan pra bedah dengan pembuatan presurgical nasoalveolar molding (PNAM) dengan nasal stent bertujuan untuk membantu fungsi menghisap dan menelan bayi dengan CBL serta menggerakkan secara pasif segmen alveolar yang terpisah dan mengoreksi deformitas nasal agar didapat hasil bedah yang lebih memuaskan secara fungsi maupun estetik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemasangan PNAM dengan nasal stent terhadap koreksi deformitas nasal pada bayi celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. Metode: Penelitian ini merupakan quasi-eksperimental dengan rancangan satu kelompok pra perlakuan dan pasca perlakuan (One-group pretest-posttest design). Lima bayi CBL dilakukan pengukuran antopometri nasal dengan pemindaian tiga dimensi pada saat sebelum (T1) dan sesudah (T2) pemasangan PNAM dengan nasal stent. Hasil: Analisis uji students t-test secara keseluruhan menunjukkan p-value=0,006, dimana terdapat signifikansi perubahan columella displacement, lebar nasal, proyeksi nasal tip, protrusi nasal tip, alar displacement, tinggi columella, lebar nostril, tinggi nostril, inklinasi basis nasal, defleksi alar, deviasi columella, serta inklinasi kemiringan nostril sehingga secara signifikan dapat mengoreksi deformitas nasal bayi CBL unilateral komplit. Pemasangan PNAM dengan nasal stent mensimetriskan morfologi nasal bayi CBL unilateral komplit pra labioplasti dengan meningkatnya rasio tinggi columella, lebar dan tinggi nostril serta inklinasi aksis nostril antara sisi bercelah dan tidak bercelah. Simpulan: Pemasangan PNAM dengan nasal stent dapat mengoreksi deformitas nasal para-labioplasti.Item Pengaruh Penambahan Filler Titanium Dioksida Terhadap Sifat Mekanis Silikon Food Grade sebagai Alternatif Protesa Maksilofasial(2023-07-11) EDWINA MAHARANI; An-Nissa Kusumadewi; Lisda DamayantiSilikon merupakan material yang cocok digunakan sebagai protesa maksilofasial, khususnya untuk mengganti area kulit karena memiliki durabilitas yang baik, mudah dimanipulasi, dan bersifat inert. Namun material ini juga memiliki beberapa kelemahan sepertia adanya degradasi mekanis seiring pemakaian, stabilitas warna yang kurang, dan waktu pemakaian yang pendek karena faktor lingkungan sehingga memerlukan penggantian yang lebih sering. Filler dapat ditambahkan ke dalam material silikon untuk mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek penambahan filler titanium dioksida (TiO2) terhadap kekuatan tarik, persen elongasi, kekerasan, dan kekuatan sobek dari silikon food grade sebagai material alternatif protesa maksilofasial. Silikon food grade dan TiO2 digunakan dengan lima konsentrasi filler yang berbeda (0%,0,2%,0,25%, 1%, dan 2%). Masing-masing konsentrasi dilakukan tiga jenis uji yaitu kekuatan tarik, kekuatan sobek, kekerasan, dan perhitungan persentase elongasi. Masing-masing grup uji terdiri dari lima sampel setiap konsentrasi filler. Kemudian sampel dievaluasi, data dianalisa menggunakan analisis statistic deskriptif dan analisis variansi (ANOVA). Nilai kekuatan tarik dan kekuatan sobek menunjukkan perbedaan yang signifikan antara konsentrasi filler 0,2% dengan 1%, dan 0,2% dengan 2%. Nilai persen elongasi dan kekerasan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara silikon tanpa pengisi (kelompok kontrol) dengan semua kelompok lain. