Ilmu Kedokteran (S3)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 40
  • Item
    EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) TERHADAP EKSPRESI PKC, STAT3, DAN mTOR PADA LINI SEL KANKER PARU A549
    (2023-07-30) RADEN ANITA INDRIYANTI; Eko Fuji Ariyanto; Diah Dhianawaty Djunaedi
    Kanker paru merupakan jenis kanker yang mengakibatkan angka kematian tertinggi di dunia dan 85% tipe terbanyak dari jenis non-small cell lung carcinoma. Biomarker EGFR ditemukan over-ekspresi pada 62% kejadian kanker paru jenis NSCLC dan mengaktivasi berbagai pathway intraseluler, termasuk jalur PI3K/AKT/mTOR, jalur RAS/RAF/ MAPK, jalur JAK-STATs, serta jalur PLCɤ-PKC yang akan menghasilkan proliferasi sel, metastasis, dan mencegah apoptosis. Alang-alang terbukti memiliki efek antikanker pada berbagai lini kultur sel kanker. Senyawa aktif yang terkandung didalamnya memiliki efek sitotoksik dan mengintervensi jalur yang melibatkan ekspresi gen maupun protein PKCα, STAT3, dan mTOR pada lini sel kanker paru A549. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari skrining fitokimia, pengukuran kadar senyawa fenol dan flavonoid, aktivitas antioksidan, identifikasi serta kuantifikasi senyawa sinensetin dan imperatorin, kemudian dilakukan uji sitotoktik pada lini sel kanker paru A549 post treatment 48 jam dengan metoda MTT assay untuk menemukan dosis IC50, yang selanjutnya diuji secara terpisah maupun secara kombinasi dengan erlotinib. Penelitian dilanjutkan uji apotosis pada dosis ekstrak akar alang-alang 150, 300, dan 600 µg/mL menggunakan metode flowsitometri FACS-BD, pengukuran ekspresi mRNA PKCα, STAT3, dan mTOR dengan metode RT-qPCR dan pengukuran ekspresi protein PKCα, STAT3, dan mTOR dengan metode Western Blot. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi UNISBA, laboratorium kultur sel - sitogenetika dan laboratorium genetika molekuler, Eyckman UNPAD, dari bulan Januari 2022 hingga Maret 2023. Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol akar alang-alang secara kualitatif mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, polifenol, flavonoid, antrakuinon, tanin, dan derivat terpena dengan jumlah senyawa fenol 1,109% (GAE), senyawa flavonoid 0,1% (QE), aktivitas antioksidan IC50 824,30 µg/mL, kadar sinensetin 0,0157 dan imperatorin 0,0178 mg/kg ekstrak. Hasil MTT assay menunjukkan ekstrak etanol akar alang-alang memiliki IC50 sebesar 541 µg/mL (sitotoksik lemah) dan IC50 senyawa erlotinib 29 µM (sitotoksik sedang). Hasil normalisasi Isobologram didapatkan 11 kombinasi dosis dalam zona sinergis, 4 dalam zona aditif, dan 1 dalam zona antagonis. Uji apoptosis didapatkan rerata apoptosis tertinggi pada kelompok erlotinib (52,123,40), sedangkan pemberian ekstrak alang-alang dengan dosis 150, 300, dan 600 µg/mL memberikan efek apoptosis sel kanker berkisar 31,917,54 hingga 35,355,78 yang lebih tinggi dibanding kontrol negatif (15,911,45). Perhitungan ekspresi mRNA PKCα, STAT3, dan mTOR dengan metode RT-qPCR menggunakan uji statistik Kruskall-Wallis didapatkan nilai p untuk tiap-tiap gen adalah 0,049; 0,046; dan 0,041 berarti < 0,05 sehingga bermakna signifikan. Hasil scanning Western Blot ekspresi protein PKCα, STAT3, dan mTOR menunjukkan hasil band pemberian ekstrak etanol akar alang-alang secara kualitatif menghasilkan hasil band lebih tipis dibanding dengan kelompok kontrol negatif, berarti terdapat penurunan ekspresi protein pada kelompok perlakuan. Simpulan, ekstrak etanol akar alang-alang mampu menekan ekspresi gen dan protein PKCα, STAT3, dan mTOR pada lini sel kanker paru A549. Meskipun ekstrak etanol akar alang-alang memiliki efek sitotoksik dan kemampuan apoptosis yang lemah, namun apabila diberikan bersamaan dengan erlotinib menghasilkan efek yang sinergis. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan penggunaan ekstrak akar alang-alang sebagai terapi komplementer pada pengobatan kanker paru
  • Item
    KADAR GROWTH DIFFERENTIATION FACTOR-15 SEBAGAI PREDIKTOR MIELOSUPRESI TERAPI LINEZOLID PADA PASIEN MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DAN EXTENSIVELY DRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS
    (2023-06-22) AMAYLIA OEHADIAN; Rovina; Prayudi Santoso
    Linezolid merupakan salah satu obat yang poten (katagori A) untuk terapi MDR-TB dan XDR-TB yang efektif membunuh Mycobacterium tuberculosis (M.tb). Akan tetapi linezolid dapat menyebabkan efek samping yang serius terutama kelainan hematologi. Linezolid bekerja menghambat fungsi ribosom bakteri. Struktur ribosom mitokondria sel tubuh manusia mempunyai kemiripan dengan ribosom bakteri, sehingga linezolid dapat mengganggu fungsi mitokondria sel tubuh manusia. Gangguan mitokondria pada sel induk hematopoietik merupakan salah satu patogenesis terjadinya efek samping kelainan hematologi. Sitokin Growth differentiation factor-15 (GDF-15) diidentifikasi sebagai biomarker potensial untuk kelainan mitokondria. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi potensi kadar GDF-15 sebagai prediktor terjadinya mielosupresi pada pasien MDR-TB dan XDR-TB yang mendapatkan terapi linezolid jangka panjang. Penelitian analitik dengan desain kohort prospektif dilakukan pada pasien MDR-TB dan XDR-TB di Poli Tuberkulosis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr Kariadi Semarang dan RSUP Persahabatan Jakarta. Pemeriksaan parameter hematologi dilakukan saat baseline, minggu ke-2 dan minggu ke-4-8 setelah terapi linezolid. Pemeriksaan kadar GDF-15 dilakukan pada saat baseline dan minggu ke-2 setelah terapi linezolid dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik menggunakan Chi square, Fisher exact, paired t-test, Wilcoxon, Rank-Spearman correlation test dan multiple linear regression untuk menentukan peranan GDF-15 dalam memprediksi mielosupresi. Sejumlah 97 subjek MDR-TB dan XDR-TB ikut penelitian; sebagian besar laki-laki (61,9%). Mielosupresi didapatkan pada 64,9% subjek. Terdapat korelasi antara kadar GDF-15 baseline dengan perubahan kadar hemoglobin pada minggu ke-4-8 terapi linezolid (r= 0,4, p<0,001). Tidak terdapat korelasi antara kadar GDF-15 dengan penurunan jumlah neutrofil dan trombosit. Kadar GDF-15 dan indeks massa tubuh (IMT) dapat memprediksi penurunan kadar hemoglobin (Delta Hemoglobin = -2,310 + 0,00013*GDF-15 + 0,152*IMT, p=0,026). Pada minggu ke-2 terapi linezolid, kadar GDF-15 meningkat secara bermakna [708,96 (378,09 – 2.408,89) vs 635,58 (407,31 – 1.583,65) pg/ml, p=0,003]. Terdapat korelasi antara kadar GDF-15 baseline dengan penurunan kadar hemoglobin sebagai efek mielosupresi pada minggu ke-4-8 terapi linezolid. Kadar GDF-15 baseline dapat digunakan sebagai prediktor mielosupresi berupa penurunan kadar hemoglobin pada subjek MDR-TB dan XDR-TB yang mendapatkan terapi linezolid jangka panjang, tetapi tidak terhadap penurunan neutrofil dan trombosit.
