Ilmu Kedokteran (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kedokteran (S3) by Subject "Akne vulgaris"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item PERAN Cutibacterium acnes DAN Staphylococcus epidermidis PADA PATOGENESIS AKNE VULGARIS: KAJIAN TERHADAP AKTIVITAS LIPASE, KEMAMPUAN MEMBENTUK BIOFILM, DAN KADAR FREE FATTY ACID DALAM KOMEDOGENESIS(2023-08-23) KARTIKA RUCHIATAN; Andri Rezano; Endang SutedjaAkne vulgaris (AV) merupakan penyakit inflamasi kronis unit pilosebasea dengan patogenesis kompleks dan etiologi multifaktorial yang dapat menimbulkan permasalahan psikososial terhadap pasien. Aktivitas bakteri Cutibacterium acnes (C. acnes) telah diketahui perannya pada patogenesis AV, tetapi peran bakteri lain yang sering ditemukan pada lesi AV, yaitu Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) masih menjadi perdebatan, apakah meningkatkan atau mencegah pembentukan komedo. Bakteri menghasilkan lipase yang akan mengubah trigliserida (TG) pada sebum pasien AV menjadi free fatty acid (FFA) yang menginisiasi pembentukan komedo sebagai lesi awal AV. Kemampuan bakteri membentuk biofilm diduga meningkatkan virulensi bakteri yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas lipase. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran C. acnes dan S. epidermidis pada patogenesis AV melalui kajian terhadap aktivitas lipase, kemampuan membentuk biofilm serta kadar FFA dalam komedogenesis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang terhadap isolat C. acnes dan S. epidermidis serta sebum dari 60 pasien AV di Klinik Dermatologi Kosmetik Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dilakukan pengambilan sebum pada dahi pasien menggunakan kertas serap untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar FFA dan TG di Laboratorium Sentral Unpad Jatinangor. Isolat bakteri diperoleh dari komedo pada area yang sama di dahi pasien dengan teknik standardized skin surface biopsy (SSSB), kemudian dilakukan kultur dan identifikasi bakteri di Laboratorium Biofarma Bandung, serta pengukuran aktivitas lipase dan uji kemampuan pembentuk biofilm (PB) di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Hasil penelitian, pada 46 pasien AV didapatkan pertumbuhan C. acnes dan/atau S. epidermidis, dengan rincian C. acnes tunggal pada 15 pasien, S. epidermidis tunggal pada 10 pasien, serta kombinasi C. acnes dan S. epidermidis pada 21 pasien, sehingga didapatkan sebanyak 36 isolat C. acnes dan 31 isolat S. epidermidis. Rerata aktivitas lipase antara S. epidermidis dan C. acnes tidak berbeda secara signifikan (p>0,05). Berdasarkan kemampuan membentuk biofilm, aktivitas lipase baik antara C. acnes PB dan C. acnes nonPB, antara S. epidermidis PB dan non-PB, serta antara S. epidermidis PB dan C. acnes PB tidak berbeda secara signifikan (p>0,05). Kadar FFA tidak berbeda antara C. acnes PB dibandingkan non-PB, maupun S. epidermidis PB dibandingkan non-PB (p>0,05). Berdasarkan path analysis, adanya C. acnes dan S. epidermidis bersama-sama tidak meningkatkan pembentukan komedo (p>0,05). Simpulan penelitian ini, aktivitas lipase antara C. acnes dan S. epidermidis tidak berbeda. Kemampuan membentuk biofilm tidak meningkatkan aktivitas lipase dan kadar FFA baik pada C. acnes maupun S. epidermidis. Keberadaan S. epidermidis bersama C. acnes tidak meningkatkan pembentukan komedo. Peran S. epidermidis dalam interaksi dengan C. acnes diduga bersifat preventif dalam pembentukan komedo dan masih perlu diteliti lebih lanjut.