Browsing by Author "Daisy Wulansari"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
Item Differences in Mandibular Morphology Between Bruxism and Non Bruxism Patients Based on The Levandoski Analysis Method(2022-07-11) AGHITSNA AULIA AUFA; Rasmi Rikmasari; Daisy WulansariIntroduction: Bruxism is a condition that involves grinding and clenching which can place a large load on the mandible so that it can cause changes in the morphology of the mandible. Based on the Levandoski analysis method, this study aims to determine whether there are differences in mandibular morphology between patients and non-sufferers of bruxism. Methods: This study is a cross-sectional analytic study conducted on panoramic radiographic samples of patients and non-bruxism sufferers with a total sample of 30 in each group originating from radiographic archives at the Radiology Installation of RSGM UNPAD which have been confirmed as sufferers and not sufferers of bruxism at the Prosthodontics Installation. RSGM Unpad. Measurements were carried out using ImageJ software based on the baseline series construction by Levandoski. The results of the study were analyzed using SPSS software by performing normality and homogeneity tests, then a statistically independent t-test or Mann-Whitney test was performed. Results: In the results of the independent t-test analysis, three lines have a p-value 0.05. Conclusion: There are differences in mandibular morphology between patients and non-patients with bruxism based on Levandoski`s analysis, namely the length of the maxillary vertical midline, the distance from the highest condyle point to the maxillary vertical midline, the distance from the gonion point to the maxillary vertical midline, the distance from the top point of the condyle. to the maxillary interincisal, and the distance from the top point of the condyle to the mandibular interincisal. On the other four lines, there was no significant difference between sufferers and nonsufferers of bruxism.Item Gambaran Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Ruang Edentulous pada Usia Dewasa Muda(2022-01-13) STEVEN LAI; Lisda Damayanti; Daisy WulansariPendahuluan : Temporomanidbular Disorder (TMD) adalah gangguan yang terjadi pada neuromuskular dan muskuloskeletal yang terjadi akibat disharmoni antara komponen sistem stomatognati, gigi, dan jaringan di sekitarnya, sehingga dapat mengakibatkan berbagai gangguan yang sering kali ditandai dengan rasa nyeri pada TMJ beserta jaringan kompleks disekitarnya, yakni otot, saraf, pembuluh darah, tendon, ligamen, fibrokartilago, dan cairan synovial. TMD yang disebabkan oleh ruang edentulous pada usia dewasa muda dapat menimbulkan penurunan kualitas hidup seseroang dalam menjalani kegiatan sehari-hari karena sendi temporomandibula merupakan bagian dari sistem stomatognati yang artinya berhubungan langsung dengan fungsi kerja tubuh dan meliputi tumbuh kembang rahang dan wajah manusia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran gangguan sendi temporomandibula akibat ruang edentulous pada usia dewasa muda. Metode : Jenis penelitian deskriptif dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian adalah mahasiswa preklinik dan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjarang dengan jumlah 45 orang yang diperoleh menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner Temporomandibular Disorder – Index Diagnostic (TMD-ID) dan kuesioner mengenai adanya ruang edentulous. Hasil : Didapatkan jumlah total 45 sampel yang terdiri dari 13 laki-laki (27,95%) dan 32 perempuan (72,05%). Berdasarkan pembagian kategori gangguan sendi temporomandibula akibat ruang edentulous, menghasilkan dua kategori, yaitu TMD positif yang terdiri dari 33 orang (73,33%) dan TMD negatif yang terdiri dari 12 orang (26,67%). Simpulan : Gambaran TMD akibat ruang edentulous pada FKG Universitas Padjadjaran adalah tinggi (73,33%).Item Gambaran Keberhasilan Teknik Pencetakan Neutral Zone dan Teknik Pencetakan Sublingual terhadap Stabilitas Gigi Tiruan Lengkap Lepasan Rahang Bawah: Rapid Review(2023-01-10) RAYHANDIKA VALIANZA PRATAMANDA PUTRA; Lisda Damayanti; Daisy WulansariPendahuluan: Kehilangan seluruh gigi pada rahang bawah dapat menyebabkan resorpsi lingir alveolar sehingga membuat gigi tiruan kurang stabil jika dibuat dengan teknik pencetakan konvensional. Teknik pencetakan neutral zone dan teknik pencetakan sublingual dapat digunakan untuk menambah stabilisasi pada gigi tiruan lepasan rahang bawah. Dalam penggunaannya, kedua teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode: Tinjauan pustaka ini menggunakan desain studi rapid review yang mengacu pada analisis PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses) dan menggunakan kerangka PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome). Pencarian artikel dilakukan pada tiga database online, yaitu EBSCO