  • Item
    ANALISIS HUBUNGAN IMUNOEKSPRESI p53 DAN RASIO CD8+/FOXP3+ TERHADAP KEJADIAN RESISTENSI TERAPI ENDOKRIN PRIMER PADA KANKER PAYUDARA LUMINAL B HER-2 NEGATIF STADIUM LANJUT LOKAL
    (2023-08-02) FREDA SUSANA HALIM; Bethy Suryawathy Hernowo; Raden Yohana
    Pendahuluan: Kanker Payudara Luminal B Her-2 negatif stadium lanjut lokal sering ditemukan di Indonesia dengan kejadian resistensi terapi endokrin primer tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan imunoekspresi p53 dan rasio CD8+/FOXP3+ dengan kejadian resistensi terapi endokrin primer. Metode: Studi analitik retrospektif dengan desain potong lintang ini melibatkan 66 pasien KP Luminal B Her-2 negatif stadium lanjut di empat rumah sakit. Blok parafin pada biopsi awal dikumpulkan dan dilakukan pulasan Immunohistokimia untuk ekspresi p53, CD8+ dan FOXP3+; rekam medik dari awal pengobatan sampai dua tahun terapi endokrin dikumpulkan. Hasil: Didapatkan 66 kasus: 29 kasus dengan dan 37 kasus tanpa resistensi terapi endokrin primer. Terdapat hubungan antara kejadian resistensi terapi endokrin primer pada pasien KP Luminal B Her-2 negatif dengan imunoekspresi p53 yang tinggi (rasio odds 15,21; IK 95% 3,86 – 59,89; nilai p < 0,0001). Terdapat hubungan kejadian resistensi terapi endokrin primer pada pasien KP Luminal B Her-2 negatif dengan rasio CD8/FOXP3+ tinggi (rasio odds 4.69; IK 95% 1,19 – 18,44; nilai p 0,027). Tidak terdapat hubungan antara imunoekspresi p53 dengan tingkat rasio CD8+/FOXP3+ dalam studi ini (rasio odds 1,5; IK 95% sebesar 0,569 – -3,94; nilai p 0,411). Simpulan: Imunoekspresi p53 dan rasio CD8+/FOX3+ berhubungan signifikan dengan kejadian resistensi terapi endokrin primer pada kanker payudara luminal B Her-2 negatif stadium lanjut lokal. Namun tidak ada hubungan signifikan antara p53 dan rasio CD8+ dan FOXP3+.
  • Item
    PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KOMBINASI ROTATOR CUFF REPAIR DAN PEMBERIAN SECRETOME HIPOKSIK SEL PUNCA MESENKIMAL DENGAN ROTATOR CUFF REPAIR TERHADAP EKSPRESI HIF-1α, bFGF, TNMD, RUNX2, DAN HISTOMORPHOME
    (2024-01-20) MEIKY FREDIANTO; Herry Herman; Ambrosius Purba
    Aktivitas fisik yang tidak terukur dapat mengakibatkan cedera antara lain pada otot dan tendon bahu yang disebut Rotator Cuff Tear (RCT). RCT dapat menyebabkan nyeri dan menurunkan fungsi dari sendi bahu. Menurut WHO insidensi RCT sekitar 16-34%. Penatalaksanaan RCT dapat dilakukan dengan pembedahan, akan tetapi belum memuaskan karena mengalami robekan kembali (retear). Tingkat kegagalan pembedahan pada RCT masih sangat tinggi. Untuk meningkatkan kualitas penyembuhan RCT akut dapat diberikan terapi kombinasi Rotator Cuff Repair (RCR) dengan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal. Pemberian kombinasi tersebut kemungkinan dapat meningkatkan kualitas penyembuhan antarmuka tendon ke tulang yang lebih baik. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi RCT dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal yang dibandingkan dengan RCR terhadap ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, dan protein RUNX2 untuk perbaikan Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Selain itu belum diketahui perbedaan pengaruh antara kombinasi RCT dan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal dengan RCR terhadap gambaran Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Demikian pula halnya belum diketahui hubungan fungsional antara ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, protein RUNX2 dengan Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut setelah dilakukan kombinasi RCR dan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal. Penelitian menggunakan metode interventional dengan studi eksperimental in vivo pada hewan coba dengan rancangan “Double Blind Randomized Controlled Trial with Animal Study” di Laboratorium Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia. 20 Tikus jantan Galur Sprague-Dawley, berusia 12-16 minggu dengan berat badan rata-rata 250-300g digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik Sel Punca Mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR untuk meningkatkan ekspresi gen HIF-1α pada minggu ke-2 (4,23 vs 1,0 ; p<0,01) dan pada minggu ke-8 (16,45 vs 1,0 ; p<0,01), gen bFGF pada minggu ke-2 (5,77 vs 1,0 ; p<0,01) dan pada minggu ke-8 (9,86 vs 1,0 ; p<0,01), protein TNMD pada minggu ke-2 (28,66 vs 25,02; p<0,01), dan protein RUNX2 pada minggu ke-8 (38, vs 33,25; p<0,01), Kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR gambaran Histomorphometric pada minggu ke-2 (20,4 vs 14,2; p<0,01) dan pada minggu ke-8 (28,4 vs 23,3 p<0,01). Didapatkan pula adanya urutan hubungan fungsional yang terbaik antara gambaran Histomorphometric dengan protein RUNX2 (0,732), gen HIF-1α (0,608), protein TNMD (0,596), dan gen bFGF (0,504). Simpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR untuk meningkatkan ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, dan protein RUNX2 untuk perbaikan gambaran Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR untuk meningkatkan gambaran Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Terdapat hubungan fungsional antara perbaikan gambaran Histomorphometric dengan ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, dan protein RUNX2 pd penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut setelah dilakukan kombinasi RCR dan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal.
  • Item
    POTENSI KOMBINASI EKSTRAK BIJI KAPULAGA JAWA DAN RIMPANG KUNYIT SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli PATOGEN PADA AYAM PEDAGING
    (2022-08-18) TYAGITA; Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno; Roostita L Balia
    Industri perunggasan adalah penyedia protein hewani terbesar di Indonesia, sehingga diperlukan upaya peningkatan kesehatan unggas yang aman dan mudah didapat. Kapulaga dan kunyit merupakan herbal yang kaya manfaat, efek samping minimal dan tersedia di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kombinasi minyak atsiri kapulaga (MAK) dan ekstrak ethanol kunyit (EEK) sebagai antibakteri dan antiinflamasi alami dalam saluran pencernaan ayam pedaging. Kapulaga dan kunyit diekstraksi dan diuji fitokimia serta dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan HPLC dan GC-MS. Aktivitas antibakteri dari kedua ekstrak kemudian diuji terhadap E. coli O78 dan E. coli dari kasus kolibasilosis di lapangan secara in vitro dengan menentukan zona hambat minimum, konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimumnya. Pada uji in vivo, diamati gejala klinis, profil diferensial leukosit dan perubahan patologis ayam pada 8 kelompok perlakuan:1. Kontrol negatif; 2. Kontrol positif; 3. MAK 0,06 ml/kgbb + EEK 400 mg/kgbb + E. coli 10-4 CFU/ml; 4. MAK 1,0 ml + EEK 400 gr/ekor/hari + E. coli 10-4 CFU/ml; 5. MAK 0,06 ml/kgbb + E. coli 10-4 CFU/ml; 6. Diberikan MAK 1,0 ml/kgbb + E. coli 10-4 CFU/ml; 7. EEK 400 mg/kgbb + E. coli 10-4 CFU/ml; 8. Ciprofloxacin + E. coli 10-4 CFU/ml. Isolat dari usus dikonfirmasi dengan uji biokimia dan morfologi koloni pada media MacConkey, sedangkan uji patogenitas dengan media Congo Merah. Hasil analisis fitokimia EEK diketahui kandungan fenolik, flavonoid, alkaloid, tannin dan triterpenoid. Uji GC-MS MAK menunjukkan eukaliptol (39,05 %), sedangkan EEK didominasi aR-turmerone (46,6%). Kromatogram HPLC menunjukkan kandungan kurkumin pada EEK. Pada uji in vitro, MAK menunjukkan aktivitas antibakteri lebih kuat terhadap E. coli O78 dan isolat E. coli kasus lapang dibanding EEK. Uji in vivo 8 kelompok perlakuan, menunjukkan rerata limfosit tertinggi pada kelompok 3 (39,83 + 3,02). Rasio heterofil/limfosit tertinggi (0,96 + 0,05) pada kelompok sampling hari ke-7. Rerata TPC tertinggi (695 CFU/ml) ditunjukkan oleh Kelompok 7, mengindikasikan kurkumin gagal membunuh E. coli. Aktivitas bakteriostatik dan bakterisidal kombinasi kedua ekstrak menurun seiring berkurangnya dosis MAK dalam formula. Perubahan patologis kolibasilosis ditunjukkan kelompok perlakuan 2 dan 6 berupa airsakulitis, peritonitis, perikarditis, perihepatitis, dan enteritis. Pada kelompok 6, kolibasilosis diakibatkan pemberian dosis tunggal MAK yang tinggi dan mengiritasi usus sehingga tidak melindungi ayam dari infeksi. Hal ini didukung rendahnya bobot badan rata-rata ayam kelompok 6. Pada kelompok 7, pertumbuhan E. coli gagal dihambat namun tidak ditemukan gejala kolibasilosis. Kesimpulannya, kedua ekstrak efektif sebagai antikolibasilosis dan antiinflamasi sehingga berpotensi menurunkan kasus AMR dalam industri perunggasan.
