Browsing by Author "Vira Putri Yarlina"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
Item IDENTIFIKASI PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) DAN SISTEM JAMINAN MUTU LAINNYA DI PT BHINEKA RAHSA NUSANTARA(2022-10-13) LIVIA KHALISHTA AFIFAH; Vira Putri Yarlina; Gemilang Lara Utama SaripudinPT Bhineka Rahsa Nusantara merupakan industri minuman botanikal telah menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP), Hazard Analysis Critical Control Point HACCP (HACCP), dan Sistem Jaminan Halal (SJH) sebagai sistem jaminan mutu yang digunakan. GMP, HACCP, dan SJH memiliki kesamaan dalam aspek operasi sanitasi, kondisi karyawan, serta proses dan pengawasan produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian penerapan GMP, HACCP, dan SJH serta mengetahui adanya interelasi antara GMP dengan HACCP dan SJH. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan alat bantu kuesioner yang dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan Penerapan GMP, HACCP, dan SJH di PT Bhineka Rahsa Nusantara telah mencapai kesesuaian dengan nilai persentase kesesuaian Operasi Sanitasi sebesar 55%, Kondisi Karyawan sebesar 31%, Proses dan Pengawasan Produksi sebesar 38%, serta Bukti Kesesuaian GMP, HACCP, dan SJH memiliki persentase 44,6% pada pilihan Sesuai. Hasil analisis menunjukkan adanya interelasi atau hubungan pada aspek operasi sanitasi, kondisi karyawan, serta proses dan pengawasan produksi pada GMP dengan sistem jaminan mutu lainnya yaitu HACCP dan SJH. Interelasi atau hubungan pada ketiga aspek signifikan yang dilihat melalui koefisien determinasi pada ketiga variabel yaitu Operasi Sanitasi sebesar 33,9%, Kondisi Karyawan sebesar 18,2%, serta Proses dan Pengawasan Produksi sebesar 24,9% terhadap Bukti Kesesuaian GMP, HACCP, dan SJH.Item Kajian Proses Penyeduhan Teh Herbal Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Kayu Manis (Cinnamomum cassia) Sebagai Minuman Fungsional(2022-12-08) INTA NUR ILMI; Vira Putri Yarlina; Fitry FiliantyTeh herbal menjadi salah satu minuman fungsional yang dapat meningkatkan kesehatan. Daun kelor (Moringa oleifera) dan kayu manis (Cinnamomum cassia) menjadi kandidat bahan teh herbal yang memiliki senyawa metabolit sekunder. Faktor yang mempengaruhi banyaknya metabolit sekunder yaitu rasio, suhu dan lama penyeduhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kimia dan fisik bahan baku serta mengevaluasi rasio, suhu, dan lama penyeduhan teh herbal daun kelor dan kayu manis terbaik yang menghasilkan kadar fenolik total tertinggi. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada p-value 5% dan uji GLM EM MEANS menggunakan SPSS untuk melihat simple effect dari setiap taraf perlakuan pada interaksi faktor. Variabel yang digunakan yaitu rasio daun kelor dan kayu manis (100:0; 25:75; 50:50; 75:25; dan 0:100), suhu penyeduhan (60°C; 80°C; dan 100°C), dan lama penyeduhan (5 dan 10 menit). Hasil karakteristik bahan baku pada daun kelor dan kayu manis didapatkan rendemen pengeringan (32,67% dan 87,5%), kadar air (5,66±0,14% dan 6,92±0,05%), kadar abu (10,90±0,01% dan 3,17±0,23%), kadar protein (30,46±0,03% dan 2,68±0,12%), kadar lemak (4,14±0,31% dan 1,19±0,00%), dan kadar karbohidrat (48,89±0,14% dan 86,03±0,07%). Hasil skrining fitokimia daun kelor yang diekstrak dengan aquades terdeteksi adanya alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin, sedangkan pada kayu manis tidak terdeteksi alkaloid. Perlakuan seduhan teh herbal daun kelor-kayu manis terbaik diperoleh pada rasio 50:50 yang diseduh dengan suhu 80°C selama 10 menit menghasilkan kadar fenolik total tertinggi sebesar 8,81±0,03 mg GAE/g bahan.Item Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Kandidat Probiotik Hasil Isolasi dari Dadih Susu Kerbau sebagai Biopreservasi pada Daging Sapi(2022-10-10) FARAH NABILLA TYANO; Tri Yuliana; Vira Putri YarlinaDaging sapi merupakan komoditi yang mudah mengalami kerusakan. Biopreservasi adalah teknik pengawetan menggunakan senyawa antimikroba untuk menghambat kerusakan pada bahan pangan. Bakteri asam laktat merupakan bakteri probiotik yang dapat menghasilkan metabolit bersifat antimikroba. Bakteri asam laktat ditemukan di banyak produk fermentasi, seperti dadih