Browsing by Author "Miftahul Falah"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Peranan Yayasan Pangeran Sumedang dalam Melestarikan Budaya Sunda di Sumedang (1950-2014)(2015-09-22) EUIS SITI ROHIMAH; Miftahul Falah; Nina Herlina SukmanaABSTRAK Skripsi ini berjudul “Peranan Yayasan Pangeran Sumedang dalam Melestarikan Budaya Sunda di Sumedang (1950-2014)”. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peranan Yayasan Pangeran Sumedang dalam melestarikan budaya Sunda di Sumedang yang meliputi proses berdirinya yayasan dan perkembangannya sampai tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi atau penulisan sejarah. Melalui penggunaan metode ini diharapkan mampu merekonstruksi peristiwa sejarah yang terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Yayasan Pangeran Sumedang merupakan yayasan yang berperan dalam empat bidang penting, yaitu sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam bidang sosial yayasan mengelola beasiswa dan bantuan sosial; dalam bidang politik yayasan bertindak sebagai penasihat untuk bakal calon pemimpin Sumedang yang akan dating; sementara dalam bidang ekonomi yayasan mengelola tanah sawah dan tanah darat bersama para petani dengan sistem bagi hasil. Bidang yang paling penting adalah budaya, dalam hal ini yayasan bertindak sebagai pengelola barang-barang wakaf peninggalan dari bupati-bupati Sumedang yang sebelumnya memerintah, baik berupa barang budaya ataupun aset tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Meskipun yayasan terlibat dalam konflik internal yang harus diselesaikan di pengadilan, konflik tersebut tidak menghalangi yayasan dalam menjalankan fungsinya. Peranannya dalam melestarikan budaya Sunda di Sumedang sangat penting, karena berkat adanya pelestarian yang dilakukan oleh yayasan, maka budaya Sunda yang ada di Sumedang tetap dapat dilestarikan dengan baik dan menjadikan Kabupaten Sumedang sebagai pusat kebudayaan Sunda. ABSTRACT Entitled “The Role of Pangeran Sumedang Foundation in Preserving Sundanese Culture in Sumedang (1950-2014)”, the thesis discusses the process of its establishment and its development until 2014. The research uses a method of historical study that involves four stages, namely the heuristic stage, the critical stage, the interpretive stage, and historiography. The method attempts to reconstruct the events surrounding the history of the foundation. The result show that Pangeran Sumedang Foundation is the foundation which is takes the part in four important fields such as, social, economic, political and cultural. In the social field, the foundation manages the scholarship and the social assistance; moreover, in the politic fields, the foundation acts as the advisor for the forthcoming Sumedang leader. Furthmore, in the economic field, the foundation manages the waqaf of the rice field and the land. The foundation also manages it with the revenue sharing system together with the farmers. The most important field is culture. In this case, Pangeran Sumedang Foundation acts as the manager that manages the waqaf assets from the former Sumedang regents. It also manages the cultural assets or immovable assets such as lands buildings. Although the foundation was involved in an internal conflict that had to be settled in court, the conflict did not prevent the foundation from performing its functions. The foundation played an important role in preserving Sundanese culture in Sumedang. It is because the preservation that conducted by the foundation. Hence, the Sundanese culture in Sumedang can be preserved and make the Sumedang district as the cultural center.Item Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) Sebagai Produsen dan Pengembang Senjata Api 1991 - 2011(2015-04-21) HENDRA ANDIKA P.; Miftahul Falah; Raden Muhammad MulyadiSkripsi ini berjudul “Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) Sebagai Produsen dan Pengembang Senjata Api 1991 – 2011“. Tulisan ini difokuskan pada pembahasan mengenai bagaimana Pindad memproduksi senjata api. Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah. Dalam metode sejarah sendiri ada empat tahapan, yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam penelitian ini menggunakan konsep produksi dan pemasaran. Konsep produksi ini digunakan untuk menerangka bagaimana Pindad menghasilkan produk senjata api serta melihat bagaimana tipe produksi yang dilakukan sebelum tahun 1991. Untuk konsep pemasaran sendiri digunakan untuk melihat bagaimana penyebaran senjata api tersebut karena harus dilihat melalui segi pemasaran. Hasil dari penelitian skripsi ini memperlihatkan bagaimana tipe produksi hingga hasil produk senjata api Pindad dan cara dalam pengembangan senjata api tersebut hingga bagaimana penyebaran dengan cara pemasaran.Item Rekonstruksi Kota Galuh Pakwan (1371 - 1475 M) dan Kota Pakwan Pajajaran (1482 - 1521 M)(2019-03-13) BUDIMANSYAH; Miftahul Falah; Nina Herlina SukmanaSejarah mengenai Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda sampai pada saat ini masih sering terjadi kesalahan interpretasi dalam penulisannya. Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda lahir pada waktu yang bersamaan sebagai penerus dari Kerajaan Tarumanagara. Walaupun memiliki wilayah kekuasaan yang berbeda, adakalanya antara Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Sunda dipersatukan melalui jalan pernikahan, dan kemudian secara kelembagaan selalu Sunda yang dipakai sebagai nama dari kerajaannya. Berdasarkan sumber tradisional, Kerajaan Galuh didirikan oleh Prabu Wretikendayun dengan menamakan ibu kota kerajaannya Galuh Pakwan. Kota Galuh Pakwan mengalami perpindahan tempat sebanyak lima kali, dan Kawali merupakan tempat terakhir sampai eksistensi kerajaan ini berakhir, dengan nama kompleks keratonnya adalah Surawisesa. Pada saat yang bersamaan, Prabu Trarusbawa mendirikan Kerajaan Sunda dengan memilih ibu kota kerajaan di Kota Pakwan Pajajaran. Nama dari kompleks keraton Kerajaan Sunda tersebut adalah Panca Prasadha. Penataan ruang, baik di Kota Galuh Pakwan maupun di Kota Pakwan Pajajaran terungkap sarat dengan makna filosofis sebagaimana tersirat dalam naskah-naskah Sunda Kuna. Walaupun demikian, antara Kota Galuh Pakwan dengan Kota Pakwan Pajajaran terdapat beberapa perbedaan yang sangat kuat, selain banyaknya persamaan pada tata ruang kotanya. Simpulannya, Galuh Pakwan merupakan kota dataran rendah yang menghasilkan pola sirkulasi kota linier. Secara morfologinya, Kota Galuh Pakwan termasuk kedalam kelompok kota organis. Sedangkan Pakwan Pajajaran merupakan kota pegunungan, dengan topografi wilayah yang berbukit sehingga sirkulasi kota yang dihasilkan berpola radial. Kota ini termasuk kedalam kelompok kota kosmis dengan keberadaan Gunung Salak dan Gunung Pangrango sebagai pusat orientasinya.