  • Item
    EFEK SENYAWA NOVEL DENGAN KODE ZINC000022339916 TERHADAP VIABILITAS SEL, KADAR INTERLEUKIN-8, DAN KADAR KALLIKREIN-5 PADA MODEL KULTUR KERATINOSIT ROSASEA
    (2023-12-04) DEIS HIKMAWATI; Endang Sutedja; Reiva Farah Dwiyana
    Rosasea merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan terapi yang belum memuaskan karena patogenesis yang sangat kompleks. Toll-like receptor (TLR-2) memegang peranan penting dalam terjadinya inflamasi yang merupakan dasar patogenesis rosasea. Toll-like receptor-2 akan menginisiasi produksi sitokin proinflamasi, yaitu interleukin-8 (IL-8) sebagai neutrophil chemotacting factor dan pemrosesan salah satu peptida anti mikrobial yaitu Cathelicidin, dari bentuk inaktif human cathelicidin antimicrobial protein (hCAP18) menjadi bentuk aktif LL-37 dengan bantuan kalikrein-5 (KLK-5). Berdasarkan hal tersebut, penghambatan aktivitas LL-37 dan KLK-5 menjadi tujuan utama dari tatalaksana rosasea. Asam azaleat (AzA) merupakan obat baku emas rosasea yang bekerja pada jalur tersebut, tetapi tidak menghambat pada jalur chemotacting neutrophil IL-8, sehingga perlu dicari senyawa baru yang dapat bekerja pada KLK-5 dan IL-8. Pada penelitian pendahuluan in silico, didapatkan senyawa novel yang memiliki efek inhibitor paling stabil pada KLK-5, yaitu senyawa dengan kode ZINC000022339916. Tujuan dari penelitian ini menganalisis efek senyawa novel dengan kode ZINC000022339916 terhadap viabilitas sel, kadar IL-8 dan kadar KLK-5 pada model kultur keratinosit rosasea. Penelitian ini, merupakan penelitian eksperimental in vitro menggunakan sel lini keratinosit HaCaT (ATCCÒ, kode PCS-200-011Ô). Selanjutnya, dibuat sel model kultur keratinosit rosasea yang berasal dari kultur keratinosit sel lini HaCaT yang diberi paparan LL-37. Terhadap sel tersebut diberi perlakuan senyawa ZINC000022339916 sebagai senyawa uji dan AzA sebagai pembanding. Parameter penelitian adalah viabilitas sel, kadar IL-8 dan kadar KLK-5. Viabilitas disini berdasarkan sel hidup pada cawan kultur yang dihitung secara semikuantitatif dan kadar IL-8 dan kadar KLK-5 menggunakan ELISA. Penelitian dilakukan Laboratorium Biomedik Divisi Kultur Sel dan Divisi Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Hasil penelitian didapatkan hasil optimasi konsentrasi LL37 ialah 60 μg/mL, ZINC000022339916 0.5 μM, dan AzA 500 μM. Berdasarkan gambaran morfologi, pada kelompok model kultur keratinosit rosasea yang diberikan perlakuan ZINC000022339916 0,5 μM tampak jumlah sel normal lebih banyak dibandingkan tanpa perlakuan, yang menunjukkan viabiltas sel meningkat. Namun, berdasarkan perhitungan statistik perbandingan kedua jenis perlakukan ini tidak bermakna (p>0,05). Hasil analisis ELISA pada IL-8 terdapat penurunan pada durasi 24 dan 48 jam sedangkan pada KLK-5 terdapat menurunan pada durasi 24 jam, antara sebelum dan setelah diberikan ZINC000022339916, meskipun secara statistik tidak bermakna yang kemudian dibandingkan dengan AzA. Simpulan senyawa ZINC000022339916 mempunyai potensi memperbaiki viabilitas sel, menurunkan IL-8 dan KLK-5 meskipun secara statistik tidak bermakna, sehingga ZINC000022339916 masih memiliki potensi sebagai terapi rosasea namun perlu diteliti lebih lanjut.
  • Item
    MODEL PENDEKATAN INTERVENSI ANEMIA DEFISIENSI BESI (ADB) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP REMAJA PUTRI DI KECAMATAN SOREANG TAHUN 2020-2022
    (2023-01-26) PUSPA SARI; Dany Hilmanto; Meita Dhamayanti
    Latar belakang: Anemia defisiensi besi (ADB) pada remaja putri merupakan masalah kesehatan global di negara maju dan berkembang. Pemerintah telah mengupayakan berbagai program untuk mencegah ADB. Namun prevalensi ADB masih cukup tinggi. Riset ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi aspek-aspek yang diperlukan dalam membuat sebuah model pendekatan intervensi anemia defisiensi besi, menguji kesesuaian model, melakukan intervensi, dan menganalisis pengaruh intervensi terhadap kualitas hidup, asupan makan, pengetahuan, sikap dan praktik remaja putri dalam pencegahan dan penanganan anemia defisiensi besi. Metode: Desain riset adalah mixed method, dengan pendekatan sequensial exploratory. Riset diawali dengan metode kualitatif dengan melakukan wawancara. Jumlah sampel ditentukan dengan prinsip theoretical sampling. Proses analisis data melalui transkripsi, reduksi, koding, kategori, tema dan membuat model konseptual. Riset dilanjutkan dengan riset kuantitatif untuk menilai kesesuaian model menggunakan metode Delphi. Selanjutnya, menentukan intervensi untuk ADB, dan menilai pengaruh intervensi terhadap kualitas hidup, asupan makan, pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan dan penanganan ADB oleh remaja putri. Hasil: Riset kualitatif yang dilakukan pada 41 informan, memperoleh model konseptual dengan 41 transkripsi, 52 koding, 20 kategori, dan 7 tema. Tema yang dihasilkan adalah: komitmen, tata kelola, kualitas, faktor diri, gaya hidup, akses pelayanan kesehatan dan dukungan sosial. Berdasarkan metode Delphi, model konseptual yang dibangun sesuai dan dapat diterima. Intervensi yang dikembangkan adalah pendidikan kesehatan pada remaja putri menggunakan aplikasi Wanoja Anti Anemia Pinter tur Cageur (WANTER), pelatihan guru, penyuluhan orangtua, serta sarasehan untuk pemangku kebijakan. Intervensi yang dilakukan pada 286 remaja putri, tidak menunjukkan peningkatan kualitas hidup dan praktik, namun menghasilkan peningkatan asupan makan, pengetahuan dan sikap remaja putri (p<0,05). Simpulan: Riset ini memperoleh model pendekatan intervensi berdasarkan hasil penelitian kualitatif. Riset dilanjutkan dengan melakukan intervensi pada pemangku kebijakan, penerima pelayanan kesehatan serta pemberi pelayanan kesehatan. Intervensi yang dilakukan dapat meningkatkan asupan makan, pengetahuan dan sikap remaja putri, namun tidak meningkatkan kualitas hidup serta praktik pencegahan ADB oleh remaja putri, dikarenakan keterbatasan waktu intervensi.
