Browsing by Author "Lulu Eva Rakhmilla"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
Item Association between Comorbidities and COVID-19 in Pregnant Women at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung 2020-2021(2023-02-15) VISCHILA GERAY D'LAMANDA; Lulu Eva Rakhmilla; Amillia SiddiqObjective: The study aimed to determine the association between comorbidities and COVID-19 in pregnant women at Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung, West Java, Indonesia. Methods: We conducted a cross-sectional study between January 2020 and December 2021 involving 278 women aged 16-45 years, at Dr.Hasan Sadikin General Hospital, Bandung, Indonesia, which serves as the main West Java tertiary hospital and COVID-19 referral hospital. We collected information from the medical record on comorbidities such as hypertension, obesity, diabetes mellitus, and others. Logistic regression models were fitted, and odds ratios with 95% confidence intervals (OR, 95%CI) were estimated. Result: Of the 278 data included in this study, 120 cases had comorbidities. Most patients were asymptomatic, 82%. Obesity is the most common comorbid proportion, 71%. Only hypertension comorbid showed a significant association with symptomatic or asymptomatic COVID-19 (p<0.05). Pregnant women with hypertension were six times more likely to show symptoms than those without hypertension. (Odds ratio 6.092; 95% CI, 3.103-11.962). Pregnant women with obesity were 1.8x more likely to show symptoms than those without obesity (Odds ratio 1.856; 95% Confidence Interval, 0.987-3.489). Pregnant women with comorbidities were at higher risk of cesarean section 55% and stillbirth 67%. Conclusion: The domination of asymptomatic COVID-19 in pregnant women was found in this study. Hypertension comorbid has a significant association with COVID-19 symptoms. Maternal and neonatal outcomes appear to be influenced by maternal comorbidities.Item Faktor Risiko Length of Stay Lebih dari 14 Hari pada Neonatal Lahir di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2021(2023-02-18) VANESSA NAJLA TASYIVA; Lulu Eva Rakhmilla; Fiva Aprilia KadiLength of Stay (LOS) atau lama rawat merupakan indikator penting terhadap penggunaan pelayanan medis yang digunakan untuk menilai efisiensi manajemen rumah sakit, kualitas pelayanan pasien, dan evaluasi fungsional. Penentuan faktor-faktor yang dapat memengaruhi LOS bertujuan untuk mempersingkat LOS neonatal dan berperan penting dalam keputusan manajemen rumah sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko terhadap LOS lebih dari 14 hari dan faktor risiko yang paling memengaruhi LOS lebih dari 14 hari pada neonatal lahir di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol dan menggunakan data sekunder berupa rekam medis neonatal yang dilahirkan dengan waktu persalinan pada periode 1 Januari hingga 31 Desember 2021 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data dievaluasi dengan chi-square dan fisher’s exact untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik untuk analisis multivariat serta dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS® 27. Dikatakan berhubungan signifikan apabila p<0.05. Dari 232 neonatal yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan hasil yang berhubungan antara risiko sepsis neonatal (p=0.000), kelainan bawaan (p=0.004), berat lahir (p=0.015), dan distres napas (p=0.004) terhadap LOS lebih dari 14 hari. Faktor risiko yang paling memengaruhi LOS lebih dari 14 hari adalah sepesis neonatal (OR=13.847). Disimpulkan bahwa sepsis neonatal, kelainan bawaan, berat lahir, dan distres napas merupakan faktor risiko dan sepsis neonatal merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap LOS lebih dari 14 hari pada neonatal lahir di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021.Item Hubungan Antara Kekhawatiran, Penghasilan, Akses Layanan Kesehatan dan Kualitas Hidup Caregiver Penyandang Talasemia Bergantung Transfusi Selama Pandemi COVID-19(2023-07-14) HILYATUL AULIA NABILASAFA; Vitriana; Lulu Eva RakhmillaTalasemia merupakan penyakit kronis yang dapat mengganggu kualitas hidup caregiver dengan stres yang dialaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kualitas hidup caregiver pasien talasemia