Browsing by Author "Vita Mulya Passa Novianti"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
Item Gambaran Gangguan Sendi Temporomandibula pada Penderita Maloklusi: Scoping Review(2022-07-12) BAIQ SELMA MAYLINDA SETIADI; Vita Mulya Passa Novianti; Rasmi RikmasariPendahuluan: Maloklusi dianggap menjadi salah satu faktor penyebab gangguan sendi temporomandibula. Namun hingga kini, masih terdapat pro dan kontra peran oklusi sebagai faktor patofisiologi dari gangguan sendi temporomandibula. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji literatur sejauh mana penelitian telah dilakukan berkaitan dengan gangguan sendi temporomandibula pada penderita maloklusi yang dipublikasikan pada 2012 hingga Januari 2022. Metode: Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data berpedoman pada PRISMA-Scr (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis extension for Scoping Review) melalui database Pubmed NCBI dan Sciencedirect dengan kata kunci yang relevan. Literatur yang didapat lalu diseleksi dan dilihat kelayakannya. Detail data diekstraksi dengan software Microsoft Excel. Hasil penelitian: Sebanyak 21 literatur memenuhi kategori inklusi sebagai bahan kajian. Literatur yang diinklusikan terdiri dari jenis studi cross-sectional (n=6), kasus kontrol (n=4), kohort (n=3), studi retrospektif (n=3), tinjauan sistematis (n=2), systematic review dan meta-analysis (n=1), serta studi review (n=2). Simpulan: Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan sebagian besar literatur mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variasi tidak teraturnya oklusi terhadap TMD yang berkaitan dengan ragam tanda dan gejala serta variasi anatomi TMJ. TMD justru lebih dipengaruhi oleh kebiasaan, kepribadian, serta keadaan psikologis. Perawatan yang dilakukan pada penderita TMD, baik berupa bedah maupun perawatan ortodontik memiliki pengaruh yang cukup positif namun tidak signifikan. Oleh karena itu, akan jauh lebih baik jika TMD dirawat dengan terapi dari berbagai bidang ilmu secara berkesinambungan.Item Komplikasi dan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan Panjang Zirkonia : Rapid Review(2021-07-09) JOSEPHINE OLIVIA WIBOWO; Setyawan Bonifacius; Vita Mulya Passa NoviantiPendahuluan: Zirkonia merupakan bahan yang berpotensi untuk dijadikan alternatif dalam pembuatan Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) karena sifat optik, biologi, dan mekanik yang unggul. Akan tetapi pada penggunaannya untuk GTJ panjang (>3 unit) didapati banyak terjadi komplikasi dan kegagalan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis jenis komplikasi dan kegagalan yang dialami oleh GTJ panjang zirkonia serta saran klinis yang bisa diterapkan untuk mencegahnya. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur jenis rapid review. Artikel dianalisis dengan mengacu pada analisis Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA) serta menggunakan database PubMed dan Cochrane. Hasil: Dari 851 artikel, terdapat 11 artikel yang diinklusikan untuk direview. Pada GTJ panjang zirkonia ditemukan komplikasi dan kegagalan berupa chipping pada veneer, pengasaran permukaan, fraktur kerangka, desementasi, debonding, fraktur gigi penyangga, masalah endodonti, dan karies sekunder. Simpulan: Komplikasi dan kegagalan pada GTJ panjang zirkonia yang paling banyak terjadi adalah karena permasalahan mekanik dan dapat dicegah dengan memperhatikan bahan, desain, cara pembuatan, dan kondisi rongga mulut dari pasien.Item Perbedaan Proporsi Wajah antara Pendera Bruxism dengan Non Bruxism(2020-04-17) IGNASIA RENATA MULYA; Vita Mulya Passa Novianti; Rasmi RikmasariPendahuluan: Bruxism adalah aktivitas parafungsional yang sering dikaitkan dengan kebiasaan clenching, gnashing, dan grinding antar gigi dan dilakukan pada saat tersadar ataupun tertidur. Kebiasaan bruxism jika dilakukan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya pemendekan dimensi vertikal dan penambahan lebar bigonial mandibula. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling pada 40 orang yang merupakan pasien RSGM Unpad, terdiri dari 20 orang bruxism dan 20 orang non bruxism. Data diperoleh dengan memotret wajah pasien bruxism dan non bruxism di Instalasi Prostodonsia RSGM Unpad. Hasil foto dianalisis menggunakan aplikasi Photoshop dan dihitung menggunakan metode horizontal thirds dan vertical fifths. Hasil: Hasil analisis foto wajah menunjukkan pada sepertiga wajah bagian bawah penderita bruxism memiliki rata-rata 3,11 cm sedangkan non bruxism memiliki rata-rata 3,52 cm yang signifikan secara statistik pada penderita bruxism dibandingkan dengan non bruxism. Pembahasan: Pemendekan dimensi vertikal terjadi karena bruxism dilakukan terus menerus dan mengakibatkan keausan bagian insisal dan oklusal gigi. Penambahan lebar bigonial mandibula disebabkan karena kontraksi otot maseter terus menerus yang menyebabkan terjadinya remodeling mandibula. Simpulan: Proporsi wajah yang ditinjau dari hasil foto wajah penderita bruxism lebih pendek pada sepertiga wajah bagian bawah dibandingkan dengan non bruxism.Item Perbedaan Tingkat Keawetan Jembatan Kantilever antara Porcelain Fused to Metal dan Zirkonia: Systematic Review(2023-08-04) FATIMATUZZAHRA AZTA; An-Nissa Kusumadewi; Vita Mulya Passa NoviantiPendahuluan: Jembatan kantilever merupakan gigi tiruan yang digunakan untuk mengganti satu atau dua gigi yang hilang. Bahan PFM menjadi gold standard pada penggunaan jembatan kantilever. Kurangnya estetika pada PFM menjadikan zirkonia sebagai bahan alternatif. Artikel ini bertujuan untuk menelaah perbedaan tingkat keawetan jembatan kantilever berbahan PFM dan zirkonia dalam aspek chipping dan fraktur porselen atau zirkonia, fraktur kerangka zirkonia atau logam, fraktur gigi penyangga, dan kehilangan retensi. Metode: Artikel systematic review ini disusun berdasarkan pedoman Preferred Reporting Items for Systematics Review and Meta-Analysis (PRISMA). Artikel didapatkan dari lima database, yaitu PubMed, Scopus, ScienceDirect, EBSCOhost, dan SAGE. The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal Tools digunakan untuk menilai kualitas artikel yang diteliti. Hasil: Hasil pencarian dari lima database didapatkan sebanyak 367 artikel. Hasil akhir didapatkan 7 artikel yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan komplikasi yang paling sering terjadi pada kedua bahan adalah chipping, tidak terdapat fraktur kerangka logam, terdapat fraktur porselen pada GTJ zirkonia, fraktur gigi penyangga pada kedua bahan, serta kehilangan retensi. Tingkat keawetan jembatan kantilever pada kedua bahan adalah 100% dalam periode tiga tahun dan 50-75% dalam 3-10 tahun. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keawetan GTJ kantilever berbahan PFM dan zirkonia dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun. Tingkat keawetan GTJ kantilever PFM lebih baik daripada zirkonia dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun. Tingkat keawetan dipengaruhi oleh faktor biologis dan biomekanis. Pemilihan bahan harus mempertimbangkan kondisi klinis masing-masing pasien dan disesuaikan dengan indikasi dan seleksi kasus yang tepat.Item Perbedaan Tingkat Kemampuan Adaptasi Pasien Pemakai Gigi Tiruan Lengkap dan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik(2023-09-29) FIINA HUKMA; An-Nissa Kusumadewi; Vita Mulya Passa NoviantiPendahuluan: Gigi tiruan lepasan berbahan akrilik terbagi menjadi gigi tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL). Perawatan menggunakan gigi tiruan bertujuan untuk memperbaiki fungsi rongga mulut dan penampilan sehingga kualitas hidup seseorang meningkat. Adaptasi gigi tiruan lepasan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu adaptasi gigi tiruan lepasan terhadap rongga mulut dan adaptasi pasien terhadap gigi tiruan lepasannya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan adaptasi pasien pemakai gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian lepasan berbahan dasar akrilik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 86 pasien yang dirawat di Poliklinik Prostodonsia di RSGM FKG Unpad sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik survei melalui kuesioner digital berupa google form. Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan uji komparatif. Hasil: Tingkat kemampuan adaptasi pasien GTL dan GTSL akrilik berdasarkan data yang telah terkumpul, dianalisis dengan menggunakan uji komparatif t independen dan menunjukkan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan adaptasi pasien GTL dengan GTSL akrilik. Setelah itu dilakukan uji Mann-Whitney terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi dan didapatkan pada faktor retensi dan stabilisasi serta waktu adaptasi gigi tiruan menunjukkan nilai p<0,05. Simpulan: Tingkat kemampuan adaptasi pasien pemakai GTL dan GTSL akrilik memiliki perbedaan yang signifikan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kemampuan adaptasi adalah stabilisasi, retensi serta waktu adaptasi gigi tiruan. Pasien pemakai GTSL akrilik memiliki nilai stabilisasi dan retensi yang lebih baik serta waktu adaptasi yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan pasien GTL akrilikItem Teknik Pencetakan Pertama pada Pasien dengan Pembukaan Mulut Terbatas: Sebuah Rapid Review(2022-07-11) KAMAL ISMAIL RAMADHAN; Vita Mulya Passa Novianti; Taufik SumarsongkoLatar Belakang: Keterbatasan membuka mulut adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat membuka mulut dengan maskimal, kondisi ini dapat disebabkan oleh pascaoperasi kanker, OSMF, trismus, dan mikrostomia. Kondisi ini akan menyulitkan operator untuk melakukan pencetakan karena sendok cetak siap pakai tidak cukup untuk dimasukan kedalam mulut pasien. Berbagai cara alternatif telah diajukan untuk menangani pencetakan pada pasien dengan kondisi ini, seperti sectional impression technique, flexible impression trays, dan cetakan digital. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui teknik apa saja yang dapat digunakan serta melihat kekurangan dan kelebihan teknik yang ada pada pasien dengan pembukaan mulut tidak maksimal. Metode: Tinjauan literatur secara dilakukan dengan metode rapid review yang mengacu pada panduan Preffered Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Pencarian dilakukan pada tiga basis data yaitu Google Scholar, PubMed, dan Research Gate. Hasil: Pencarian data yang sudah dilakukan dengan panduan PRISMA mendapatkan 18 artikel yang akan ditelaah. Jenis studi yang ditemukan berupa enam belas laporan kasus dan dua systematic review. Teknik yang ditemukan adalah empat sendok cetak siap pakai, lima sectional impression technique, lima flexible trays, lima cetakan digital. Kondisi pasien yang ditemukan adalah sebelas mikrostomia, empat keterbatasan membuka mulut, dan satu trismus. Kesimpulan: Berdasarkan Delapan Belas artikel yang ditelaah, semua teknik yang digunakan memiliki kendala tersendiri sehingga cetakan yang didapatkan tidak maksimal, namun hasil cetakan cukup baik untuk dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Pemilihan teknik harus disesuaikan dengan kondisi pasien yang dialami serta mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing teknik.Item Temporomandibular Disorder in Eldery: Scoping Review(2022-07-14) ANNISA CHAIRIAH RAHMAPUTRI; Vita Mulya Passa Novianti; Taufik SumarsongkoABSTRACT Background: Temporomandibular joint disorder (TMD) is a condition in which the function of the temporomandibular joint or the muscles of mastication is abnormal, incomplete, or impaired. TMD can occur in all age groups, including the elderly. TMD in the elderly is still widely studied compared to other age groups and is still in its infancy, and the symptoms and associated factors are still unclear. The purpose of this study was to determine the signs and symptoms that often occur as well as factors related to TMD in the elderly, so that it can help improve the quality of life of the elderly by preventing the occurrence and disorders of the temporomandibular joint in the elderly. Methods: The study used a scoping review method with the PRISMA ScR (Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses-Scoping) protocol. The search for this research article used “Boolean Operators” in the PubMed, EBSCOhost, and Sage Journals databases, with the keywords “(temporomandibular joint disorder) OR (temporomandibular joint) OR (temporomandibular joint dysfunction)) OR (temporomandibular joint disorder) AND (elderly OR old OR older OR older)”. Results: There were 11 research articles using the cross-sectional method. The articles based on the discovery of the most published year are in 2014 as many as 4 articles. The largest sample in the article is 9093 people with the oldest age, which is 85 years and over. The most widely used examination methods are questionnaires and clinical examinations. Conclusion: The most common signs and symptoms found were TMJ sounds, namely crepitation, TMJ pain and difficulty opening the mouth, head with factors related to female sex, otological factors, and changes in craniofacial structures. Keywords: Temporomandibular Joint Disorder, Elderly ABSTRAK Latar Belakang: Gangguan sendi temporomandibula/ Temporomandibular disorder (TMD) merupakan kondisi fungsi sendi temporomandibula atau otot pengunyahan yang abnormal, tidak lengkap, atau terganggu. TMD dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk lansia. TMD pada lansia masih belum banyak dipelajari dibandingkan dengan kelompok usia lain dan masih menjadi perdebatan, serta tanda, gejala dan faktor yang berkaitan masih belum jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanda dan gejala yang sering terjadi serta faktor yang berkaitan dengan TMD pada lansia, sehingga penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia dengan cara mencegah terjadinya serta gangguan sendi temporomandibula pada lansia. Metode: Penelitian menggunakan metode scoping review dengan protokol PRISMA ScR (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses-Scoping Review). Pencarian artikel penelitian ini menggunakan “Boolean Operators” pada database PubMed, EBSCOhost, dan Sage Journals, dengan kata kunci yaitu “(Temporomandibular disorders) OR (temporomandibular joint) OR (temporomandibular joint dysfunction)) OR (temporomandibular joint disorders) AND (elderly OR aged OR older OR elder)”. Hasil: Didapatkan 11 artikel penelitian dengan seluruhnya menggunakan metode cross-sectional. Artikel yang ditemukan berdasarkan tahun publikasi paling banyak yaitu tahun 2014 sebanyak 4 artikel. Sampel terbanyak pada artikel adalah sebanyak 9093 orang dengan usia paling tua, yaitu 85 tahun keatas. Metode pemeriksaan yang digunakan paling banyak adalah kuisioner dan pemeriksaan klinis. Simpulan: Tanda dan gejala yang paling banyak ditemukan adalah suara TMJ yaitu krepitasi, nyeri TMJ dan kesulitan membuka mulut, sakit kepala dengan faktor yang berkaitan adalah jenis kelamin wanita, faktor otologi, dan perubahan struktur kraniofasial. Kata Kunci: Gangguan Sendi Temporomandibula, LansiaItem Tingkat Keawetan (Survival Rate) Semen Resin Self-Adhesive Pada Berbagai Bahan Mahkota: Scoping Review(2023-09-25) ANNISA FILDZAH LARASATI; Vita Mulya Passa Novianti; Veni TakariniPendahuluan: Mahkota tiruan merupakan pilihan perawatan restorasi indirect untuk kasus kehilangan gigi. Mahkota tiruan dapat terbuat dari bahan all ceramic dan/atau metal-ceramic atau porcelain fused to metal (PFM). Semen resin self adhesive merupakan pilihan untuk sementasi. Semen yang penggunaannya praktis ini diharapkan memiliki tingkat keawetan yang tinggi ketika digunakan sebagai bahan sementasi pada mahkota. Tingkat keawetan merupakan persentase keberhasilan penggunaan protesa pada rongga mulut pasien dalam kurun waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat keawetan semen resin self adhesive pada berbagai bahan mahkota. Metode: Desain penelitian ini adalah scoping review dengan berpedoman pada PRISMA- ScR. Pencarian artikel dilakukan dengan kriteria inklusi berupa artikel berbahasa inggris mengenai tingkat keawetan semen resin self adhesive pada berbagai bahan mahkota yang terbit dalam 10 tahun terakhir dengan metode in vivo dan mempunyai parameter penelitian guna mengevaluasi tingkat keawetannya. Artikel yang terpilih selanjutnya dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis tematik. Hasil: Tujuh artikel memenuhi kriteria inklusi. Data kemudian diekstraksi dari setiap artikel. Tingkat keawetan semen resin self adhesive dalam 6 tahun adalah sebesar 99,7% pada mahkota berbahan all ceramic dan 97,7% pada mahkota berbahan metal-ceramic (PFM). Simpulan: Tingkat keawetan semen resin self adhesive pada berbagai bahan mahkota, baik all ceramic maupun metal- ceramic (PFM) sangat baik. Jumlah artikel yang memenuhi kriteria inklusi sangat minim sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.