  • Item
    HUBUNGAN KADAR VITAMIN D, INTERLEUKIN-4, INTERLEUKIN-10, DAN EKSPRESI CD23+ DENGAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK STUNTED-UNDERWEIGHT
    (2023-09-15) GARTIKA SAPARTINI; Cissy Rachiana Sudjana Prawira; Budi Setiabudiawan
    Stunted merupakan faktor risiko terjadi wheezing. Vitamin D menekan respons Th2 (IL-4) dan meningkatkan aktivitas sel Treg (IL-10). CD23+ (low-affinity receptor IgE) berperan penting dalam proses inflamasi alergi. Kadar vitamin D rendah serta peningkatan IL-4 dan CD23+ ditemukan pada anak stunted dan asma. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar vitamin D, IL-4, IL-10, dan ekspresi CD23+ dengan asma bronkial pada anak stunted-underweight. Penelitian kasus-kontrol dilakukan terhadap anak stunted berusia 24–59 bulan di seluruh puskesmas Kabupaten Bandung selama periode Oktober 2021– Oktober 2022 secara consecutive sampling, diperlukan minimal 85 subjek yang terbagi menjadi beberapa kelompok. Pemeriksaan kadar 25(OH)D, IL-4, dan IL-10 dilakukan dengan metode ELISA, CD23+ (persentase, mean fluorescence intensity/MFI dan absolute cell count) dengan flow cytometry beads, serta dilakukan analisis bivariabel dan multivariabel. Pada penelitian ini didapatkan 99 anak stunted terdiri dari 17 stunted- underweight-asma (kasus), 20 stunted-gizi baik-asma,19 stunted-underweight-tanpa asma, 19 stunted-gizi baik-tanpa asma, dan 24 normal-asma (kontrol). Proporsi ayah, ibu, dan saudara kandung dengan atopi pada anak stunted-asma lebih besar (p=0,038; p=0,001; p=0,025). Defisiensi vitamin D terjadi pada 52,9% anak stunted- underweight-asma dengan median kadar 25(OH)D ≤19,3 (15,3–24,59) ng/mL. Pada kelompok stunted-underweight-asma, kadar 25(OH)D lebih rendah (p=0,046), sedangkan IL-4 lebih tinggi (p=0,004). Tidak ada perbedaan bermakna kadar IL-10 dan CD23+ pada berbagai kelompok. Rasio kadar IL-4/IL-10 pada anak stunted- asma dan stunted-underweight-asma secara bermakna lebih tinggi dibanding dengan normal-asma. Pada uji regresi logistik ganda, kadar 25(OH)D ≤19,3 ng/mL, kadar IL-4 >1,607 pg/mL, dan CD23+ (MFI) >764 berhubungan dengan timbulnya asma bronkial pada stunted-underweight (p=0,008; p=0,008; dan p=0,015). Disimpulkan bahwa kadar vitamin D rendah, IL-4 tinggi, dan ekspresi CD23+/MFI tinggi, dengan pengecualian kadar IL-10 berhubungan dengan kejadian asma bronkial pada anak stunted-underweight.
  • Item
    PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI TUBERCULIN PROTEIN PURIFIED DERIVATIVE INTRALESI SEBAGAI IMUNOTERAPI PADA KUTIL ANOGENITAL: Analisis Interferon-α dan Interleukin-2 di Jaringan dan Darah, Serta Kaitannya de
    (2023-07-28) PATI AJI ACHDIAT; Reiva Farah Dwiyana; Yudi Mulyana Hidayat
    Perjalanan klinis kutil anogenital (KAG), suatu penyakit yang terjadi akibat oleh infeksi Human papillomavirus, ditentukan oleh respons imun terhadap virus tersebut. Interferon (IFN)-α merupakan sitokin yang bekerja pada suatu infeksi melalui ekspresi gen yang bersifat antivirus. Interleukin (IL)-2 merupakan sitokin yang berperan pada imunitas seluler yang meningkat pada KAG regresi. Tuberculin purified protein derivative (TPPD), merupakan pilihan imunoterapi yang menjanjikan. Tujuan penelitian untuk lebih mengetahui efektivitas dan mekanisme kerja terapi TPPD sebagai terapi KAG melalui analisis pengaruh terapi TPPD dalam hal ini ekspresi IFN-α dan IL-2 pada jaringan menggunakan imunohistokimia (IHK) dan dalam darah, juga mengetahui apakah hasil pemeriksaan kadar sitokin darah dapat merepresentasikan kondisi sitokin pada lesi KAG. Penelitian dilaksanakan selama bulan April 2022-Maret 2023 di Laboratorium Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD)/ Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dan Laboratorium Departemen Patologi Klinik FK UNPAD/ RSHS Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian klinis kuasi eksperimental. Objek penelitian adalah data rekam medis dan bahan biologik tersimpan (BBT) yang bersumber dari dua belas pasien KAG yang sebelumnya mendapatkan terapi.TPPD sebanyak lima tuberkulin unit pada salah satu lesi, satu kali perminggu, enam kali penyuntikan, dan dua belas kontrol pasien KAG. Pada pasien telah dilakukan pengambilan jaringan dan darah pada awal pengamatan, setelah dua kali penyuntikan untuk jaringan, dan enam kali penyuntikan untuk darah. Pengukuran ekspresi IFN-α dan IL-2 dinilai dengan IHK, sedangkan kadar di darah diukur dengan pemeriksaan enzyme linked immunosorbent assay. Pada hasil penelitian didapatkan yaitu: kelompok TPPD mengalami peningkatan ekspresi IFN-α dan IL-2 di jaringan yang signifikan (p=0,047; 0,019), dan peningkatan tersebut secara signifikan berbeda dengan kontrol (p=0,028; 0,017); kelompok TPPD mengalami peningkatan kadar IL-2 di darah (p=0,030) dan signifikan berbeda dengan kontrol (p=0,025); tidak terdapat peningkatan kadar IFN-α di darah; perubahan ekspresi IFN-α dan IL-2 di jaringan lesi KAG tidak berkorelasi dengan perubahan kadarnya di darah; terdapat perbedaan respons terapi yang signifikan antara kelompok TPPD, pada lesi yang dilakukan penyuntikan, tidak dilakukan penyuntikan, dan seluruh lesi, dengan kontrol (p=0,0001 untuk ketiganya). Tidak terdapat korelasi antara perubahan IFN-α dan IL-2 di jaringan maupun di darah dengan respons terapi TPPD. Simpulan penelitian adalah pemberian terapi TPPD intralesi efektif sebagai pengobatan KAG antara lain melalui peningkatan peran IFN-α dan IL-2 yang dapati terlihat pada jaringan, dan untuk IL-2 juga terlihat pada darah. Pada KAG, kadar sitokin antara lain IFN-α dan IL-2 dalam darah, tidak mencerminkan ekspresi kedua sitokin tersebut di jaringan.