selama pandemi COVID-19. Sebuah studi cross-sectional analitik numerik berpasangan dilakukan melalui wawancara zoom dengan 129 subjek pengasuh talasemia yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, untuk menilai faktor risiko yang berkontribusi terhadap kualitas hidup menggunakan kuesioner TranQoL. Studi menemukan faktor caregiver seperti kekhawatiran terhadap dampak COVID-19 (p = 0,006) dan kemampuan menjangkau fasilitas kesehatan (p = 0,002) merupakan faktor signifikan yang berkontribusi terhadap kualitas hidup caregiver talasemia di masa pandemi. Kualitas hidup caregiver merupakan faktor penentu keberhasilan pengobatan pasien. Intervensi diperlukan untuk promotif, pencegahan, dan deteksi dini masalah psikososial yang mempengaruhi beban pengasuh, sehingga tidak berdampak lebih jauh pada kualitas hidup anak.Item Hubungan Waktu Pemberian Minum Terhadap Lama Rawat dari Neonatal Kurang Bulan 32-36 Minggu(2023-02-17) ATHAYYA NAILA SYIFA; Fiva Aprilia Kadi; Lulu Eva RakhmillaNeonatal kurang bulan (NKB) mengalami imaturasi fisiologis organ dan metabolisme yang dapat menyebabkan morbiditas. Salah satu morbiditas yang terjadi adalah permasalahan minum yang menjadi faktor pertambahan lama rawat NKB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan waktu pemberian minum dengan lama rawat pada NKB 32-36 minggu. Penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medis dari 543 NKB pada periode Januari 2020-Desember 2021 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengolahan data secara univariat dan bivariat serta dilakukan Uji T atau Mann-Whitney untuk mengetahui hubungan sebab-akibat. Penelitian ini dilakukan dengan 26 subjek yang menerima minum kurang dari 7 hari dan 517 subjek yang menerima minum lebih dari 7 hari. Jenis kelamin (p=0,080) dan metode persalinan (p=0,224) tidak berhubungan dengan waktu pemberian minum, sementara berat lahir (p=0,000) dan skor APGAR (p=0,001) menunjukkan adanya hubungan. Uji Mann-Whitney yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara waktu pemberian minum dengan lama rawat NKB 32-36 minggu (p=0,000).Item Knowledge and Attitude of Parents with Children in Response to Atypical Progressive Acute Kidney Injury(2023-07-14) GHINA WAFA; Lulu Eva Rakhmilla; Ahmedz WidiastaThe outbreak of Atypical Progressive Acute Kidney Injury (APAKI) in children due to the contamination of syrup medication in Indonesia poses health risks. Failure to identify the condition can lead to serious health complications, even causing high mortality rate in children. The study aims to learn the knowledge level and attitude responses of parents. A cross-sectional study using questionnaire was conducted in sub-urban and urban regions of West Java. Of 344 participants that were included, 182 (52.9%) were classified as sub-urban and 162 (47.1%) as urban. The level of knowledge was measured using 6 domains, while the attitude response uses 2 domains. The mean of each knowledge domain varies, lowest in complication domain (35.75) and highest in the management domain (64.17) showing moderate to poor level of knowledge in both groups. A positive response towards APAKI was found with a mean of 79.59 and 80.84, respectively, in both domains. In conclusion, knowledge of parents is moderate to poor in the sub-urban and urban group, and a positive attitude is found in the parents’ response. The findings may have significant implications for targeted policy as preventative measures for parents whose children may be particularly at risk of APAKI in the future.Item Knowledge, Attitude, and Practice Toward Thalassemia Carrier Screening in Asia: A Systematic Review and Meta-Analysis(2023-07-13) ANNISYA DIVA SHAFIRA; Lulu Eva Rakhmilla; Lika AprianiIntroduction: We conducted a systematic review and meta-analysis to estimate the proportion of good or positive level of knowledge, attitude, and practice (KAP) for thalassemia carrier screening in Asia population and estimate the proportions of participants whose answered indicated satisfactory level of KAP in selected item questions. Methods: Electronic databases (PubMed, Google Scholar, and Scopus) and relevant journals published up to 31 January 2023 were systematically searched. A cross-sectional survey and observational