Browsing by Author "SYA SYA SHANIDA"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Pengetahuan Masyarakat mengenai Jenis, Peran, dan Konservasi Panthera pardus melas (Cuvier, 1809) di Desa Giirimukti, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat(2016-08-03) SYA SYA SHANIDA; Ruhyat Partasasmita; Johan IskandarBerbagai pengetahuan dan pengalaman masyarakat disebarluaskan dari suatu generasi melalui bahasa lokal. Berdasarkan pengetahuan lokal, penduduk tatar Sunda guyub mengenal tiga jenis macan, yaitu maung lodaya/macan loreng, macan tutul, dan macan kumbang. Kini, di Jawa hanya ada macan tutul dan macan kumbang, sehingga perlu dilakukan pendokumentasian yang diharapkan mampu mencegah hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat sehingga dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Tujuan studi ini adalah (1) mengkaji pengetahuan masyarakat mengenai variasi dan karakteristik macan tutul Jawa, (2) mengkaji peran macan tutul Jawa secara ekonomi; ekologi; dan sosial-budaya, (3) mengkaji konservasi macan tutul Jawa berbasis masyarakat lokal, dan (4) mengkaji konflik manusia-macan yang terjadi di Desa Girimukti. Metode kualitatif-kuantitatif diaplikasikan dalam studi ini. Metode kualitatif dilakukan snowball sampling dan observasi lapangan mencari bukti keberadaan macan tutul. Metode kuantitatif dilakukan wawancara terhadap 84 responden Kepala Keluarga yang dipilih secara proporsional random sampling. Hasil studi bahwa macan tutul dikenal dengan sebutan selang, meong totol, macan kumbang, dan sancang manik. Sebagian masyarakat kurang paham akan penting peran ekologi macan tutul. Secara ekonomi, macan tutul dimanfaatkan sebagai obat tradisional, koleksi/dekorasi rumah, kalung, dan jimat. Secara sosial-budaya, macan tutul dianggap mitos sebagai hewan yang berasal dari lutung. Konservasi macan tutul berbasis masyarakat lokal ditunjukkan dengan adanya larangan dalam memburu satwa mangsa dan larangan dalam memasuki hutan sebagai lokasi keberadaan macan tutul. Adapun konflik manusia-macan terjadi tiap tahun dalam rentang waktu 2010-2016.Item Perlindungan Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis Kerr, 1792) di Cisokan, Jawa Barat (Studi Kasus: pada Kawasan Rencana Pembangunan PLTA UCPS)(2023-09-06) SYA SYA SHANIDA; Teguh Husodo; Erri Noviar MegantaraBerbagai kegiatan ekspansi manusia diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Upper Cisokan Pumped Storage (PLTA UCPS) dan pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian. Namun, ekspansi kegiatan manusia ini berdampak pada penyempitan habitat satwa liar, salah satunya kucing hutan. Dampak ini berpotensi terjadinya konflik kucing hutan-manusia dan penurunan populasi kucing hutan. Padahal, kucing hutan berperan sebagai predator satwa mangsa sekaligus pengendali hama pertanian. Oleh karena itu, kucing hutan berperan menjaga kestabilan ekosistem dan perekonomian petani. Untuk mendukung pembangunan dan pertanian bersamaan dengan pelestarian populasi kucing hutan, diperlukan upaya perlindungan untuk mencapai harmonisasi antara manusia dan kucing hutan. Rumusan masalah dari penelitian ini, yakni 1) pengetahuan masyarakat terhadap peran kucing hutan, 2) upaya masyarakat lokal dan PT. PLN UIP JBT dalam perlindungan kucing hutan, serta 3) upaya perlindungan (optimalisasi) yang dapat diimplementasikan untuk melindungi kucing hutan di kawasan pembangunan PLTA UCPS, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan mixed method, dimana metode kualitatif dilakukan melalui sign survey, studi literatur, dan wawancara. Metode kuantitatif dilakukan melalui observasi lapangan dan remote sensing. Hasil menunjukkan bahwa sebagian masyarakat (82%) tidak mengetahui peran kucing hutan di alam. Kucing hutan dianggap tidak diperlukan dan cenderung mengabaikan keberadaannya. Masyarakat lokal melindungi kucing hutan dengan menyediakan habitat kucing hutan dan mangsanya, berupa pertanian huma yang berpindah – pindah, serta pertanian sawah yang dilakukan sepanjang tahun dengan waktu penanaman antarsawah yang berbeda – beda. PT. PLN UIP JBT melakukan perlindungan kucing hutan melalui pengelolaan dampak yang dihasilkan PLTA UCPS dan pengelolaan keanekaragaman hayati. Pengelolaan dilakukan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang berkaitan dengan pembangunan PLTA UCPS. Optimalisasi upaya perlindungan kucing hutan dapat dilakukan dengan implementasi pemulihan struktur vegetasi melalui revegetasi dan mitigasi roadkill incident.