  • Item
    ASOSIASI KADAR IGF-1, TSH, T4 BEBAS, VITAMIN 25(OH)D, KALSIUM, FOSFOR, DAN MAGNESIUM DENGAN KEJADIAN PERAWAKAN PENDEK PADA ANAK USIA 24−59 BULAN
    (2023-08-29) NOVINA; Yoyos Dias Ismiarto; Budi Setiabudiawan
    Pertumbuhan seorang anak merupakan proses interaksi faktor genetik, endokrin, nutrisi, dan lingkungan. Seorang anak dikatakan memiliki perawakan pendek bila panjang/tinggi badan menurut usia dibawah -2 SD kurva WHO Child Growth Standards 2006 (WHOCGS 2006). Seorang anak bertambah tinggi badannya melalui proses osifikasi endokondral jaringan kartilago di ujung lempeng pertumbuhan yang dipengaruhi oleh kadar IGF-1, TSH, FT4, vitamin 25(OH)D, kalsium, fosfor, dan magnesium. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar IGF-1, TSH, FT4, Vitamin 25(OH)D, kalsium (Ca), fosfor (Ph), dan magnesium (Mg) antara perawakan pendek underweight, perawakan pendek berat badan (BB) normal dan perawakan normal BB normal serta mengetahui asosiasi kadar IGF-1, TSH, FT4, vitamin 25(OH)D, Ca, Ph, dan Mg dengan kejadian perawakan pendek anak usia 24−59 bulan. Penelitian analitik potong lintang menggunakan data registri dan BBT 225 anak (84 perawakan pendek underweight, 70 perawakan pendek BB normal, 71 perawakan normal BB normal berdasarkan kurva WHOCGS 2006) berusia 24−59 bulan bertempat tinggal di Kabupaten Bandung selama periode Mei−Agustus 2021. BBT disimpan pada suhu -80 oC. Uji statistik t-student, chi-kuadrat, Mann Whitney, Kruskal Walis, ANOVA, analisis regresi linier berganda, dan analisis regresi logistik dipakai untuk melihat perbandingan karakteristik dasar, perbedaan kadar IGF-1, TSH, FT4, vitamin 25(OH)D, Ca, Ph, dan Mg antar kelompok serta asosiasinya dengan kejadian perawakan pendek pada anak usia 24−59 bulan. Pada penelitian ini, didapatkan kadar IGF-1, TSH, FT4, Ca, Ph, dan Mg bermakna lebih rendah pada anak perawakan pendek underweight dibanding dengan perawakan pendek BB normal dan perawakan normal BB normal (semua nilai P<0,05). Uji regresi linier berganda dengan mengendalikan variabel perancu menunjukkan selisih bermakna rerata kadar IGF-1, TSH, FT4, vitamin 25(OH)D, Ca, Ph, dan Mg perawakan pendek underweight lebih rendah dibanding dengan perawakan normal BB normal secara berturut-turut 40,406 ng/mL; 0,329 μIU/mL, 0,175 ng/dL; 2,131 ng/mL; 0,320 mg/dL; 0,794 mg/dL; dan 0,086 mg/dL (semua nilai P<0,05). Kadarnya tidak berbeda bermakna antara perawakan pendek BB normal dan perawakan normal BB normal (semua nilai P≥0,05). Terdapat asosiasi kadar IGF-1, FT4, Ca, Ph, dan Mg dengan kejadian perawakan pendek anak usia 24−59 bulan dengan uji regresi logistik (semua nilai P<0,05). Disimpulkan bahwa kadar IGF-1, TSH, FT4, Vitamin 25(OH)D, Ca, Ph, dan Mg lebih rendah pada perawakan pendek underweight dibanding dengan perawakan pendek BB normal dan perawakan normal BB normal dan terdapat asosiasi kadar IGF-1, FT4, Ca, Ph, dan Mg dengan kejadian perawakan pendek anak usia 24−59 bulan.
  • Item
    EXPLORATIVE STUDY OF SPINOCEREBELLAR ATAXIA 3: GENETIC AND CLINICAL ANALYSIS
    (2023-05-19) SITI AMINAH SOBANA; Yunia Sribudiani; Tri Hanggono Achmad
    This study aims to explore the phenotype and genotype aspects of a family with SCA3. This book contains eight chapters. Chapter 1 presents the background on SCA3 that the research addresses and the pathomechanism and any issues related to SCA3 disease investigated in this study. In Chapter 2, three index patients with SCA3 from different families are evaluated. The patients had the same polyQ stretch length, yet the clinical profiles, progression of symptoms, and worsening of their condition over time were considerably different. These symptoms included ataxia, speech problems, peripheral motor and sensory nerve complaint, and cognitive impairment. Patients therefore presented with a wide variety of symptoms and clinical features when SCA3 first manifested. Chapter 3 describes the clinical profile of five subjects from the same family with an ATXN3 mutation with expanded CAG repeat showing a broad range of manifestations. All patients with SCA3 had prominent non-ataxia features besides ataxia signs. Subjects with the prodromal stage showed a less severe disease with only nystagmus, the symptom of peripheral nerve abnormalities, and mild cognitive impairment (CI). Subjects with the ataxic stage of SCA3 had more extensive neurological manifestations, including the cerebellar, extrapyramidal, pyramidal, oculomotor, peripheral nerve symptoms, and mild CI. The non-motor symptoms of SCA3 include peripheral nerve symptoms and cognitive impairment. In Chapter 4, four subjects from the same family tree are examined with abnormalities in the peripheral nerve, presenting with symptoms but with or without clinical signs. Peripheral nerve abnormalities already shown in the prodromal stage are also discussed. Nerve Conduction Study (NCS) analysis showed a varied peripheral nerve involvement, including the axonal and demyelinating lesion in sensory, motor, and motor nerves. Chapter 5 reports the peripheral neuropathy of one patient with SCA3 who experienced peripheral nerve symptoms preceding gait symptoms. However, the sensory examination was normal, even when the NCS revealed axonal demyelinating sensory-motor peripheral neuropathy. Chapter 6 discusses cognitive impairment consisting of general and cerebellar cognitive function of patients with SCA3. Fifteen subjects from the same family tree had their MMSE and MoCA-INA scores examined. The results show that the general cognitive function in SCA3 subjects tended to be lower than that of normal subjects. Then, seven subjects underwent further CCAS examination and showed impairment in executive function (cognitive flexibility), attention (short-term memory), language (verbal fluency), and memory (immediate memory). In the subjects with SCA3, the cognitive function was more likely affected by the pathological disease process rather than age and education level. The involvement of the brain region that resulted in the abnormality of the motor and cognitive function was shown in the brain MRI volumetry findings. In Chapter 7, seven subjects who underwent an MRI examination are discussed. This research found a decrease in corpus callosum volume and cerebellum lobules I-II as well as lobule IX, which control motor function and cognition, respectively.
  • Item
    Pengembangan Model Layanan Holistik Dan Terintegrasi Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Anak Dengan Spinal Muscular Atrophy (SMA)
    (2023-08-23) DIAN MARTA SARI; Vitriana; Dany Hilmanto
    Spinal Muscular Atrophy (SMA) adalah penyakit langka akibat kelainan genetik, yang menyebabkan gangguan muskuloskeletal, pernapasan, makan dan menelan serta nutrisi untuk pertumbuhan, namun anak dengan SMA memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan komunikasi yang normal. Tatalaksana pada pasien SMA saat ini masih terbatas karena adanya keterlambatan diagnosis, pengobatan yang mahal, tidak lengkapnya sarana dan sarana penunjang perawatan serta kurangnya pengetahuan keluarga, peran komunitas, tenaga kesehatan dan kebijakan pemerintah yang menyebabkan terjadi perburukan dan komplikasi penyakit serta memperburuk kualitas hidup yang sebenarnya dapat dihindari. Saat ini, model layanan yang spesifik untuk SMA masih belum ada di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model layanan holistik dan terintegrasi dan mengetahui kelayakan model dalam meningkatkan kualitas hidup anak dengan SMA. Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup anak dengan SMA di Provinsi Jawa Barat menggunakan instrumen PedsQL Neuromuskular Modul versi Bahasa Indonesia. Penelitian dilanjutkan dengan menggunakan mixed method sequential exploratory untuk menggali elemen-elemen layanan holistik dan terintegrasi dari perspektif informan kunci dan membangun model konseptual yang diuji secara kuantitatif menggunakan metode Delphi berdasarkan expert judgment, selanjutnya model yang dibangun diuji kelayakan model (Goodness of Fit) menggunakan SEM-PLS. Hasil penelitian pendahuluan menunjukan gambaran kualitas hidup anak dengan SMA masih belum baik dengan rerata total skor kualitas hidup anak dengan SMA yang diisi oleh orang tua adalah 56,55 dan yang diisi oleh anak adalah 57,79. Penelitian kualitatif memperoleh tiga elemen yang membentuk model layanan holistik dan terintegrasi pada anak dengan SMA, yaitu (1) keluarga dan lingkungan; (2) layanan kesehatan; dan (3) layanan pendidikan. Hasil putaran metode Delphi model ini memperoleh nilai median lebih atau sama dengan 7 yang menunjukkan telah mencapai konsensus dari para ahli. Nilai Goodness of Fit dari model yang dibangun adalah 0,80 menunjukkan bahwa model yang dibangun sudah sangat sesuai dengan data penelitian yang diperoleh. Berdasarkan penelitian ini telah didapatkan model layanan holistik dan terintegrasi anak dengan SMA yang dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
  • Item
    PENGEMBANGAN MOBILE APPLICATION PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR DENGAN MELIBATKAN PERAN ORANG TUA DAN GURU SEKOLAH DI JAWA BARAT
    (2023-04-12) TETTI SOLEHATI; Yanti Hermayanti; Henny Suzana Mediani
    Pendahuluan: Angka kekerasan seksual pada anak (KSA) di Jawa Barat termasuk tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kurang terpapar informasi yang memadai, termasuk orang tua dan guru. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh pemberian Mobile Application Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak (MA_PESAN) usia sekolah dasar dengan melibatkan peran orang tua dan guru terhadap pengetahuan, sikap, self awareness, dan praktik komunikasi orang tua serta guru. Metode Riset: Penelitian menggunaka desain Research and Development (R&D). Sample pada penelitian ini adalah orang tua dan guru di SD 03 Banjaran, SDN VII, VIII, IX, X, XI, XII Cangkuang, SDN 095 Babakan Jati Kota Bandung, SD Labolatorium UPI Cibiru, SDN 130 Batununggal, SDN 250 Jakapurwa, SD Santa Alosyus Batununggal, SDN 094 Parakan Waas, SD Tiara Bunda, SD Binekas, SDN 117 Batununggal, SDIT AL Fajar, SDN 266 Mengger, SDN 040 Pasawahan, SDN 09 Banjaran Bandung, SDN IV Dayeuhkolot Bandung, SDN Tarogong I Garut, SDN Haurpanggung I Garut. Data kuantitatif dianalisis menggunakan SPSS software versi 22.0, meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Sedangkan analisis data kualitatif menggunakan tematik analisis. Temuan Riset: Penelitian ini menghasilkan: 1) data kebutuhan edukasi pencegahan KSA bagi orang tua dan guru; 2) kuesioner pengetahuan, sikap, self awareness, praktik komunikasi (PSSP) yang valid dan reliabel serta aplikasi MA_PESAN yang valid dan reliabel; 3) diperoleh hasil bahwa MA_PESAN dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, self awareness, dan praktik komunikasi orang tua dan guru (p=0,001) dibandingkan kelompok kontrol; 4) hasil wawancara mengenai pengalaman menggunakan MA_PESAN menunjukkan enam tema, meliputi: aplikasi menambah pengetahuan dan banyak manfaat, aplikasi yang bagus untuk diterapkan, informasi mudah dicerna, pentingnya perhatian dan komunikasi terhadap anak, hambatan dalam mengakses program aplikasi, dan perasaan saat menggunakan aplikasi MA_PESAN. Pemberian MA_PESAN berhasil meningkatkan pengetahuan, sikap, self awareness, dan praktik komunikasi guru dan orang tua, karena MA_PESAN merupakan aplikasi media sosial yang digandrungi segala usia, berisi tentang materi materi pencegahan KSA yang diberikan melalui video, lagu, gambar, tulisan, dan TikTok dalam kemasan yang menarik, sehingga menarik minat seseorang untuk menyimak isi pesannya. Hal tersebut memudahkan seseorang untuk memahami isi pesan sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, self awareness, praktik komunikasi mereka. Simpulan dan Saran: Kuesioner PSSP dan aplikasi MA_PESAN memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi. Aplikasi MA_PESAN tepat dan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, self awareness, dan praktik komunikasi pada guru dan orang tua tentang pencegahan KSA. MA_PESAN disarankan untuk di-aplikasikan di seluruh sekolah tingkat dasar dengan melibatkan UKS.
  • Item
    POTENSI KOMBINASI CURCUMIN DAN PIPERINE SEBAGAI PROFILAKSIS MALARIA PADA MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei ANKA
    (2022-09-05) SHAFIA KHAIRANI; Afiat Berbudi; Endang Yuni Setyowati
    Malaria merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan tetap menjadi salah satu penyakit menular di daerah tropis di seluruh dunia, terutama karena tidak adanya vaksin yang efektif, dan munculnya resistensi Plasmodium terhadap obat antimalaria yang tersedia. Hal ini menjadi tantangan utama dalam pemberantasan malaria. Strategi alternatif dapat diterapkan untuk menggabungkan senyawa yang ada (memiliki aktivitas antimalaria) yang menunjukkan aktivitas multitahap melawan parasit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kombinasi curcumin dan piperine sebagai profilaksis malaria pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei ANKA. Penelitian eksperimental in vivo ini dilakukan di Laboratorium in vivo Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Padjadjaran (RSHP UNPAD) pada Januari 2021-Januari 2022 menggunakan metode Peters (uji profilaksis). Empat puluh dua ekor mencit dibagi secara acak menjadi 6 kelompok (n=7). Kelompok I (kelompok normal) diberi aquadest, Kelompok II (kontrol negatif) diberi 0,2 ml DMSO, Kelompok III (kontrol positif) diberi obat anti-malaria (Artesunate 5mg/kgbb) (ART), Kelompok IV, V, dan VI masing-masing diberi curcumin 300mg/kgbb (CUR), curcumin 300mg/kgbb dan piperine 20mg/kgbb (CUR+PIP), dan piperine 20mg/kgbb (PIP). Seluruh sediaan diberikan selama 4 hari berturut-turut dan pada hari ke-5 diinokulasikan 0,2ml sel darah merah yang berisi 1x106 Plasmodium berghei ANKA. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase parasitemia, gejala klinis, tingkat kelangsungan hidup, analisis biokimia serum, beban parasit di hepar, gambaran histopatologi hepar dan ekspresi CD68 Sel Kupffer di Hepar. Hasil penelitian ini menunjukkan kombinasi curcumin dan piperine mampu menghambat pertumbuhan parasit sebesar 77,94% dan puncak parasitemia dicapai pada hari ke-14. Hal ini sejalan dengan keterlambatan timbulnya gejala klinis serta tingkat kelangsungan hidup yang lebih lama secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif. Selain itu, beban parasit yang rendah di hepar dan perubahan histopatologis hepar yang ringan, menunjukkan bahwa kombinasi tersebut menghasilkan efek sinergis dan aditif. Pemberian kombinasi curcumin dan piperine pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei ANKA memiliki potensi sebagai sediaan profilaksis.