or interventional studies on KAP were included and critically appraised using the Risk of Bias Tool. A random-effects model was used to estimate the pooled proportion of good or positive level of KAP with 95% confidence interval (CI). Results: Thrity-one studies representing 22.038 participants were included (26 evaluated knowledge, 23 evaluated attitude, and 6 evaluated practice). The pooled estimates of good knowledge and positive attitudes were found to be 37% (95% CI: 18-56%, I2=99.4%, n=6) and 67% (95% CI: 40-94%, I2=99.8%, n=4), respectively. In knowledge item questions, “thalassemia carrier’s partner should undergo blood tests” and “test is available for detecting thalassemia carrier” presented highest (90%) and lowest (64%) proportion of correct answers, respectively. In attitude item questions, “thalassemia screening for both partners is necessary” and “willing to change the decision to marry in case of positive result” presented highest (90%) and lowest (64%) proportion of positive response, respectively. In practice item questions, “planning to get tested” and “had undergone thalassemia screening” presented highest (76%) and lowest (16%) proportion of good practice, respectively. Conclusion: The findings revealed low proportions of good knowledge and positive attitude toward carrier screening in Asia. These findings indicate the need to revise plans and policies to improve KAP level. Using standard definition or cut-off scores for good or positive level of KAP can help better evaluate these components and compare them.Item PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN BERBASIS PANGAN LOKAL PADA INTERVENSI ASUHAN GIZI TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK(2016-10-06) DEDEH; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Lulu Eva RakhmillaAsupan makan yang kurang dapat menimbulkan masalah gizi. Penyediaan makanan yang tidak bervariasi akan menimbulkan kebosanan dan menyebabkan sisa makanan. Makanan selingan merupakan bagian dari pemberian makanan selama dirawat. Penelitian ini bertujuan melakukan uji organoleptik dan melakukan standarisasi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal serta menganalisis pengaruh pemberian makanan selingan tersebut terhadap asupan makan dan status gizi pasien gagal ginjal kronik . Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre eksperimental dengan subjek dipilih sesuai dengan kedatangannya ke rumah sakit sebanyak 32 pasien yaitu 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi yang diperoleh dari 5 ruang rawat pada Februari sampai Mei 2016. Makanan selingan berbasis pangan lokal yang akan diberikan kepada subjek penelitian dinilai terlebih dahulu melalui uji organoleptik oleh panelis ahli gizi dan pasien gagal ginjal. Data berupa hasil uji organoleptik dianalisis dengan rasch model, menghitung standar nilai gizi makanan selingan dengan software nutrisurvey sedangkan pengaruh makanan selingan terhadap status gizi dengan chi square test dan terhadap asupan menggunakan independent t-test. Diperoleh 8 macam makanan selingan berbasis pangan lokal hasil uji organoleptik yang memenuhi aspek penilaian, dapat diterima oleh panelis dan kandungan nilai gizi sesuai dengan standar yang seharusnya. Terdapat pengaruh pemberian makanan selingan berbasis pangan lokal terhadap asupan makan pasien p0,005).Asupan makan pada pasien kelompok intervensi lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, sodium, kalium dan kalsium pada kelompok intervensi mencapai lebih dari 80%. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat dihabiskan dan menyumbangkan jumlah asupan makan pasien. Selain itu komposisi nilai gizi makanan selingan berbasis pangan lokal lebih tinggi dari makanan selingan rumah sakit. Status gizi memiliki kecenderungan lebih baik pada kelompok intervensi walaupun secara statistik tidak bermakna karena penambahan berat badan sebanyak 0.5kg dalam satu minggu membutuhkan penambahan asupan sebanyak 500 kkal per hari dan pada kondisi sakit dibutuhkan waktu lebih lama untuk terjadi peningkatan berat badan. Makanan selingan berbasis pangan lokal dapat menjadi alternatif pilihan dan menambah variasi penyediaan makanan selingan untuk pasien gagal ginjal dalam meningkatkan asupan makan.