Browsing by Author "Fanny Adistie"
Now showing 1 - 20 of 35
Results Per Page
Sort Options
Item A Narrative Review : Efektivitas Virtual Reality dalam Menurunkan Nyeri pada Anak dengan Kanker(2021-07-12) AULIA SHABRINA HASTI; Henny Suzana Mediani; Fanny AdistieABSTRAK Selama perjalanan penyakit kanker, anak-anak dan remaja mungkin akan menghadapi nyeri dalam berbagai keadaan. Nyeri merupakan salah satu gejala umum yang dialami oleh anak dengan kanker yang diakibatkan oleh perjalanan penyakit, proses pengobatan, dan efek samping dari pengobatan kanker. Virtual reality (VR) merupakan teknologi baru dari manajemen nyeri nonfarmakologis. Tujuan review ini untuk mengidentifikasi keefektifan VR dalam menurunkan nyeri pada anak dengan kanker. Metode review yang digunakan adalah narrative review. Pencarian artikel menggunakan Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Kriteria artikel yang digunakan adalah artikel tentang manajemen nyeri anak dengan kanker menggunakan VR, tahun terbit 2011-2020, berbahasa Inggris atau Indonesia, dan free full text. Pendokumentasian artikel yang telah disortir, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel. Didapatkan hasil sebanyak 6 artikel yang termasuk kedalam kriteria. Hasil literature menunjukkan bahwa VR terbukti efektif dalam mengurangi nyeri pada anak dengan kanker, terutama saat anak menjalani prosedur venipuncture, pengobatan anti kanker, dan masa hospitalisasi. Kesimpulan penelitian ini, meskipun terdapat keterbatasan metodologis dan ukuran sampel yang kecil, penggunaan VR ini terbukti efektif dalam menurunkan nyeri pada anak dengan kanker. Oleh karena itu, penggunaan VR dapat direkomendasikan kepada para tenaga kesehatan di Indonesia sebagai salah satu manajemen non farmakologi dalam mengatasi nyeri pada anak dengan kanker.Item Beban Orang Tua dengan Anak Disabilitas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cileunyi(2018-07-20) YUSI DESRIYANI; Fanny Adistie; Ikeu NurhidayahAnak disabilitas merupakan anak yang memiliki keterbatasan, baik keterbatasan fisik, intelektual, mental, sensorik bahkan memiliki lebih dari satu jenis keterbatasan. Anak disabilitas cenderung memiliki kualitas hidup yang buruk dikarenakan rendahnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Oleh karena itu membutuhkan pelayanan khusus dari orang tua. Hal tersebut dapat menimbulkan beban pada orang tua sebagai caregiver utama anak dengan disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban orang tua dengan anak disabilitas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cileunyi. Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yaitu ayah atau ibu dengan anak disabilitas di SLBN Cileunyi yang berjumlah 158. Sejumlah 67 responden berpartisipasi dalam penelitian ini yang diambil dengan teknik convenience sampling. Beban orang tua diukur menggunakan kuesioner Zarit Burden Interview (ZBI). Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan 46,3% responden memiliki sedikit atau tidak ada beban, 37,3% memiliki beban ringan - sedang, 14,9% memiliki beban sedang -berat, dan 1,5% memiliki beban berat. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan hampir setengah responden memiliki sedikit atau tidak ada beban. Namun, masih terdapat responden yang memiliki beban berat, hal ini dikarenakan karateristik dari orang tua, karakteristik ank, kontrol diri yang masih kurang dan kurangnya dukungan sosial. Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan berbasis keluarga misalnya konseling dan pemberian pendidikan kesehatan kepada orang tua dengan anak disabilitas serta mengoptimalkan support group yang telah ada.Item Dukungan Sosial Pada Orang Tua yang Memiliki Anak Penyandang Autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Bandung(2019-07-25) VIVI VITRIANI INDRIANA; Fanny Adistie; Ikeu NurhidayahAutisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang cukup menjadi sorotan. Dalam merawat anak penyandang autisme, orang tua akan mendapatkan beban dan bisa juga mengalami berbagai macam gangguan. Dalam menghadapi keadaan tersebut orang tua membutuhkan salah satunya adalah dukungan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan sosial pada orang tua yang memiliki anak penyandang autisme. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah 79 orang tua (ayah/ibu) yang memiliki anak penyandang autisme di sekolah luar biasa (SLB) Kota Bandung serta didapatkan sampel sebanyak (n=66) responden yang berpartisipasi. Penarikan sampel menggunakan teknik total sampling. Dukungan sosial orang tua diukur menggunakan instrumen dukungan sosial yang dikembangkan oleh Muliasari pada tahun 2014 menurut teori Sarafino dan Smith (2011). Dukungan sosial dikategorikan menggunakan mean dengan nilai mean 56,758. Didapatkan kategori rendah jika nilai < 56,758, dan kategori tinggi jika nilai ≥ 56,758. Hasil menunjukkan sebanyak 35 orang (53%) termasuk kedalam kategori tinggi, sementara sebanyak 31 orang (47%) berkategori rendah. Dukungan instrumental merupakan aspek dengan nilai tertinggi, sementara dukungan emosional merupakan aspek dengan nilai terendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk keilmuan keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga berupa konseling terutama dalam pemberian dukungan emosional dalam meningkatkan dukungan emosional orang tua yang memiliki anak penyandang autisme.Item Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Remaja Dengan Body Dysmorphic Disorder : Narrative Review(2022-01-12) SITI NURJANAH; Ema Arum Rukmasari; Fanny AdistieBeberapa remaja cenderung merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya dan mengalami kecenderungan Body Dysmorphic Disorder (BDD). Kecemasan merupakan salah satu gejala dari BDD. Salah satu intervensi dalam mengatasi BDD adalah cognitive behavioral therapy. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran efektivitas Cognitive Behavior Therapy untuk menurunkan kecemasan pada pasien remaja dengan Body Dysmorphic Disorder. Penelitian ini menggunakan pendekatan narrative review. Pencarian dilakukan menggunakan beberapa database seperti, Ebscohost, PubMed dan Google Scholar. Ditemukan 567 artikel dengan kata kunci yang digunakan dalam bahasa inggris yaitu body dysmorphic disorder OR BDD AND cognitive behavioral therapy AND adolescents OR CBT AND anxiety. Kriteria inklusi : Artikel fulltexs, sampel diartikel berdasarkan pada artikel yang dianalisis yaitu kecemasan pada BDD, remaja usia 10-22 tahun, tahun terbit artikel maksimal 10 tahun terakhir (2012–2021), artikel berbahasa Inggris. Kriteria eksklusi : Body Dysmorphic Disorder dengan penyakit penyerta diluar masalah psikologis. Tujuh artikel yang sesuai dengan kriteria (2 RCT, 3 case study, 1 pilot study) diikut sertakan dalam penelitian. Dapat disimpulkan bahwa CBT merupakan terapi nonfarmakologi yang efektif dalam menurunkan kecemasan pada remaja dengan BDD mulai dari remaja awal hingga remaja akhir. Pada 7 artikel yang digunakan, terdapat 4 instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan. AAI untuk mengukur kecemasan penampilan, BAI mengukur kecemasan umum, CASI mengukur sensitivitas terhadap gejala kecemasan dan LSAS-CA mengukur kecemasan sosial. Peneliti menyarakan agar CBT dapat diimplementasikan sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasakan pada remaja dengan BDD. Kata Kunci : Gangguan Dismorfik Tubuh, Kecemasan, Remaja, Terapi Perilaku Kognitif. Kepustakaan : 60, 2011-2021Item Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kejadian Central Line Associated Blood Stream Infection (CLABSI) di NICU RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung(2018-04-06) RESTU WIJAYANTI; Fanny Adistie; Ikeu NurhidayahABSTRAK Neonatus yang terlahir dalam kondisi prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), atau sakit, memerlukan penanganan khusus di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Salah satu prosedur invasif yang menjadi pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan cairan, obat-obatan, serta nutrisi parenteral di NICU adalah pemasangan kateter vena sentral. Selain bermanfaat, kateter vena sentral juga memiliki beberapa komplikasi, salah satunya Central Line Associated Blood Stream Infection (CLABSI). CLABSI didiagnosis oleh dokter melalui hasil kultur resistensi dari darah dan ujung kateter vena sentral. Pengenalan terhadap faktor risiko merupakan langkah kunci pencegahan CLABSI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan CLABSI di NICU RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian ini adalah seluruh neonatus yang terpasang kateter vena sentral di NICU RSUP dr. Hasan Sadikin pada periode tahun 2015-2017. Sampel penelitian berjumlah 429 neonatus yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling melalui studi dokumentasi rekam medis. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan Chi-Square diidentifikasi bahwa faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian CLABSI adalah durasi terpasangnya kateter vena sentral (p=0,000), lokasi pemasangan kateter vena sentral (p=0,000), dan jenis cairan yang masuk melalui kateter vena sentral (p=0,001). Sedangkan usia gestasi (p=0,205), berat badan lahir (p=0,609), jenis kelamin (p=0,882), dan penyakit yang mendasari (p=0,414) secara statistik tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian CLABSI. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan perawat lebih meningkatkan kewaspadaan pada neonatus yang terpasang kateter vena sentral dengan durasi ≥21 hari, lokasi pemasangan di ekstremitas bawah, serta mendapat cairan hipertonis melalui kateter vena sentral. Kata kunci: CLABSI, faktor risiko, kateter vena sentral, neonatus Kepustakaan: 67, 2004-2017Item Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Pencarian Pengobatan pada Anak Kanker: Literature Review(2020-09-28) DESY HENDRIYANI; Fanny Adistie; Ikeu NurhidayahSaat ini kanker tidak hanya diderita orang dewasa, penyakit ini juga menyerang anak-anak. Survival rate kanker di negara berkembang terbilang rendah jika dibandingkan negara maju. World Health Organization dalam Global Action Plans berupaya menurunkan 25% kematian dari penyakit tidak menular termasuk kanker pada tahun 2013-2020. Pencarian pengobatan yang tepat memungkinkan keluarga untuk mengetahui diagnosis penyakit anaknya lebih awal yang berdampak pada angka ketahanan hidup anak. Belum ditemukan penelitian secara komprehensif sehingga perlu dilakukan literature review dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pencarian pengobatan pada anak kanker. Oleh dari itu tujuan literature review ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pencarian pengobatan pada anak kanker. Jenis literature review ini adalah narrative review. Artikel didapatkan dari berbagai database seperti Ebscohost dan Pubmed dengan mencantumkan kata kunci dan kombinasi kata yang telah ditentukan yaitu “children” or “childhood” and “cancer” or “malignancy” and “ factors” or “causes” and “health seeking behaviour” or “delay treatment” serta melakukan pencarian artikel lainnya dengan teknik snowballing. Kriteria inklusi dalam literature review ini diantaranya waktu publikasi artikel antara 2010-2020, menggunakan Bahasa Inggris dan tema atau isi jurnal membahas faktor yang memengaruhi pencarian pengobatan pada anak kanker. Terdapat 10 artikel yang di review dari hasil skrining. Analisis data menggunakan analisis isi. Berdasarkan kajian literatur diketahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pencarian pengobatan pada anak kanker yaitu karakteristik sosiodemografi, pengetahuan, dukungan sosial, persepsi penyakit, persepsi pengobatan atau persepsi pelayanan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan. Dari hasil kajian literatur menunjukan persepsi penyakit menjadi faktor yang paling berkontribusi setelah penghasilan keluarga. Penemuan ini membantu perawat untuk melakukan promosi kesehatan untuk pembetulan konsep kanker pada anak sebagai strategi perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, pentingnya perawat dalam melakukan deteksi dini kanker pada anak serta mengoptimalkan fungsi profesional perawat sebagai advokat.Item Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil: Studi literatur(2020-09-25) TRIA MAILAN KAREMOI; Fanny Adistie; Wiwi MardiahSeribu hari pertama kehidupan merupakan masa terbentuknya janin dalam kandungan. Status gizi kurang pada ibu hamil berdampak pada ibu dan anak. Pada anak menyebabkan BBLR, prematur, gangguan perkembangan, stunting. Pada ibu menyebabkan kekurangan energi kronik dan anemia. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan studi literatur terkait faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil. Studi literatur ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil dan mengetahui apakah terdapat faktor lain selain yang sudah banyak diteliti. Literature review ini menggunakan metode narrative review. Pencarian literatur menggunakan database EBSCOhost, PubMed, dan google scholar. Kata kunci yang digunakan “pregnant women/wanita hamil” AND “nutritional status/status gizi” AND “factor/faktor”. Kriteria inklusi yaitu artikel yang membahas mengenai faktor status gizi ibu hamil, tahun terbit lima tahun terakhir, free full text, sampel ibu hamil, berbahasa inggris atau indonesia. Kriteria eksklusi yaitu tidak mencantumkan volume, nomor, penerbit artikel. Setelah dilakukan penyortiran terdapat 16 artikel penelitian kuantitatif dari 4.609 yang ditelaah dalam studi literatur. Hasil studi literatur didapatkan faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil dapat dan tidak dapat diubah. Faktor didapatkan antara lain usia, paritas, pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi, penyakit infeksi, ANC, pola makan, pekerjaan dan asal tempat tinggal. Faktor yang belum banyak pada artikel penelitian yaitu asupan kafein, buta huruf dan self efficacy. Saran pada penelitian, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait status gizi dengan penilaian kenaikan berat badan dan IMT, bagi tenaga kesehatan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan terkait faktor yang kemungkinan dapat diubah/diperbaiki ibu hamil yaitu pengetahuan gizi, kunjungan ANC dan pola makan.Item GAMBARAN FAKTOR RISIKO SEPSIS NEONATORUM BERDASARKAN WAKTU KEJADIAN DI RUANG NICU RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG(2018-07-17) CINDYA UKHTI ISTI AN; Ayu Prawesti Priambodo; Fanny AdistieSepsis neonatorum merupakan penyebab utama kematian pada neonatus. Diagnosa awal sepsis sulit ditegakkan karena faktor risiko dan gejala klinis sepsis yang muncul pada awitan dini maupun awitan lanjut sangat beragam. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan faktor risiko berdasarkan waktu kejadian di ruang NICU RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan retrospektif dengan mengidentifikasi 92 rekam medis dari Januari 2014-Desember 2017 di ruang NICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi data rekam medik neonatus dengan sepsis neonatorum yang masuk ke RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Variabel yang diidentifikasi yaitu SNAD (Sepsis Neonatorum Awitan Dini), SNAL (Sepsis Neonatorum Awitan Lanjut), jenis kelamin, usia gestasi, berat badan lahir, nilai APGAR, proses persalinan, penyakit pemicu dan terpasang alat invasif. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi. Dari hasil penelitian mengenai kejadian sepsis terdapat SNAD (59,80%) dan SNAL (40,20%). Faktor risiko pada SNAD diantaranya jenis kelamin laki-laki (69,10%), prematuritas (74,10%), BBLR (70,90%), memiliki penyakit pemicu (41,80%), asfiksia berat (43,60%), proses persalinan caesar (52,70%) dan terpasang terpasang alat invaif sesudah terdiagnosis sepsis (58,20%). Sedangkan faktor risiko pada SNAL adalah jenis kelamin laki-laki (56,80%), prematuritas (73,00%), BBLR (81,10%), memiliki penyakit pemicu (48,60%), asfiksia ringan (59,50%), persalinan normal (54,10%) dan terpasang alat invasif sebelum terdiagnosis sepsis (51,40%). Berdasarkan hasil penelitian, pada neonatus yang prematur, BBLR, dan nilai APGAR rendah dapat dilakukan strategi pencegahan dengan pemberian nutrisi dan oksigenasi yang adekuat guna menunjang pematangan organ, meningkatkan berat badan dan pemenuhan kebutuhan oksigen.Item Gambaran Kematangan Sosial Anak Usia Prasekolah Di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu Fullday Kota Bandung(2020-07-12) SALWA AZ-ZAHRA NURAZIZAH H; Efri Widianti; Fanny AdistieKondisi kedua orang tua yang bekerja membuat intensitas waktu interaksi bersama anak berkurang. Terdapat beberapa anak di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terpadu fullday Kota Bandung mengalami speech delay yang mempengaruhi kepada penyesuaian sosial anak dan kemampuan akademi anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kematangan sosial anak usia prasekolah di PAUD terpadu fullday Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa PAUD terpadu fullday Kota Bandung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 38 orang usia 3-4 tahun, 33 orang usia 4-5 tahun, dan 30 orang usia 5-6 tahun. Instrumen yang digunakan adalah Vineland Social Maturity Scale (VSMS). Data dianalisis dengan distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan sosial anak usia prasekolah di PAUD terpadu fullday Kota Bandung terdapat 13,9% masuk kategori melampaui usia, 70,3% masuk kategori sesuai usia, 15,8% masuk kategori kurang sesuai usia. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yaitu mayoritas anak usia prasekolah di PAUD terpadu fullday Kota Bandung memiliki tingkat kematangan sosial yang sesuai usia dari setiap aspek kematangan sosial. Maka dari itu diharapkan orang tua, guru, dan perawat dapat bekerja sama untuk memberikan stimulasi lebih kepada anak agar perkembangan kematangan sosialnya lebih optimal terutama pada aspek kematangan sosial yang masih kurang sesuai usia.Item Gambaran Kesiapan Anak dan Peran Orang Tua Muslim Sebagai Pendidik dalam Menghadapi Menarche Di SDIT Imam Bukhari Sumedang(2018-09-25) NUR MAHARANI; Restuning Widiasih; Fanny AdistieMenarche merupakan peristiwa biologis pada perempuan dimasa pubertas sebagai tanda kematangan organ reproduksinya dan merupakan peristiwa penting penanda perempuan tersebut telah ‘baligh’ yang berarti wajib menjalankan ajaran agama Islam. Informasi yang berhubungan dengan kesiapan anak dan orang tua muslim dalam menghadapi menarche masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesiapan menarche pada anak dan peran orang tua muslim di SDIT Imam Bukhari. Penetian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah siswi kelas IV, V dan VI SDIT Imam Bukhari. Sampel yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling sehingga didapatkan responden sebanyak 88 siswi dan 88 orang tua dari siswi tersebut. Data dikumpulkan menggunakan instrumen tentang Kesiapan Anak dan Peran Orang Tua sebagai pendidik dalam menghadapi menarche oleh Praseto dan dilakukan uji konten validitas. Hasil penelitian ini didapatkan sebanyak (20.5%) kesiapan anak dalam menghadapi menarche dalam kategori baik, (54.5%) dalam kategori cukup serta (25%) kurang. Sedangkan peran orang tua sebagai pendidik (23.9%) dalam kategori baik, (52.3%) dalam kategori cukup dan (23.9%) dalam kategori kurang. Simpulan dari penelitian ini menunjukan hasil sebagian besar anak dan orang tua dalam penelitian ini memiliki kesiapan peran