  • Item
    PENGARUH ROKOK ELEKTRONIK DAN LATIHAN FISIK AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP EKSPRESI PROTEIN IL-6, IL-15, DAN FSTL-1 SERTA FRAGMENTASI LAMINA ELASTIKA AORTA TIKUS WISTAR
    (2023-08-22) VITO ANGGARINO DAMAY; Mohammad Rizki Akbar; Setiawan
    Latar belakang: Rokok elektronik dapat menyebabkan proses inflamasi sehingga berpotensi menyebabkan kekakuan pembuluh darah yang ditandai oleh fragmentasi lamina elastika. Inflamasi dimediasi oleh sitokin seperti IL-6, IL-15 dan FSTL-1 pada kondisi oksidasi sel. Peran antiinflamasi terjadi ketika sekresi IL-6, IL-15 dan FSTL-1 berasal dari otot rangka saat latihan fisik aerobik intensitas sedang yang diketahui bermanfaat untuk sistem kardiovaskular, namun ekspresinya di pembuluh darah masih perlu diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rokok elektronik dan latihan fisik aerobik intensitas sedang terhadap modulasi ekspresi protein IL-6, IL-5 dan FSTL-1 serta fragmentasi lamina elastika aorta. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Wistar jantan (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok kontrol (K0), kelompok latihan fisik aerobik intensitas sedang (K1), kelompok pajanan rokok elektronik (K2), dan kelompok kombinasi pajanan rokok elektronik dan latihan fisik aerobik intensitas sedang (K3). Jaringan aorta diambil setelah 6 minggu untuk pemeriksaan ekspresi protein IL-6, IL-15 dan FSTL-1 menggunakan western blot, serta evaluasi fragmentasi lamina elastika aorta melalui pemeriksaan histopatologi menggunakan pulasan khusus Elastic-Van Gieson. Hasil: Ekspresi protein IL-6 dan IL-15 kelompok dengan pajanan rokok elektronik berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (IL-6 1,14±0,362 VS 0,48±0,103; IL-15 1,07±0,252 VS 0,49±0,091; p<0,05). Ekspresi protein IL-6 dan IL-15 kelompok latihan fisik aerobik intensitas sedang berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (IL-6 0,72±0,200 VS 0,48±0,103; IL-15 0,69±0,211 VS 0,49±0,091; p<0,05). Fragmentasi lamina elastika ditemukan lebih banyak pada kelompok dengan pajanan rokok elektronik dibandingkan kelompok kontrol dan kelompok dengan pajanan rokok elektronik dan latihan fisik aerobik intensitas sedang (K2 10,50±3,505 VS K0 4,71±2,690; K2 10,50±3,505 VS K3 6,38±2,774; p<0,05). Fragmentasi lamina elastika berhubungan bermakna dengan ekspresi protein IL-6 dan IL-15 pada kelompok kontrol dan kelompok dengan pajanan rokok elektronik (IL-6 r=0,772; IL-15 r=0,688, p<0,05). Fragmentasi lamina elastika berhubungan bermakna dengan ekspresi protein FSTL-1 pada kelompok dengan pajanan rokok elektronik dan kelompok dengan pajanan rokok elektronik dan latihan fisik aerobik (r=-0,564 p<0,05). Simpulan: Pajanan rokok elektronik meningkatkan ekspresi protein IL-6 dan IL- 15 serta menyebabkan fragmentasi lamina elastika lebih banyak pada jaringan aorta tikus wistar. Latihan fisik aerobik intensitas sedang meningkatkan ekspresi protein IL-6, IL-15 di jaringan aorta dan mengurangi fragmentasi lamina elastika aorta tikus wistar yang dipajan rokok elektronik. Peningkatan ekspresi protein IL-6 dan IL-15 akibat pajanan rokok elektronik berhubungan dengan peningkatan fragmentasi lamina elastika. Peningkatan ekspresi protein FSTL-1 berhubungan dengan penurunan fragmentasi lamina elastika aorta. Kata Kunci: rokok elektronik, latihan fisik aerobik intensitas sedang, interleukin- 6, interleukin-15, FSTL-1, lamina elastika aorta
  • Item
    PERAN KALSITRIOL [1,25(OH)2D] DALAM REGULASI AUTOFAGI MELALUI JALUR LC3 DAN p62 SERTA APOPTOSIS MELALUI JALUR KASPASE-9 DAN 3 PADA LINI SEL MELANOMA B16-F10
    (2023-08-08) EVA KRISHNA SUTEDJA; Oki Suwarsa; Ronny
    Melanoma adalah jenis kanker yang umumnya menyerang kulit, bersifat agresif, dan dapat menyebabkan 90% kematian. Kematian sel adalah proses biologis yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisiologis. Terdapat tiga bentuk klasik kematian sel, yaitu autofagi, apoptosis, dan nekrosis. Protein LC3-II adalah protein kunci yang terlibat dalam autofagi mamalia, sedangkan p62 adalah protein adaptor yang terlibat dalam transportasi protein selama autofagi. Kaspase-9 dan kaspase-3 adalah kaspase yang terkait dengan apoptosis. Apabila apoptosis terinduksi, kaspase-9 akan membentuk cleavage kaspase-9 dan mengaktifkan kaspase-3. Kaspase-3 tersebut akan membentuk cleavage kaspase-3 dan mencetuskan apoptosis. Kalsitriol merupakan agen antiproliferatif, prodiferensiasi, proapoptotik, dan antimigrasi sel yang berperan pada penghambatan kanker. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kalsitriol dapat menginduksi autofagi dan apoptosis. Tujuan penelitian ini mengevaluasi efek kalsitriol terhadap ekspresi protein LC3-II, p62, kaspase-9, cleavage kaspase-9, kaspase-3, serta cleavage kaspase-3 selama proses autofagi dan apoptosis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro menggunakan sel melanoma B16-F10 (American Type Culture Collection CRL-6475TM) yang merupakan model murine melanoma. Sel B16-F10 yang telah dikultur selama 24 jam diberikan perlakuan kalsitriol selama 10 jam, dan tingkat ekspresi protein LC3-II, p62, kaspase-9, cleavage kaspase-9, kaspase-3, dan cleavage kaspase-3 dianalisis menggunakan uji Western Blot yang selanjutnya dikuantifikasi menggunakan software image J. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada bulan Oktober 2022 hingga Januari 2023. Berdasarkan hasil gambaran mikroskopis sel melanoma menunjukkan perubahan morfologi, konfluensi berkurang, dan sel menjadi tidak viabel menunjukkan terjadi kematian sel dalam waktu 10 jam setelah pemberian kalsitriol. Berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan signifikan ekspresi p62, cleavage kaspase-9, dan cleavage kaspase-3 antara sel yang hanya diberi medium dan sel yang diberi kalsitriol pada konsentrasi 93 ppm dengan nilai p berturut-turut, p= 0,002; p = 0,015; dan p = 0,039, sedangkan ekspresi LC3-II tidak berbeda signifikan (p=0,443). Simpulan penelitian ini adalah bahwa kalsitriol menginduksi kematian lini sel melanoma B16-F10, menginduksi pensinyalan protein p62 dan memicu ekspresi protein apoptosis kaspase-9 dan kaspase-3. Namun, tidak terdapat peningkatan LC3-II. Efek kalsitriol ini memperlihatkan potensi penggunaannya sebagai terapi adjuvan yang kuat untuk melanoma.
  • Item
    EKSPRESI GEN HUMAN BETA-DEFENSIN-3 DAN CATHELICIDIN SERTA KOMPOSISI DAN DIVERSITAS MIKROBIOM PADA KULIT PASIEN KUSTA DAN NARAKONTAK KUSTA
    (2023-02-18) FIFA ARGENTINA; Oki Suwarsa; Afiat Berbudi
    Kusta adalah penyakit infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae). Narakontak kusta merupakan orang yang kontak erat dengan pasien kusta dan berpeluang mengidap kusta lebih tinggi dibanding populasi umum. Salah satu faktor yang berperan dalam patogenesis kusta adalah sistem imun bawaan, contohnya human beta defensin-3 (HBD-3) dan cathelicidin, yang merupakan peptida antimikrobial. Perubahan komposisi dan diversitas mikrobiom kulit diketahui berperan pada penyakit kulit, termasuk kusta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi gen HBD-3 dan cathelicidin serta komposisi dan diversitas mikrobiom pada kulit pasien kusta dan narakontak kusta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional secara potong lintang mulai Juni 2021 hingga Juni 2022. Peserta penelitian terdiri dari masing-masing 18 orang pasien kusta, narakontak kusta, dan individu sehat. Sampel penelitian berupa swab yang diambil dari lesi kulit, kulit non-lesi pasien kusta, kulit narakontak, dan kulit individu sehat, kemudian dilakukan pemeriksaan ekspresi gen HBD-3 dan cathelicidin menggunakan real-time polymerase chain reaction, serta pemeriksaaan mikrobiom kulit menggunakan next generation sequencing. Hasil penelitian menunjukkan nilai median ekspresi gen HBD-3 pada lesi kulit kusta 260,61 (0,193734,10); kulit non-lesi kusta 1,91 (0,01151,17); kulit narakontak 7,93 (0,27121,10); dan kulit individu sehat 1,00 (1,001,00), dengan uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p 0,05). Analisis korelasi antara ekspresi gen HBD-3 dengan diversitas mikrobiom menunjukkan nilai r = 0,200 dan p = 0,105, sedangkan korelasi antara ekspresi gen cathelicidin dengan diversitas mikrobiom menunjukkan nilai r = 0,149 dan p = 0,286. Simpulan penelitian ini terdapat perbedaan ekspresi gen HBD-3 dan cathelicidin pada lesi kulit, kulit non-lesi pasien kusta, dan kulit narakontak kusta yang diambil dari swab kulit. Oleh karena itu, ekspresi gen HBD-3 dan cathelicidin berpotensi menjadi penanda infeksi kusta pada narakontak. Komposisi mikrobiom kulit bervariasi baik pada kelompok kusta, maupun narakontak kusta, dan tidak berhubungan dengan ekspresi gen HBD-3 dan cathelicidin.
  • Item
    Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Pada Membran Kolagen Sisik Ikan Mas (Cyprinus carpio) Terhadap Kadar Il-1β, Tgf-Β, Osteoklas Dan Osteoblas Sebagai Faktor Penyembuhan Tulan
    (2024-01-14) DYAH NINDITA CAROLINA; Mieke Hemiawati Satari; Agus Susanto
    Kolagen sisik ikan mas berpotensi sebagai sumber kolagen alternatif untuk pembuatan membran. Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai zat antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan membran barrier dari sisik ikan mas (Cyprinus carpio) dengan penambahan ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens) yang berfungsi dalam peningkatan proses penyembuhan luka dan menurunkan tingkat inflamasi sehingga mempercepat regenerasi jaringan tulang. Tahap penelitian ini terdiri dari pembuatan dan karakteristik membran yang berasal dari sisik ikan mas dengan penambahan ekstrak sarang semut, uji attachment pada sel fibroblas secara in vitro, dan penelitian in vivo pada 24 ekor tikus Sprague Dawley. Perlakuan terbagi dalam 4 kelompok yaitu: kelompok tanpa membran, kelompok membran komersial Batan, kelompok membran sisik ikan mas dan kelompok membran sisik ikan mas dengan penambahan ekstrak sarang semut. Membran diaplikasikan pada defek kalvaria tikus dengan diameter 5,2 mm pada sisi kanan dan kiri sutura medialis. Kadar IL-1β dan TGF-β diukur dengan metode ELISA, jumlah osteoklas dihitung dari hasil preparat histologis dengan pewarnaan TRAP, dan jumlah osteoblas dihitung dari hasil preparat histologis dengan pewarnaan HE. Pemeriksaan dan pengukuran dilakukan pada hari ke-5, -10 dan -30. Data kemudian dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA. Hasil uji karakteristik membran menunjukkan bahwa membran sisik ikan mas dengan penambahan ekstrak sarang semut 1% mempunyai modulus elastisitas 0,79 Mpa, kekuatan tarik 15,24 N/mm2, perpanjangan putus 4,41%, daya serap air 668,04%, ukuran pori 20-30 µm, rata-rata ketebalan membran penampang melintang SEM 36,18 µm, membran memiliki struktur trihelik, mengandung unsur karbon (C) sebanyak 58,2%, oksigen (O) sebanyak 40,7%, serta kalsium (Ca) sebanyak 0,8%. Hasil uji attachment in vitro membran sisik ikan mas dengan penambahan ekstrak sarang semut 1% pada hari ke-3 dan ke-5 mempunyai survival rate 3,592033 dan 6,395267. Hasil uji statistik analisis variansi kadar IL-1β, TGF-β, dan osteoklas menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna terhadap antar perlakuan, hari pengukuran, interaksi antar perlakuan serta hari pengukuran (p<0,05). Hasil analisis statistik untuk osteoblas menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna terhadap interaksi perlakuan dan hari dengan p <0,001. Berdasarkan keseluruhan hasil, dapat diambil simpulan bahwa membran kolagen dengan komposisi kolagen sisik ikan mas dengan penambahan ekstrak sarang semut 1% berhasil didapatkan dengan karakteristik struktur mekanik yang sesuai sebagai membran barrier. Penambahan ekstrak sarang semut dapat meningkatkan kadar TGF-β dan jumlah osteoblas, serta menurunkan jumlah osteoklas pada regenerasi tulang.
  • Item
    Analisis Ekspresi TNF-A, BMP-2, Jumlah Osteoblas DanOsteoklas Serta Gambaran Micro-CT Dengan Pemberian Ekstrak Gambir (Uncariagambir (Hunter) Roxb.) Pada Proses Osteointegrasi Titanium Implan Gigi Di
    (2023-12-18) FARINA PRAMANIK; Mieke Hemiawati Satari; Azhari
    Kegagalan pemasangan implan masih sering terjadi, sedangkan biaya perawatan implan gigi cukup tinggi. Salah satu upaya dalam meningkatkan dan mempercepat penyembuhan adalah dengan cara menambahkan suatu bahan yang memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan dari tanaman herbal ke tulang. Tanaman Gambir sumbernya melimpah dan merupakan tanaman herbal asli Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penambahan ekstrak Gambir (Unacaria Gambir (Hunter Roxb.) terhadap ekspresi tumor necrosis factor-α (TNF-A), bone morphogenic protein 2 (BMP-2), jumlah osteoblas dan osteoklas serta gambaran micro-CT pada proses osseointegrasi titanium implan gigi di tibia kelinci.
  • Item
    MEMBANGUN MODEL PREDIKSI RISIKO PREEKLAMSIA SECARA KOMPREHENSIF PADA LAYANAN KESEHATAN PRIMER
    (2023-01-28) HIRFA TURRAHMI; Hadyana Sukandar; Rudi Supriyadi
    Latar Belakang: Preeklamsia dan eklamsia memiliki dampak terbesar terhadap morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan bayi baru lahir. Insiden preeklamsia di seluruh dunia sekitar 2,16%. Kejadian preeklamsia di Indonesia 7-10% dari seluruh kehamilan. Potensi kedaruratan tak terduga dan fatal dapat dicegah dan ditangani dengan baik jika preeklamsia diidentifikasi pada awal kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah membangun model prediksi risiko preeklamsia pada awal kehamilan melalui sistem skoring factor risiko yang dapat digunakan di layanan kesehatan primer. Metode: Penelitian kohort prospektif ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jakarta Pusat pada bulan Oktober 2021 sampai dengan Mei 2022. Sampel sebanyak 167 ibu hamil dipilih menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi usia kehamilan 13-16 minggu dan bersedia berpartisipasi dalam program penelitian. Sampel yang memiliki gangguan komunikasi, sedang menjalani pengobatan rutin, dan memiliki riwayat penyakit lain, kecuali hipertensi, dikeluarkan dari penelitian. Pengolahan data menggunakan program SPSS 22.0 dengan analisis multivariat regresi logistik ganda model prediksi dan analisis ROC curve Hasil: Proporsi ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 8,4%. Hasil uji statistik dengan menyajikan nilai RR dan CI sebesar 95% ditemukan faktor yang berhubungan bermakna dengan preeklampsia yaitu: usia [RR = 2,99 (1,00 -9,16); p = 0,042]; jarak kehamilan [RR = 3,97 (1,46 -10,78); p = 0,008]; riwayat hipertensi ibu [RR = 5,18 (1,98 -13,59); p = 0,002]; IMT pra-kehamilan [RR = 6,02 (1,98 -18,28); p = 0,001]; kadar albumin serum [RR = 13,48 (1,8 -100,69); p = 0,001]; PETA [RR = 10,93 (4,47 -26,70); p 9 secara signifikan berisiko 50,85 kali berisiko mengalami preeklampsia dibanding ibu hamil dengan skor ≤9. Akurasi model mencapai 86,83%. Model dapat digunakan dengan mudah guna meningkatkan peran promotive dan preventif layanan kesehatan primer. Kata Kunci: Preeklamsia, IMT (Indeks Massa Tubuh), Albumin, Mean Arterial Pressure (MAP).