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, penambahan filler TiO2 meningkatkan kekuatan tarik, persen perpanjangan, kekerasan, dan nilai kekuatan sobek silikon.Item Pengaruh Perendaman Larutan Asam Sitrat terhadap Kekerasan Soft Acrylic(2019-03-05) FIRGIE FAHIRA AMALIA; An-Nissa Kusumadewi; Setyawan BonifaciusPendahuluan: Soft acrylic digunakan karena efek bantalan pada mukosa sehingga terhindar dari trauma jaringan lunak. Kekerasan dengan nilai yang rendah dan stabil merupakan aspek penting dari soft acrylic, agar pengunaannya lebih lama dan nyaman. Desinfeksi secara kimiawi dapat memberikan perubahan pada sifat fisik dan mekanis pada material soft liner. Asam sitrat merupakan asam lemah organik yang digunakan sebagai desinfektan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah perendaman larutan asam sitrat berpengaruh terhadap nilai kekerasan dari soft acrylic. Metode: Lempeng soft acrylic dibuat dengan ukuran 30 mm × 30 mm × 3 mm, direndam sebanyak 90 kali pengulangan dengan empat kelompok sampel. Perendaman dengan air suling, dan larutan asam sitrat 3% dengan waktu 15 menit dan 30 menit, kemudian uji kekerasan sebelum dan sesudah perendaman lempeng. Hasil: Nilai kekerasan mengalami peningkatan setelah perendaman. Perendaman dengan air suling selama 15 menit dan 30 menit, dan asam sitrat selama 15 menit tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Terdapat perbedaan pada 30 menit perendaman larutan asam sitrat 3%, nilai kekerasan meningkat secara signifikan (53,8 ± 4,3 hingga 59,8 ± 4,1 Shore) (p<0,05). Pembahasan: Perbedaan waktu dan larutan perendam mempengaruhi kekerasan. Soft acrylic menunjukkan perubahan nilai kekerasan setelah prosedur perendaman, yang dipengaruhi dengan waktu kontak dengan larutan dan juga bahan dari larutan. Waktu kontak yang lebih banyak antara soft acrylic dan asam sitrat menyebabkan lebih banyak plasticizer yang dilepaskan, sehingga dapat meningkatkan kekerasan pada soft acrylic. Simpulan: Perendaman larutan asam sitrat mempengaruhi kekerasan soft acrylic, dengan waktu perendaman yang lebih lama yaitu selama 30 menit.Item Perbedaan Kekuatan Ikat Geser Logam dan Komposit antara Tiga Bahan Adhesi pada Reparasi Fraktur Restorasi Logam Porselen(2024-01-10) DETIN NITAMI; An-Nissa Kusumadewi; Setyawan BonifaciusFraktur lapisan porselen hingga terlihatnya permukaan logam pada restorasi logam porselen (PFM) sering menimbulkan masalah karena mengganggu penampilan. Penanganan yang paling cepat dan sederhana dari masalah tersebut adalah melalui reparasi intraoral menggunakan komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikat geser antara logam dan komposit yang diaplikasikan metal primer dari produk kit reparasi komersial (Z-Prime Plus/ ZPP), dan dua buah adhesif universal yaitu yang mengandung monomer 10-MDP (Single Bond Universal/ SBU) dan monomer 3D-SR (Tokuyama Universal Bond/ TUB). Sebanyak 30 sampel lempeng logam nikel-kromium (Ni-Cr) yang telah di-sandblast dibagi menjadi tiga kelompok lalu masing-masing diberikan ZPP, SBU atau TUB, kemudian komposit diaplikasikan di atasnya. Setiap spesimen diuji kekuatan ikat geser hingga fraktur, kemudian jenis kegagalan dianalisis dan dikatagorikan menjadi kegagalan adhesi, kohesi dan campuran. Data dianalisis menggunakan ANAVA dan hasilnya memperlihatkan ketiga perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan (p0,05). Semua kelompok memiliki efek yang sama secara statistik terhadap jenis kegagalan ikatan (p>0,05). Simpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa adhesif universal memiliki kemampuan ikatan yang serupa dengan metal primer pada ikatan komposit dan Ni-Cr. Adhesif universal terutama yang mengandung 3D-SR, dapat dijadikan alternatif bahan adhesi untuk perbaikan fraktur PFM.