sebagai dalam kategori cukup. Untuk dapat mengkatkan kesiapan anak dan peran orang tua sehingga dapat lebih baik lagi, maka pihak sekolah disarankan melakukan pemberian informasi yang tepat mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai menarche.Item Gambaran Motivasi Warga Dalam Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus Di RW 05 Kelurahan Sekejati Kota Bandung(2019-01-18) NANDA THERESA NATALIA; Ahmad Yamin; Fanny AdistieSaat ini program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus menjadi salah satu program pemerintah yang efektif dalam menurunkan angka kejadian DBD. Program ini sudah diterapkan sejak tahun 2014 tetapi angka kejadian DBD masih tinggi. Untuk melakukan upaya pemberantasan DBD diperlukan perilaku yang baik dari masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Menurut Lawrence Green salah satu faktor reinforsing atau faktor perilaku yang terdapat dari dalam individu adalah motivasi. Motivasi merupakan salah satu persyaratan terjadinya perilaku yang baik yang akan meningkatkan motivasi warga sehingga warga menngkatkan peran serta warga dalam melakukan pencegahan penyakit DBD. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran motivasi warga dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di RW 05 Kelurahan sekejati Kota Bandung. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan dengan teknik cluster sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen motivasi yang peneliti buat mengacu pada teori motivasi. Dan dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini adalah motivasi warga dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus berada pada kategori rendah sebesar 51,3%. Motivasi intrinsik warga dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk juga rendah yaitu 52,5%, serta rendahnya motivasi intrinsik yaitu 55%. Oleh karena itu perlunya reinforsement positif atau dukungan positif untuk meningkatkan perilaku sehingga motivasi intrinsik warga dalam melakukan pencegahan penyakit DBD tinggi, serta diadakannya pendampingan dan pelatihan secara teratur kepada warga oleh petugas kesehatan pada saat kegiatan PSN 3M Plus dilakukan.Item GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENGENAI IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS RIUNG BANDUNG KOTA BANDUNG(2017-10-05) NUR ANNISA DEVIANA; Wiwi Mardiah; Fanny AdistieTujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Keberhasilan program imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Imunisasi pentavalen merupakan kombinasi dari vaksin (DPT-HB-Hib) dan diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Cakupan imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung tahun 2015 sebesar 85% dengan angka kejadian pneumonia sebanyak 288 orang. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya cakupan imunisasi antara lain pengetahuan dan sikap. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu mengenai imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada 119 ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang diambil dengan teknik Consecutive Sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan merujuk pada kepustakaan mengenai Imunisasi dalam buku IDAI 2011 dengan nilai validitas dan reliabilitas (pvalue>r tabel=0,444 dan r Alpha=0,764>r tabel). Hasil analisis menunjukkan hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan baik (46,2%) dan hasil dari variabel sikap didapatkan bahwa hampir sebagian besar dari responden (56,3%) memiliki sikap mendukung (Favorable) terhadap imunisasi pentavalen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian ibu sudah memiliki pengetahuan baik dan sikap mendukung terhadap imunisasi pentavalen. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan melalui intervensi baik di bidang keperawatan maupun pihak terkait sebagai bentuk upaya peningkatan status imunisasi anak. Kepustakaan : 60, 2002-2017Item GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA PENDERITA TUBERKULOSIS DALAM DETEKSI DINI TUBERKULOSIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN RANCAEKEK(2017-10-05) MAMAY HUMAEROH; Fanny Adistie; Wiwi MardiahTuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular. Anak memiliki risiko tinggi terhadap penularan terutama yang tinggal bersama orang tua penderita TB. Penderita TB dewasa di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rancaekek sebagian besar memiliki anak 0-14 tahun dan tinggal bersama. Deteksi dini salah satu upaya yang dapat orang tua lakukan dalam pengendalian TB anak. Faktor yang mendorong terlaksananya deteksi dini diantaranya adalah pengetahuan dan sikap. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap orang tua penderita TB dalam deteksi dini TB anak. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel direkrut dari populasi seluruh pasien TB dewasa dengan teknik consecutive sampling menggunakan kriteria sampel orang tua penderita TB yang tinggal bersama anak 0-14 tahun dan sedang pengobatan, didapatkan dengan jumlah 78 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dibuat dengan panduan dari Early Detection Of Tuberculosis dan Tuberkulosis Klinis. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden dengan kategori pengetahuan baik (57,7%) dan sebagian besar responden dengan sikap mendukung/favorable (56,4%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua penderita TB sudah mengetahui tentang deteksi dini dan bersikap mendukung, data dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengalaman orang tua sebagian besar pernah mengikuti penyuluhan TB dan sudah fase pengobatan lanjutan, sehingga informasi yang di dapat lebih banyak. Namun, hasil penelitian ini belum mencakup seluruhnya orang tua penderita TB dengan kategori pengetahuan baik dan sikap mendukung terhadap deteksi dini TB anak. Diharapkan kepada petugas kesehatan dan para kader untuk lebih meningkatkan program pendidikan kesehatan seperti melakukan home visit dengan memberikan pendidikan kesehatan lanjutan serta pemberian konseling.Item Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Prinsip Atraumatic Care Pada Anak yang dihospitalisasi di Rumah Sakit Swasta Al-Islam Bandung(2020-09-22) SHEREN YOLAVIA; Fanny Adistie; Windy RakhmawatiSaat dihospitalisasi, anak bisa mendapatkan pengalaman penuh tekanan yang traumatis. Fasilitas dan pelayanan rumah sakit dapat menurunkan tingkat stres, namun masih ditemukan reaksi negatif anak. Perawat berperan dalam pencegahan trauma (atraumatic care). Pengetahuan dan sikap merupakan dasar yang harus dimiliki perawat untuk menerapkan prinsip atraumatic care. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengetahuan dan sikap perawat terhadap prinsip atraumatic care. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini seluruh perawat di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Swasta Al-Islam Bandung berjumlah 36 responden. Teknik sampling menggunakan total sampling dengan instrumen kuesioner pengetahuan dan sikap atraumatic care yang mengacu teori atraumatic care Wong. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dengan kategori data dibagi berdasarkan panjang kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,1% pengetahuan perawat baik dan 38,9% cukup, serta 100% sikap perawat mendukung terhadap prinsip atraumatic care. Namun, berdasarkan distribusi frekuensinya masih terdapat pengetahuan yang rendah yaitu mengenai persiapan psikologis anak sebelum prosedur dan sikap empati (5,6%). Hal tersebut dapat membuat anak bereaksi negatif pada perawat. Oleh karena itu aspek tersebut masih perlu ditingkatkan. Rumah Sakit diharapkan dapat memfasilitasi pelatihan atraumatic care, khususnya persiapan psikologis sebelum prosedur dan therapeutic play skill untuk mengoptimalkan kompetensi perawat.Item GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SISWI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI CIMAHI TENTANG PREMARITAL SKRINING TALASEMIA(2018-07-20) ERNA ANA SOPIYANA; Fanny Adistie; Ai MardhiyahTalasemia merupakan penyakit yang herediter dan berdampak terhadap kualitas hidup penyandang talasemia, salah satu pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan premarital skrining. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap siswa siswi mengenai premarital skrining talasemia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik accidental sampling pada 134 siswa siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Cimahi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 29 pernyataan menggunakan skala Guttman untuk pengetahuan dan skala likert untuk pernyataan yang telah dilakukan uji validitas dengan rentang nilai 0,496 dan reabilitas dengan hasil 0,700 kemudian data dianalisis secra deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 87 orang (60%) memiliki konsep pengetahuan yang kurang, dan sisanya yaitu 33 orang (22,7%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 25 orang (17,3%) memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan untuk pernyataan sikap sebanyak 77 orang (54%) memiliki sikap yang mendukung dan sisanya 68 orang (46%) memiliki sikap yang tidak mendukung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang premarital skrining talasemia kurang pada siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri Cimahi akan tetapi untuk sikap pada siswa siswi tersebut mendukung terhadap premarital skrining talasemia. Oleh karena itu disarankan kepada pihak sekolah untuk tetap menyediakan layanan bimbingan konseling, pemberian motivasi dan pelatihan tentang kesehatan agar para remaja lebih memahami skrining talasemia.Item GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SARAPAN ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIBEUSI JATINANGOR(2020-01-11) RIO NURGIRI; Fanny Adistie; Ahmad YaminPemenuhan zat gizi melalui sarapan bagi anak dapat menunjang kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua merupakan orang yang berperan dalam pengasuhan anak sehingga mereka memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, salah satunya melalui sarapan. Orang tua di Indonesia mengalami kesulitan untuk memenuhinya karena keterbatasan pengetahuan sehingga sikap dan tindakan mereka tidak bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan sarapan anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan orang tua dalam memnuhi kebutuhan sarapan anak di sekolah dasar negeri Cibeusi, Jatinangor. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif serta teknik simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 144 orang tua yang memiliki anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Cibeusi, Jatinangor. Data dikumpulkan melalui instrumen yang dikembangkan berdasarkan literatur dari Pedoman gizi seimbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua berada pada kategori cukup sebanyak 63,89%, serta kategori baik dan kurang masing-masing berjumlah 29,17% dan 6,94%. Sementara untuk sikap dan tindakan, orang tua yang memiliki sikap dan tindakan yang mendukung memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 56,94% serta jumlah orang tua yang memiliki sikap dan tindakan yang tidak mendukung juga memiliki jumlah yang sama yaitu 43,06%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun orang tua di SDN Cibeusi, Jatinangor hampir seluruhnya sudah memiliki pengetahuan yang cukup dan baik, namun karena jumlah orang pada kelompok sikap dan tindakan tidak mendukung hampir setengah dari jumlah responden. Maka sikap dan tindakan mereka masih perlu adanya intervensi untuk meningkatkan keduanya.Item Gambaran Pola Asuh Orang Tua pada Remaja dengan Perilaku Berisiko di SMK(2020-07-08) ALEX SETIAWAN; Fanny Adistie; Neti JuniartiMasa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perilaku berisiko. Pola asuh orang tua yang tepat sangat diperlukan agar remaja tidak melakukan perilaku berisiko seperti merokok, minum-minuman beralkohol, menyalahgunakan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola asuh orang tua pada remaja dengan perilaku berisiko. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh orang tua pada siswa dengan perilaku berisiko di SMK “X” yang berjumlah 213 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 139 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Parenting Style and Dimensions Questionnaire yang telah dilakukan uji validitas dengan hasil (0,423 – 0,748) dan uji reliabilitas (>0,70). Hasil data dinalisis dengan menggunakan uji univariat. Hasil penelitian menunjukkan, hampir setengah dari responden (38.12%) pada remaja yang merokok serta (33.33%) pada remaja yang merokok sekaligus minum alkohol menggunakan pola asuh otoriter. Responden pada remaja yang merokok sekaligus minum alkohol dan menyalahgunakan NAPZA serta responden pada remaja yang melakukan seks pranikah seluruhnya menggunakan pola asuh permisif (100%), serta seluruh dari responden (100%) menggunakan pola asuh otoriter pada remaja yang melakukan perilaku seks pranikah sekaligus merokok dan menyalahgunakan NAPZA. Oleh karena itu, bagi pelayanan pendidikan maupun kesehatan terutama perawat diharapkan untuk dapat melakukan pendidikan kesehatan mengenai gaya pengasuhan yang tepat pada orangtua dengan remaja yang berperilaku risiko.Item Gambaran Psychological Well-Being Orang Tua Yang Memiliki Anak Retardasi Mental Di SLB Negeri II Garut Kota(2020-08-03) YULPIYANA ARUNITA; Fanny Adistie; Indra MaulanaIbu yang memiliki anak dengan retardasi mental dapat mengalami masalah psikologis yang akan berpengaruh terhadap kesejahteraan dan rentan memiliki perasaan negatif. Maka dari itu, ibu perlu memiliki keterampilan menerima keadaan dengan menyeimbangkan perasaan negatif dan positif agar ibu tetap memperoleh kesejahteraan psikologis (Psychological Well-Being) yang baik untuk memberikan pengasuhan yang optimal pada anak retardasi mental. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being Orang Tua yang memiliki anak retardasi mental. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri II Garut Kota, dengan populasi yaitu ibu yang memiliki anak retardasi mental sebanyak 71 orang, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Total Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Psychological Well-Being Scale (PWBS) versi 42 item. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ibu yang memiliki anak retardasi mental ada pada kategori rendah sebanyak 44 responden (62,0%). Pada dimensi psychological well-being tertinggi ada pada dimensi personal growth sebanyak 36 responden (50,7%). Sedangkan, dimensi yang paling rendah adalah dimensi autonomy 43 responden (60,6%), positive relations with others 41 responden (57,7%), environmental mastery 39 responden (54,9%), purpose in life 43 responden (60,6%) dan self-acceptance 43 responden (60,6%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SLB Negeri II Garut kota memiliki psychological well-being rendah, sebagai rekomendasi diharapkan kepada ibu untuk lebih mencari informasi yang berkaitan dengan kebutuhan anak retardasi mental dengan banyak membaca buku, diskusi dengan sesama ibu yang memiliki anak retardasi mental, mengikuti pertemuan-pertemuan atau seminar, yang diharapkan dapat membantu ibu dalam menangani anaknya.Item Gambaran Resiliensi Remaja dengan HIV/AIDS di Poli VCT RSUD Kota Bandung(2019-07-25) NADYA FATMAH; Fanny Adistie; Taty HernawatyEpidemi remaja dengan HIV/AIDS terus-menerus meningkat dan dapat berdampak pada aspek ekonomi, psikososial serta pertumbuhan dan perkembangannya hingga dapat menurunkan kualitas hidup remaja tersebut. Dampak lainnya yaitu masalah kesehatan mental seperti stres, cemas, dan depresi hingga resiko bunuh diri. Dengan resiliensi, remaja dengan HIV/AIDS dapat terus menjalani hidup dengan fungsi yang baik meskipun berada dalam situasi yang sulit. Penelitian ini untuk mengetahui resiliensi remaja dengan HIV/AIDS di Poli VCT Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah seluruh remaja dengan HIV/AIDS usia 10-21 tahun di Poli VCT RSUD Kota Bandung berjumlah 30 orang menggunakan teknik Total Sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen The Resilience Factor Inventory oleh Reivich dan Shatte (2002) yang telah dilakukan back translate dengan nilai uji validitas .448 sampai .803 dan uji reliabilitas .712 sampai .727 dengan menggunakan nilai alpha cronbach. Pengolahan data dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek resiliensi yaitu sebagian besar responden pada kategori rata-rata pada aspek impuls control (66,7%) dan causal analysis (56,7%). Optimism, hampir seluruh responden pada kategori rata-rata (83,3%). Hampir seluruh responden pada kategori di bawah rata-rata pada aspek emotion regulation (80%), emphaty (96,7%), self efficacy (90%), dan reaching out (76,7%). Simpulan pada penelitian yaitu frekuensi nilai di bawah rata-rata paling banyak terdapat pada aspek emphaty, frekuensi nilai rata-rata paling banyak terdapat pada aspek optimism, dan frekuensi nilai di atas rata-rata paling banyak terdapat pada aspek impuls control sehingga perlu dilakukan intervensi yaitu layanan konseling kelompok untuk meningkatkan terutama pada aspek empathy, self efficacy, reaching out dan emotion regulation.Item GAMBARAN RESPON NYERI SAAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG(2019-09-20) YULIANCE KOTOUKI; Fanny Adistie; Wiwi MardiahABSTRAK Pemberian imunisasi melalui suntikan yang berulang merupakan prosedur yang menimbulkan distress pada bayi dan orang tua, dimana anak akan belajar dari pengalaman nyeri imunisasi. Bayi belum dapat menyampaikan rasa nyeri yang dirasakan secara verbal. Sehingga diperlukan metode pengukuran secara khusus, untuk meningkatkan kenyamanan bayi saat diimunisasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengukuran skala nyeri anak menggunakan alat pengkajian nyeri Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) . Populasi penelitian sebanyak 80 anak usia (0-12 bulan) yang diberikan imunisasi dasar dengan penyuntikan yaitu BCG, Hepatitis B, Pentabio dan Campak yang dilakukan di Puskesmas Jatinangor. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan jenis kuota sampling. Analisa menggunakan analisis univariat, sehingga hasil penelitian dapat disajikan dalam distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan jenis imunisasi yang paling banyak merasakan nyeri berat yaitu jenis imunisasi BCG sebesar 10 bayi (50%), nyeri sedang 7 bayi (35%), nyeri ringan 3 bayi (15%) yang tidak merasakan nyeri 0 (0%). Pada jenis imunisasi pentabio yang merasakan nyeri berat sebanyak 9 bayi ( 45%), nyeri sedang 8 bayi (40%), nyeri ringan 3 bayi (15%), dan yang tidak meraskan nyeri 0 (0%). Adapun jenis imunisasi campak yang merasakan nyeri berat sebanyak 8 bayi (40%), nyeri sedang 8 bayi (40%), nyeri ringan 3 bayi (15%), dan yang merasakan tidak nyeri 1 bayi (5%). Dan pada jenis imunisasi Hepatitis B yang mersakan nyeri berat 5 bayi (25%), nyeri sedang 7 bayi (35%), nyeri ringan 7 bayi (35%) dan yang tdak mersakan nyeri pada jenis imunisasi 1 bayi (5%). Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi sebagai dasar dalam pemberian intervensi yang tepat dalam mengurangi nyeri bayi saat imunisasi sehingga meminimalkan trauma pada bayi pada pemberian imunisasi dasar serta menjadi sumber informasi dalam meningkatkan mutu pelayanan pada kesehatan bayi di Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang. Kata Kunci: Bayi, imunisasi, respon nyeri bayi