susu kerbau asal Sumatera Barat, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri asam laktat yang bersifat probiotik pada dadih dan efektivitas penggunaan metabolit bakteri asam laktat tersebut sebagai biopreservatif daging sapi pada suhu dingin (4oC) selama 9 hari. Antimikroba metabolit dari tiga isolat bakteri asam laktat hasil isolasi dari dadih menunjukkan aktivitas paling tinggi pada isolat DK1 yaitu Escherichia coli sebesar 13 mm dan Salmonella sp. sebesar 11,5 mm. Isolat DK1 dikakterisasi sifat probiotiknya dengan hasil pengujian ketahanan garam empedu 0,3%, pH 2-4 dan suhu 25oC-45oC diatas 106 CFU/ml. Pengujian auto-agregasi isolat DK1 mendapatkan hasil sebesar 89.2%, serta koagregasi dengan bakteri Salmonella sp. sebesar 46,9% dan E. coli sebesar 53,1%. Hasil biopreservasi menunjukkan jumlah total mikroba dan jumlah E. coli pada daging sapi dengan perlakuan metabolit lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi kontrol. Nilai pH dan perubahan warna pada daging sapi dengan perlakuan metabolit juga menunjukkan nilai yang lebih rendah dan stabil dibandingakan daging sapi kontrol.Item Perancangan Tata Letak Fasilitas yang Efisien untuk Mini Factory Biskuit Tinggi Protein Berbasis Konsentrat Kedelai(2023-03-20) SARAH RAHMALIA ACHMAD; Robi Andoyo; Vira Putri YarlinaPerancangan tata letak yang efisien untuk pabrik pangan skala kecil (UMKM) diperlukan agar kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara maksimal dengan pengeluaran yang paling minimum. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan tata letak fasilitas yang efisien untuk mini factory biskuit tinggi protein berbasis konsentrat kedelai yang memiliki kadar protein sekitar 11 – 15%, serta menentukan kelayakan aspek finansial mini factory tersebut apabila dijalankan dengan tata letak yang paling efisien. Metode perancangan tata letak yang digunakan adalah metode Systematic Layout Planning (SLP) dan BLOCPLAN. Efisiensi dari setiap rancangan tata letak ditentukan dari perhitungan jarak rectilinear serta biaya penanganan materialnya, sementara analisis kelayakan aspek finansialnya dilakukan melalui perhitungan NPV, IRR, dan PP. Metode SLP menghasilkan rancangan tata letak terbaik (kode SLP-U) dengan jarak perpindahan material dalam satu hari sebesar 13,78 m dan biaya penanganan material sebesar Rp 79.537 per bulan. Metode BLOCPLAN menghasilkan rancangan tata letak terbaik dengan jarak penanganan material dalam satu hari sebesar 15,56 m dan biaya penanganan material sebesar Rp 89.397 per bulan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tata letak fasilitas yang paling efisien untuk mini factory biskuit tinggi protein berbasis konsentrat kedelai dapat menghasilkan NPV sebesar Rp 14.619.251, IRR sebesar 12,38%, dan PP selama 4,42 tahun.Item Tingkat Keamanan Pangan Kulit Biji Kakao terhadap Kandungan Logam Berat pada Beberapa Industri Kakao di Pulau Jawa(2023-09-13) NUR FADHILA ARINDA; Mohamad Djali; Vira Putri YarlinaProduksi kakao di Indonesia menghasilkan hasil samping kulit biji kakao yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kulit biji kakao memiliki aroma yang mirip dengan bubuk kakao, serta mengandung serat, protein, dan bioaktif yang berperan sebagai antioksidan. Namun, kulit biji kakao menimbulkan masalah keamanan pangan terkait logam berat (Pb, Cd, Cu, Fe, Zn). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat (Pb, Cd, Cu, Fe, Zn) pada kulit biji kakao dengan meninjau proses prapanen hingga pascapanen pada beberapa lokasi industri kakao di Jawa Barat (A), Jawa Timur (B), dan Jawa Tengah (C). Batas cemaran logam berat pada kulit biji kakao mengacu pada SNI 7387:2009, SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89, dan FAO & WHO (2005). Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan wawancara dan metode eksperimental dengan analisis PCA (Principal Component Analysis). Hasil pengujian menunjukan bahwa lokasi B memiliki perlakuan terbaik berdasarkan uji De Garmo. Hasil uji PCA menunjukkan bahwa lokasi B memiliki titik paling dekat dengan lokasi D (PTPN VIII Rajamandala) yang aman dari kontaminasi logam berat. Tingkat keamanan pangan kulit biji kakao terbaik secara berurutan adalah lokasi B, C, dan A.