Host, Research Gate dan Google Scholar. Pemilihan artikel pada database dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Berdasarkan studi yang telah dilakukan 187 artikel ditemukan pada penelusuran awal, kemudian keseluruhan artikel diseleksi sehingga didapatkan sepuluh artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pencetakan neutral zone dapat memberikan stabilisasi yang lebih baik daripada teknik pencetakan sublingual yang diukur berdasarkan kegoyahan gigi tiruan, kepuasan dan kenyamanan pasien. Simpulan: Penggunaan teknik pencetakan neutral zone dalam pembuatan gigi tiruan lepasan dapat memberikan stabilisasi yang lebih baik daripada teknik pencetakan sublingual. Penggunaan kombinasi teknik pencetakan neutral zone dan teknik pencetakan sublingual dapat dilakukan untuk meningkatkan stabilisasi gigi tiruan yang lebih baik.Item Gambaran Keuntungan dan Kerugian Arah Pemasangan Ganda pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan(2021-07-10) PUPUNG RAHAYU; Taufik Sumarsongko; Daisy WulansariPendahuluan: Arah pemasangan ganda pada Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) dirancang untuk mengatasi keterbatasan GTSL konvensional karena penggunaan cengkram pada GTSL konvensional dianggap dapat mengurangi nilai estetik. Arah pemasangan ganda pada GTSL jarang digunakan oleh dokter gigi karena memiliki teknik yang rumit dan sensitif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan dan kerugian arah pemasangan ganda pada GTSL. Metode: Prosedur penelitian dilakukan menggunakan metode rapid review dan analisis PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses). Pencarian artikel dilakukan pada PubMed, Wiley, dan Google Scholar sesuai dengan kata kunci. Hasil: Pada penelusuran tahap awal diperoleh 325 artikel, kemudian seluruh artikel diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 5 artikel berupa studi case report. Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat keuntungan utama dari arah pemasangan ganda pada GTSL yaitu meningkatkan nilai estetik karena penghilangan cengkram dan memiliki kerugian dari segi disain yang rumit dan teknik laboratorium yang sensitif.Item Hubungan antara Aktivitas Fungsional Rahang dengan Kuantitas Nyeri Orofasial Akut dan Stres pada Pasien Trauma Oromaksilofasial(2019-07-17) MEDYANNISA SHAFIRA; Daisy Wulansari; Raden Tantry MaulinaPendahuluan: Nyeri orofasial, stres, dan gangguan aktivitas rahang umum dijumpai pada pasien trauma oromaksilofasial. Bedasarkan berbagai penelitian sebelumnya, masih terdapat pro dan kontra mengenai hubungan antara nyeri dan stres dengan perubahan pada aktivitas motorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fungsional rahang dengan nyeri orofasial akut dan stres pada pasien trauma oromaksilofasial. Metode: Sampel penelitian adalah 25 pasien trauma oromaksilofasial (12 pria, 13 wanita) di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) Kota Bandung yang memenuhi kriteria ekslusi dan inklusi. Nyeri orofasial akut dievaluasi dengan Numeric rating scale (NRS), kadar alfa amilase saliva sebagai indikator stres diukur dengan cocorometer, dan aktivitas fungsional rahang dievaluasi dengan kuesioner aktivitas fungsional rahang dan otot fasial. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan Spearman menggunakan aplikasi analisis statistik. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan dan sedang (p=0.002, r=0.599) antara aktivitas fungsional rahang dan nyeri orofasial akut dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p=0.110) antara aktivitas fungsional rahang dengan stres. Pembahasan: Hubungan yang signifikan antara aktivitas fungsional rahang dengan nyeri orofasial akut pada penelitian ini mendukung teori Model Adaptasi Nyeri yang menjelaskan bahwa nyeri menyebabkan perubahan pada aktivitas otot agar pergerakannya terbatas dan melindungi sistem sensormotorik dari cedera lebih lanjut dan meningkatkan penyembuhan. Hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fungsional rahang dengan stres pada penelitian ini, sejalan namun juga bertentangan dengan berbagai penelitian sebelumnya. Simpulan: Aktivitas fungsional rahang memiliki hubungan yang signifikan dengan nyeri orofasial akut namun tidak memiliki hubungan dengan stres.Item Hubungan Stres Psikologis dengan Gangguan Sendi Temporomandibula: Rapid Review dan Meta-Analisis(2022-07-12) LOVINA PATRICIA OKTABELLA; Setyawan Bonifacius; Daisy WulansariPendahuluan: Stres adalah salah satu masalah yang sering terjadi dalam kehidupan umat manusia yang sudah tidak bisa terelakkan yang dapat terjadi di lingkungan manapun dan terjadi pada siapapun. Stres dapat memberikan kontribusi 50-70% terhadap timbulnya sebagian besar penyakit. Aspek psikosomatik dan/atau psikososial telah memperlihatkan adanya hubungan dengan nyeri, termasuk gangguan sendi temporomandibula. Gangguan sendi temporomandibula adalah keadaan fungsi sendi temporomandibula menjadi tidak normal dan tidak sempurna. Salah satu faktor etiologi yang dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula adalah stres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara gangguan sendi temporomandibula dengan stres psikologis. Metode: Prosedur penelitian dilakukan menggunakan metode rapid review dengan mengikuti pedoman PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis). Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan kata kunci pada dua basis data, yaitu PubMed dan Scopus. Hasil analisis kuantitatif akan divisualisasi dalam bentuk tabel dan forest plot. Hasil: Pada penelusuran tahap awal diperoleh 898 total artikel, kemudian seluruh artikel diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 11 artikel yang diikutsertakan dalam tinjauan ini. Hasil analisis kuantitatif didapatkan hubungan yang positif dan signifikan antara stres (OR 1.21 [1.11, 1.32], p < 0.00001), depresi (OR 1.35 [1.09, 1.67], p < 0.00001), dan kecemasan (OR 1.47 [1.09, 1.99], p < 0.00001) terhadap gangguan sendi temporomandibula. Simpulan: Tinjauan ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan sendi temporomandibula dengan stres psikologis yang dapat dilihat dari berbagai dimensi seperti distres, depresi, dan kecemasan.Item PENGARUH APLIKASI MADU TERHADAP NILAI CRP PADA DRY SOCKET PASCA PENCABUTAN GIGI(2018-07-16) SILVYARA AYU PRATIWI; Daisy Wulansari; Endang SjamsudinDry socket merupakan komplikasi pasca pencabutan gigi yang ditandai dengan adanya inflamasi pada daerah dry socket. Pemeriksaan lab yang digunakan sebagai pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan CRP sebagai pengontrolan penyembuhan dry socket dan penentuan keefektivitasan dalam pemilihan perawatan. Madu merupakan obat herbal yang mudah ditemukan dan dapat digunakan sebagai alternatif penatalaksanaan dry socket untuk mengurangi efek samping dari perawatan konvensional. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi madu terhadap nilai CRP pada Dry socket pasca pencabutan gigi. Penulisan kajian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan secara sistematik dengan mengkaji artikel yang membahas mengenai pengaruh aplikasi madu terhadap nilai CRP pada dry socket pasca pencabutan gigi. Hasil penelitian terdapat 3 jurnal penelitian klinis yang membahas mengenai pengaruh aplikasi madu terhadap nilai CRP pada dry socket pasca pencabutan gigi dan setelah diuji statistik menggunakan t-test menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap penurunan CRP pada dry socket pasca pencabutan gigi. Simpulan penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh aplikasi madu terhadap penurunan nilai CRP pada perawatan dry socket pasca pencabutan gigi.Item Prevalensi Nyeri Orofasial Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD(2020-10-13) PUTRI INTAN PERMATA SARI; Rasmi Rikmasari; Daisy WulansariPendahuluan: Nyeri orofasial adalah nyeri yang timbul pada kepala, wajah dan struktur sekitarnya yang dapat didefinisikan sebagai nyeri dan disfungsi yang memengaruhi transmisi motorik dan sensorik dalam sistem trigeminal. Nyeri orofasial merupakan masalah kesehatan masyakarat. Nyeri orofasial dapat mengganggu kegiatan sehari-hari dan dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Perempuan, pelajar, dan orang dengan usia 18-25 tahun rentan terhadap nyeri orofasial. Mahasiswa rentan mengalami stres, dimana stres juga merupakan faktor terjadinya nyeri orofasial. Pengetahuan mengenai prevalensi nyeri orofasial ini bermanfaat untuk memberikan gambaran prevalensi nyeri orofasial yang terjadi pada kelompok mahasiswa. Metode: Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden diminta mengisi informed consent selanjutnya mengisi kuisioner berisi 21 pertanyaan yang sudah diubah dalam bentuk google form. Penelitian dilakukan bulan Desember 2019 sampai Februari 2020. Hasil: 182 dari 362 orang mahasiswa mengalami nyeri orofasial (50,28%). Responden yang paling banyak mengalami nyeri orofasial adalah perempuan (43,09%), responden dengan usia 19 tahun (15,19%), responden yang berasal dari suku Sunda (16,3%), responden angkatan 2016 (15,75%), dan responden yang tinggal di kos selama kuliah (38,4%). Pembahasan: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD memiliki karakteristik yang rentan terhadap nyeri orofasial, seperti jenis kelamin dimana perempuan lebih rentan terhadap nyeri orofasial, usia 18-25 tahun juga rentan terhadap nyeri orofasial, mahasiswa yang rentan stres akibat perubahan tempat atau budaya serta tinggal terpisah dengan orang tua, dimana stres juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan nyeri orofasial. Simpulan: Prevalensi nyeri orofasial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran adalah 50,28%. Kata kunci: Nyeri Orofasial, Prevalensi, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran